Bram meneteskan air matanya. Pun Kamila yang terisak di samping Viona. "Vio ga bisa percaya dengan siapapun. Begitu Vio tau Ditya mencintai Vio, Vio malah berulah, Vio mengkhianatinya karena Vio takut dia memulainya. Terlebih setelah Ayah meminta Vio melakukan hal keji itu. Juga ketika masalah datang ke pernikahan Vio, Vio ga sanggup menyelesaikannya malah lagi-lagi berlaku tidak pantas. Kalian mendidik Viona menjadi sampah!" "Karena itu Ayah akan di sini, walaupun untuk menyaksikanmu mati!" ucap Bram putus asa. "Ayah mencintai Ibu, Vio. Karena itu Ayah tak pernah meninggalkan Ibumu. Tapi Ayah terlalu murka dengan perbuatan Ibu, Ayah merasa tak berharga hingga bahkan Ibumu mencari kesenangan dengan laki-laki lain. Ayah tau Ayah bajingan, membalas perselingkuhan dengan perselingkuhan juga. Ayah akui Ayah salah, Ayah tak akan membela diri. Tapi tak pernah sekalipun Ayah berfikir untuk mencontohkan perbuatan bejat itu padamu, nak. Tidak pernah!" "TAPI ITU KENYA
Dirga mempercepat langkah menuju unitnya, akhir minggu ini adalah dua hari terakhir yang bisa ia nikmati bersama Andien sebelum mereka akan dipertemukan di meja akad. Dirga yang saat pertunangan sempat protes mengenai kebijakan pingitan menjelang pernikahan, akhirnya terpaksa menerima dengan muka tertekuk kesal. "Dipingit seminggu itu sebentar, nak. Ga terasa, tau-tau udah sah." ucap Ummah saat itu. Sementara Anggita - Mamanya malah terang-terangan mengejeknya "Nungguin bertahun-tahun aja sanggup. Masa nambah seminggu lagi aja merengut!
Andien tenggelam dalam lamunannya, hingga tak menyadari Dirga yang sudah duduk di sampingnya. Dirga mengelus pipi Andien lembut, sentuhannya menyadarkan Andien kembali. "Aku lapar sayang." "Ah iya." Andien menuangkan nasi dan lauk pauknya ke piring Dirga. Karena kusut pikirannya, ia tak menuangkan apapun ke piringnya sendiri. Kekacauannya tak luput dari perhatian Dirga.
"Sayang... Andien... Hey baby, wake up please..." Dirga menepuk-nepuk wajah Andien yang tertidur sambil terisak. Dirga menghujaninya dengan kecupan-kecupan kecil agar Andien segera bangun dari tidurnya. Hatinya begitu terenyuh memandang wajah pilu sang kekasih. "Andien... Andien bangun sayang!" Andien membuka matanya. Ia mengusap kedua netraselayaknya orang yang baru usaimenangis pilu. Andien bangun mendudukkan dirinya. Menatap Dirga yang terlihat begitu khawatir.
Akad nikah Dirga dan Andien digelar di sebuah café bertema outdoor di tengah hutan pinus di daerah Bogor. Acara yang akan digelar Sabtu pagi itu hanya dihadiri keluarga dan kerabat terdekat dari kedua keluarga. Keindahan tempat itu membuat decak kagum para tamu yang sudah mulai berdatangan. Venue dipenuhi dengan ratusan bunga mawar putih, bunga yang paling Andien sukai. Dipadukan dengan berbagai ornamen dengan warna pastel, membuat tempat itu luar biasa memanjakan mata.&
Dirga berjalan bersama Max mendekati seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik di usianya. Wanita itu sedang termenung seraya menggenggam cangkir berlukiskan bunga mawar yang berisi teh hangat. Di sampingnya duduk seorang pria yang usianya terlihat sebaya dengan Kia dan Ken.Max mendekati wanita itu lebih dulu."Aunty, Dirga wants to see you." ujar Max.Pria di sampingnya mengambil cangkir dari tangan Diand
"Ayaaaah..." rajuk Sam tersedu seraya menggandeng tangan Davi. Davi membawanya ke Edo yang sedang bercengkrama dengan pria-pria lainnya seusai acara akad nikah Dirga dan Andien. "Kenapa Sam? Kenapa sedih?" tanya Edo seraya mengangkat Sam yang menghambur ke pelukannya. "Jealous!" Davi yang menjawab. "Hah?"
"Ditya..." panggil Andien. "Hey... Selamat ya..." Ditya mendekat, lalu memeluk keduanya bergantian. "Panjang umur dan bahagia bersama." Do'anya yang di aamiin-i oleh Dirga dan Andien. "Ya ampun, gue kira siapa! Ayo masuk, makan dulu." "Maaf Ndien, gue ngejar ke bandara. Mau balik ke London."