"Lo ga hina sama sekali, bro. Yang bermasalah tuh Vio. Lo jangan jadi nyari-nyari kesalahan diri lo. Lo cuma mencintai orang yang salah. Sekarang lo buka tuh mata lo, pandang sekitar lo, jangan terpaku lagi dengan Vio. Selama ini mungkin lo udah banyak ngelewatin kesempatan lo nemuin cewek yang lebih baik."
Ditya tersenyum pada Dirga, dan saat itu pandangannya tertuju pada dua sosok perempuan yang berjalan di belakang Dirga. Andien dan perempuan lain yang ia tak tahu namanya, bergaun tanpa lengan berwarna peach dari bahan brukat lembut sepanjang lutut. Perempuan dengan surai lurus alami yang terurai itu terlihat begitu anggun di mata Ditya.
Andien melangkahkan kakinya melewati pintu masuk sebuah villa di Bali. Villa yang akan menjadi tempat ia dan Dirga berbulan madu selama tujuh hari ke depan terasa begitu nyaman. Dengan design semi terbuka, villa tersebut memiliki sebuah kamar tidur dan kamar mandi dengan pintu kaca yang terhubung langsung dengan jacuzzi. Di bagian depan terdapat ruang santai, dapur bersih sekaligus mini bar. Ruang santainya terhubung dengan teras kayu yang menjadi batas dengan private pool yang berhadapan langsung dengan pemandangan laut lepas. Villa itu sudah dihias sedemikian rupa gun
Andien tersenyum, menarik napas panjang sebelum menganggukkan kepalanya. Tak menunggu, Dirga menuntunnya berdiri, lantas menggendongnya di depan tubuhnya. Perlahan, ia meletakkan Andien di atas ranjang berukuran king size yang juga bertabur kelopak bunga mawar. "You'll see... and feel how much I adore you" bisik Dirga di telinga Andien. Dirga beranjak dari ranjang, mengatur lampu kamar agar bersinar redup. Ia berdiri di depan ranjang, membuka kancing kemejanya satu per satu. Entah mengapa pemandanga
Syukurnya, Dirga tak menuntut ronde tambahan kemarin petang sehingga ketika ia dan istrinya tiba di sebuah restoran tepi pantai, menu yang ada di tempat itu masih sangat lengkap. Mereka bahkan sempat menikmati sunset yang terlihat berkali-kali lebih indah kala senja menyapa. Tetapi bukan Dirga namanya jika tidak memperhitungkan segalanya. Usai menandaskan aneka seafood yang mereka pesan sebagai menu makan malam, keduanya melanjutkan langkah menuju Kuta.Hanya berjalan-jalan santai menikmati kemeriahan Balidi malam hari. Membeli french fries dan es krim cone untuk dinikmati berdua sambil melangkah menatapi berbagai etalase fashion yang berjajar
Akhirnya Andien terpaksa mengikuti kemauan Dirga daripada suaminya itu terus saja mengekorinya. Dengan menahan malu Andien terpaksa membuka pahanya di depan wajah seorang Dokter Spesialis Kandungan. Untunglah dokter tersebut juga perempuan. “Puas udah bikin aku malu?” ketus Andien setelah mereka meninggalkan Rumah Sakit. “Kan aku khawatir sayang...” “Aku kan udah bilang, lumrahperih habis begituan.”
Esoknya, menjelang tengah hari, pasangan pengantin baru itu beranjak ke Gilimanuk, tepatnya ke sebuah rumah makan dengan menu andalan Ayam Betutu. Kali ini Andien tak menyarankan tempat ini, melainkan meminta Dirga yang mengatur dimana mereka akan makan siang. “Sayang sering ke sini?” tanya Dirga. “Baru sekali.” ujar Andien. “Masa?” “Iya. Sama
“PAPA!” pekik Cantika saat melihat Dirga dan Andien masuk ke living room villa itu. Kediaman Diandra dan Diva memang menyatu dengan komplek villa mereka. Ada lima villa di sana, dan salah satunya ditempati sang empunya. Awalnya, Collins sekeluarga tinggal di Sanur. Begitu sang kepala keluarga berpulang, tak butuh waktu lama, Diandra membawa ketiga anaknya yang saat itu masih dalam usia remaja dan kanak-kanak pindah ke Ubud, sementara tempat tinggal mereka di Sanur sebelumnya Diandra sewakan. Begitu anak-anaknya dewasa, Devan merantau ke Jakarta, Davi mengadu nasib kembali dengan membuka usaha dan tinggal di kediaman lama mereka, sementara Diva si bungsu tetap di Ubud menemani sang Ibu.
Tak ada suasana suram yang menghantui keduanya sepulang kunjungan mereka dari kediaman Diandra. Hanya saja, ketiga anak mereka masih betah berlama-lama di villa nan sejuk itu. Ditambah kedatangan Davi dan keluarga kecilnya saat makan malam membuat suasana kala itu semakin hangat dan mengakibatkan Eldra, Anne dan Cantika urung ikut dengan kedua orang tuanya. Diva pun tak merasa keberatan untuk menjaga buah hati mereka agar bulan madu mereka tak terganggu dan lebih berkesan indah. Ekstra dua malam tanpa celoteh ketiga putera dan puteri mereka mengembalikan rutinitas keduanya. Sepanjang hari diisi perjalanan romantis menyambangi tempat-tempat terbaik di Pulau Dewata, sementara malam harinya diisi dengan keintiman – dari mulai berenang berdua, hingga menghabiskan tenaga dengan berbagi desah dan peluh.
Andien menatap Dirga yang belum juga beres menata isi koper mereka. El, Anne dan Cantika tak henti mengitarinya bergantian. Ketiga bocah itu sejak dua hari lalu membuat suasana villa menjadi hiruk pikuk. Suara-suara erotis yang tadinya bergema di seisi villa, kini teredam oleh suara tawa, teriakan, dan tangis ketiga bocah itu. Andien duduk di samping Dirga, menatapnya sambil tersenyum. "Mau dibantu?" ‘Cup!’ Dirga justru memberinya ciuman singkat.