Bab 11: Jejak Sang Penguasa Kuno

Dante berdiri di puncak gedung tua yang dulunya adalah markas rahasia milik keluarganya. Angin malam berhembus kencang, membawa aroma hujan yang tertahan di langit. Chipset di tubuhnya terus-menerus berdenyut, hampir seolah-olah mencoba memberi tahu sesuatu yang lebih besar daripada sekadar informasi duniawi.

Selama ini, chipset itu hanya dianggap sebagai teknologi mutakhir yang diciptakan ayahnya untuk membantunya bertahan hidup di dunia penuh intrik dan bahaya. Namun, beberapa hari terakhir, ada sesuatu yang berbeda. Data yang diaksesnya bukan hanya data biasa. Ada informasi kuno, nama-nama yang bahkan tidak pernah disebutkan dalam sejarah manusia modern, mulai muncul di pikirannya—nama-nama seperti "Orion Sang Penjaga" dan "Erebus Sang Penghukum."

Dante merasa tubuhnya memanas setiap kali ia mencoba memahami data ini. Namun, semakin dia berusaha mencari tahu, semakin chipset itu terasa seperti bukan hanya teknologi. Ada kekuatan di dalamnya, kekuatan yang melampaui logika.

---

“Dante, apa kau yakin ini yang kita cari?” tanya Elena, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya. Ia menatap patung besar yang berdiri kokoh di tengah ruangan tersembunyi yang baru mereka temukan. Patung itu menggambarkan sosok raksasa bertopeng dengan pedang besar yang diukir dengan tulisan aneh.

“Ini lebih dari sekadar peninggalan,” jawab Dante, suaranya berat. Matanya terpaku pada simbol-simbol di dinding yang tampak familiar, meskipun ia yakin belum pernah melihatnya sebelumnya.

Chipset di tubuhnya mulai aktif. Informasi mengalir deras, memberikan Dante terjemahan dari simbol-simbol itu. “Hanya mereka yang terpilih yang dapat membuka kekuatan Sang Penguasa. Darah mereka akan menjadi kunci, jiwa mereka akan menjadi pengorbanan.”

Elena mendekat, tangannya memegang bahu Dante. "Apa maksudnya? Apa ini semacam ritual kuno?"

“Ini lebih dari itu,” jawab Dante pelan. Ia mengangkat tangannya, menyentuh simbol besar di tengah patung. Saat itu juga, sebuah cahaya terang meledak dari patung tersebut, membuat Elena mundur dengan terkejut.

Dante terhuyung, tubuhnya seolah ditarik oleh energi yang tidak bisa ia lawan. Chipset dalam tubuhnya mulai mengeluarkan suara dengungan, seperti sedang terhubung dengan sesuatu yang jauh lebih tua daripada teknologi itu sendiri.

---

Sebuah suara berat menggema di ruangan itu, suara yang tidak berasal dari patung maupun chipset. Itu datang dari dalam kepala Dante.

"Engkau yang terpilih. Pewaris takhta yang hilang. Apakah engkau siap menerima beban kekuatan ini?"

Dante terdiam, merasa tubuhnya memanas. Ia tahu ini bukan ilusi. Ini adalah sesuatu yang nyata, sesuatu yang berhubungan dengan chipset yang tertanam dalam tubuhnya. “Apa ini? Siapa kau?” tanyanya dalam hati.

"Aku adalah Orion, penjaga kekuatan yang kau bawa. Chipset di tubuhmu adalah jembatan antara dunia ini dan kekuatan kuno yang telah lama tersembunyi. Hanya mereka yang memiliki darah yang layak yang dapat membuka kekuatannya."

Tubuh Dante terasa berat, hampir tidak sanggup berdiri. Tapi dalam pikirannya, ia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang telah lama menantinya. Kekuatan ini bukan kebetulan. Ini adalah takdir.

“Aku… aku siap,” jawab Dante akhirnya.

Cahaya di dalam ruangan semakin terang, dan tiba-tiba tubuh Dante dikelilingi oleh simbol-simbol bercahaya. Chipset dalam tubuhnya mulai bekerja dengan cara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bukan hanya data atau analisis yang muncul, tetapi juga kekuatan fisik yang melampaui batas manusia. Ia bisa merasakan energi yang bergetar di dalam dirinya, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

---

Saat cahaya meredup, Elena melihat Dante berdiri dengan tatapan yang berbeda. Matanya menyala dengan kilau keemasan, dan tubuhnya tampak lebih tegap. Bahkan udara di sekitar Dante terasa berat, seperti ada aura yang memancar darinya.

“Dante, apa yang terjadi?” tanya Elena dengan suara gemetar.

Dante menatap tangannya, menggenggamnya erat. "Aku... aku tidak tahu pasti. Tapi aku merasa ada sesuatu yang bangkit di dalam diriku. Ini bukan hanya teknologi. Ini sesuatu yang lebih besar."

Elena terdiam, mencoba memahami situasi ini. Tapi sebelum ia bisa berkata lebih jauh, suara langkah kaki mendekat dari koridor di belakang mereka. Lorenzo muncul dengan napas terengah-engah.

“Kita punya masalah. Victor tahu kita ada di sini. Dia mengirim pasukannya,” kata Lorenzo, mencoba mengatur napasnya.

Dante mengangguk. “Kalau begitu, kita tunjukkan kepada mereka apa yang sebenarnya kita miliki.”

---

Di luar ruangan itu, puluhan orang bersenjata lengkap telah mengepung lokasi. Dante, Elena, dan Lorenzo melangkah keluar dengan hati-hati. Tapi kali ini, Dante merasakan sesuatu yang berbeda. Chipset di tubuhnya tidak hanya memberi informasi tentang lokasi musuh, tetapi juga menunjukkan jalur optimal untuk menyerang. Bahkan, ia bisa memprediksi gerakan mereka sebelum mereka sempat menarik pelatuk senjata.

Satu per satu, musuh mulai bergerak mendekat. Namun, Dante dengan mudah menghindari serangan mereka. Dengan satu gerakan tangan, ia menghancurkan senjata mereka, seolah kekuatan yang ia miliki berasal dari dewa perang kuno. Elena dan Lorenzo hanya bisa menyaksikan dengan kagum ketika Dante memimpin mereka melewati pertempuran itu tanpa cedera sedikit pun.

Saat pertarungan berakhir, Dante berdiri di tengah-tengah kekacauan, tubuhnya masih dipenuhi dengan energi yang bergetar. Ia tahu bahwa ini baru permulaan. Kekuatan yang ia miliki sekarang adalah pedang bermata dua—sumber kekuatan yang bisa membantunya mengalahkan musuh, tetapi juga sesuatu yang bisa menghancurkannya jika ia tidak berhati-hati.

“Dante,” kata Elena, mendekatinya. “Apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu?”

Dante menatapnya dengan mata yang masih bersinar keemasan. "Aku tidak tahu, Elena. Tapi satu hal yang pasti—ini bukan hanya tentang chipset. Ini adalah takdirku."