Share

Syahadat Cinta
Syahadat Cinta
Penulis: Bia Baharda

Prolog

Penulis: Bia Baharda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seorang gadis cantik duduk di hadapan cermin ruang riasnya, wajahnya terhias, tubuhnya anggun dengan gaun pernikahan berwarna putih. Matanya memandang nanar ke arah cermin yang berada di depannya. Ekspresi wajahnya sulit untuk diartikan, ada kebahagiaan, ada pula kabut kesedihan di pelupuk matanya.

Ia tidak menyangka waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin ia lulus dari Pondok Maarif dan melanjutkah kuliahnya di salah satu Universitas Negeri terkemuka di kota Bandung dan sekarang seorang pria telah siap mengucapkan janji suci pernikahan. Ia bingung dengan perasaan hatinya sendiri, tidak pernah dalam pikirannya akan menikah dengan pria itu. Pria yang mampu membolak-balikkan hatinya, membuatnya merasakan cemburu, dan bertingkah seperti anak kecil. Kisah cinta yang cukup rumit hingga melaju ke pelaminan.

Perjalanan cinta yang berliku, dimulai dari hal-hal yang tak terduga, bermula dari hatinya yang kesepian. Cinta tulus dari pria itu yang mampu mewarnai hari-harinya dan meramaikan jiwanya yang sepi. Hubungan yang dimulai tanpa sengaja memberi arti yang mendalam dalam kehidupannya.

“Rania sampai kapan kamu akan melamun di depan cermin? Pak penghulu sudah menunggumu,” suara lembut Umi Khadijah, Ibu Rania membuyarkan lamunannya.

“Umi membuat Rania terkejut, tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu,” keluh gadis bernama Rania itu.

“Ya Allah, sayang Umi berkali-kali mengetuk pintu kamarmu tapi tidak ada jawaban, makannya jangan melamun terus. Pengantin kok melamun, kerasukan baru tahu rasa.”

“Umi kok doanya jelek si,” ucap Rania sambil memanyunkan bibir mungilnya.

“Umi tidak mendoakan, habisnya kamu kebanyakan melamun. Apa ada yang mengganggu pikiran kamu? Apa kamu ragu mau menikah dengan dia?” ekspresi Umi Khadijah sedikit cemas.

Rania tersenyum, bibir merahnya membentuk lengkungan bulan sabit, “Umi kenapa berpikiran seperti itu? Rania sama sekali tidak ragu untuk melabuhkan hati padanya. Rania hanya sedang mengenang masa-masa yang lalu, sebelum memulai kehidupan baru. Waktu begitu cepat berlalu Umi.”

Umi Khadijah berjalan mendekati Rania, kemudian mengecup puncak kepala Rania yang tertutup kerudung berwarna putih, “Kau benar sayang waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin umi menggendong kamu dan mengantar kamu ke sekolah, tapi hari ini kamu akan menjadi milik orang lain,” Umi Khadijah mulai berkaca-kaca.

“Umi jangan menangis, itu membuat Rania sedih,” Rania mengusap air mata yang berada di pelupuk mata sang ibunda.

“Ini tangisan bahagia sayang, kamu harus tahu di mana pun kamu berada doa umi akan selalu menyertaimu,” Umi Khadijah membelai kedua pipi Rania.

“Iya Rania tahu itu. Oh iya bukannya Umi ke sini untuk menjemput putri tercinta umi?”

“ Hahahaha, iya kamu benar sayang, kok malah kita jadi melankolis begini. Sebaiknya kita turun sekarang sebelum pak penghulu yang datang ke sini.”

“Tidak ada yang tahu tentang jodoh, kepada siapa hati kita akhirnya akan berlabuh. Jodoh adalah rahasia Tuhan, hanya kepadanya lah selama ini aku berserah. Tidak pernah terbayang olehku akan berjodoh dengannya, semua telah menjadi suratan takdir yang digariskan oleh Allah. Apa yang kita harapkan memang tidak selalu dapat terwujud. Segala yang ada dalam hidup datang dan pergi begitu saja, begitu pula dengan cinta. Namun, aku yakin bahwa Allah selalu memberi yang kita butuhkan bukan yang kita minta,” suara hati Rania berbisik pada dirinya. Bersama Umi Khadijah, Rania dengan mantap melangkahkan kaki menuju tempat berlangsungnya ijab qobul pernikahan dirinya.

Bab terkait

  • Syahadat Cinta   Pertemuan

    Matahari sore menebarkan kehangatan di bumi Pondok Maarif (PM), rasa gerah bersarang di tubuh para santri, hari itu hari pertama imtihan akhiru sannah [1], seperti kebudayaan yang telah turun-temurun di Pondok Maarif, apabila santri kelas 1-5 imtihan (ujian), kelas enamlah yang bertugas piket ma’had [2], dari piket thobahoh [3], kharisatu nahar [4], kharisatu lail [5], wadhifah ghurfah [6], wadhifah khatif [7], dan juga piket di sore hari yang biasanya disebut bersih lingkungan (berlin). Pondok Maarif merupakan pondok yang memiliki banyak cabang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, tempat Rania belajar merupakan cabang Pondok Maarif Putri yang ke-lima, letaknya di daerah Kediri, Jawa Timur. Penempatan pondok putra dan putri pun tidak satu wilayah, berbeda dengan pondok pesantren kebanyak yang mempun

  • Syahadat Cinta   Sebuah Masalah?

    Malam semakin larut, jam menunjukkan pukul 21.00 WIB, PM masih ramai dengan kesibukan belajar para santri kelas 1-5, sedangkan siswi akhir atau kelas enam ada yang sibuk mengerjakan dan memperbaiki paper tugas akhir, ada yang sibuk hafalan jus tiga puluh dan surat pilihan ke ustazah pembimbing masing-masing, ada pula yang mengulang hafalan sendiri. Memang benar ungkapan yang mengatakan Alma’hadu La Yanamu Abadan yang berarti bahwa Pondok tidak pernah Tidur.Meskipun sudah kelas enam tidak berarti mereka bisa berleha-leha dan bebas dari kegiatan pondok, bukan hanya bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan PM tapi mereka juga mempunyai setumpuk tugas akhir sebagai persyaratan mengikuti yudisium kelulusan, seperti tugas membuat paper yang berhubungan dengan Ilmu Fikih, Hadis, dan Tafsir yang tentunya ditulis dengan bahasa wajib PM, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris, santri mempunyai kebebasan untuk memilih salah satu dari dua bahasa wajib tersebut, s

  • Syahadat Cinta   Sebuah Awal

    “Apa aku bilang, Ustazah Uswah baik kan, mekipun beliau ustazah riayah tapi beliau itu lembut, aduh pokoknya baik banget ustazahnya itu,” ucap Fatma terus-menerus.“Fatma cukup ya, kamu dari tadi tidak selesai-selesai memuji Ustazah Uswah. Lebih baik kamu sekarang diam saja, jangan mengganggu Rania. Biarkan dia berkonsentrasi menyelesaikan papernya, kamu sekarang hafalan jus tiga puluh saja, belum selesaikan hafalan kamu?” ucap Aulia.Fatma hanya memberikan cengiran khasnya, menyadari bahwa masih banyak surat dari jus tiga puluh yang belum ia hafal, ia pun menghentikan kecerewetannya dan memilih untuk kembali menenggelamkan diri dengan jus amma yang ia pegang.Rania pun dapat tersenyum kembali berkat kemurahan hati Ustazah Uswah yang bersedia menjadi ustazah pembimbing pengganti untuk dirinya. Tentunya hal itu terjadi juga berkat keberania dua temannya untuk bercerita kepada Ustazah Uswah. Malam itu ia pun begadang di depan

  • Syahadat Cinta   Adib dan Adibah

    Waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB, Rania mengakhiri aktivitasnya di dapur umum dan dengan segera bergegas ke dapur guest house melalui pintu belakang. Saat ia tiba di sana telah ada Fatma yang sibuk memanaskan lauk.“Aku kira kamu tertidur,” ucapan Fatma menyambut kedatangan Rania.“Aku tidak mungkin ingkar janji, tadi aku dari dapur umum, bantu-bantu yang piket di sana, takutnya kalau aku ke kamar tidak bisa bangun.”“Subhanaallah kamu baik banget sih Ran,” Fatma memeluk Rania yang berdiri di sampingnya.“Sudah lah Fat, tidak perlu berlebihan juga,” Ramia mencoba melepaskan tangan Fatma yang memeluk lehernya.“Kamu ah tidak bisa diajak romantis-romantisan,” Fatma melepaskan tangannya kemudian memasang wajah cemberut.“Ih, kamu ini ada-ada saja, jelas lah aku tidak mau romantis-romantisan dengan kamu, maunya ya sama suamiku nanti, kalau sama kamu nanti jadiny

  • Syahadat Cinta   Mengganggu Hati

    “Rania, kamu kenapa dari tadi siang melamun terus?” Aira teman sekamar Rania menegurnya.“Ih, siapa bilang aku melamun, kamu ada-ada saja,” Rania mengelak.“Nggak usah bohong sama aku, jadi cerita saja,” Aira tidak menyerah.“Diamlah Ra ini sudah malam, nanti yang lain bisa terbangun, sebaiknya kita tidur saja.”“Jangan mencoba mengalihkan pembicaaan.”“Aku tidak mengalihkan pembicaraan, tapi berbicara kenyataan, sudah tidur sana!”“Aku mengenalmu sudah sangat lama, aku tahu kapan kamu sedang jujur dan kapan kamu sedang berbohong, jadi jangan coba-coba bermain denganku,” Aira semakin menggoda Rania.Rania berpura-pura menutup matanya dan diam tanpa menghiraukan ucapan Aira kembali. Aira merasa kesal karena diacuhkan, ia memukul wajah Rania dengan bantal.“Auh, kamu ini apa-apaan sih Ra?” sungut Rania dengan kesal.&ld

  • Syahadat Cinta   Terpisah

    Waktu bergulir tanpa terasa, detik berlalu menjadi menit, menit berlalu menjadi jam, jam berlalu menjadi hari, dan semuanya berjalan terus menerus. Hari itu Rania dan 789 santriwati dari seluruh pondok cabang PM berkumpul di lapangan hijau PM pusat yang berada di daerah Ngawi, Jawa Timur. Mereka menunggu nama mereka dipanggil untuk mengetahui keputusan tempat mereka akan mengabdi selanjutnya. Meskipun suasananya tidak semenakutkan saat mereka menjalani yudisium kenaikan ke kelas enam. Namun, tetap saja rasa khawatir menguasai diri mereka, selain harap-harap cepam karena takut tidak lulus, mereka juga khawatir mendapatkan tempat pengabdian yang tidak sesuai dengan hati dan keinginan mereka.“Ran, kamu harus jujur kemarin waktu mengisi angket, dimana kamu memilih tempat pengabdian?” Aira membuka pembicaraan.“Memangnya penting?” Rania malas menanggapi.“Kamu kenapa sih merahasiakannya?” kini Aulia buka suara.&ld

  • Syahadat Cinta   Pertemuan Tak Terduga

    Saat keluar kamar, Rania, Aulia, dan Aira melihat masih banyak santriwati yang berkeliaran di sekitar masjid, ada yang berbincang dengan teman, ada yang mengucapkan salam perpisahan, ada pula yang hanya sekadar berfoto selfi dengan teman dan keluarga.“Kamu tadi jahat banget sih tidak mengajak aku ke pengasuhan, aku kan juga mau bertemu dengan Ustazah Uswah,” gumam Aira tiba-tiba di tengah perjalanan.“Ya kamu ke kamar mandi, aku sudah ditungguin ustazahnya, jadi tidak enak juga kalau aku menunggumu.”“Ah kamu menyebalkan. Aku jadi tidak bisa bertemu lagi dengan ustazahnya.”“Ya Allah tinggal ke pondok lagi kalau mau bertemu beliau, lagi pula aku tadi juga sebentar, hanya mengambil handphone yang aku titipkan, kemudian aku pergi, soalnya di pengasuhan lagi ramai banget.”“Em gitu, tapi buat apa juga ke pondok, kan tahun ini ustazahnya selesai pengabdian,” Aira menundukkan wajahnya

  • Syahadat Cinta   Ungkapan Tak Terduga

    “Bismillahirrohmanirrohim, saya tahu ini memang terlalu cepat, kita juga baru beberapa kali bertemu, tapi sejak pertama bertemu denganmu saya merasa bahwa kamu adalah jawaban doa yang dikirimkan Allah untuk saya,” Ahda menghentikan kata-katanya sejenak.“Saya harap kamu bersedia menunggu saya hingga saya lulus nanti,” lanjut Ahda dengan perasaan hati yang berkecamuk.Rania terdiam, ia tidak mampu berkata-kata. Jantungnya terasa berhenti berdetak, darahnya seperti membeku. Terkejut. Tentu saja ia merasakan hal itu, wania mana yang tidak terkejut mendengar pria yang bari dikenalnya berkata seperti itu.“Saya tahu kamu pasti kaget mendengar ucapan saya. Tapi percayalah saya tidak mempunyai niat buruk, saya hanya ingin bersama-sama dengan kamu menuju surga Allah,” ucap Ahda tulus.“Saya tahu kesempatan tidak akan datang dua kali. Dulu saya pernah kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup saya karena tidak

Bab terbaru

  • Syahadat Cinta   Epilog

    “Rania tunggu,” Robert tiba-tiba memanggil Rania yang telah berada beberapa langkah di depannya. “Ada apa Em?” Rania menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Robert. Rober pun berjalan mendekat ke tempat Rania berdiri. “Akar dan batang adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan, tanpa akar tumbuhan akan mati, begitu pula tumbuhan bila tanpa batang bagaimana mungkin ia akan ditumbuhi daun, yang akan terjadi adalah akar yang mengering. Adibah Rania Zahara, aku ingin kita menjadi seperti akar dan batang yang saling menguatkan, yang hidup saling melengkapi, saling menyempurnakan satu dengan lainnya. Rania maukah dirimu menjadi matahari di siang ku dan bulan di malam ku. Aku memang bisa hidup tanpamu, namun aku tidak sempurna tanpamu, seperti langit yang tak akan sempurna di siang hari tanpa matahari dan bulan bintang di malam hari, begitulah diriku tanpamu.” Rania tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata indah tersebut dari Robert. Ia masih m

  • Syahadat Cinta   Perjalanan Cinta

    Rania dan keluarganya segera kembali ke rumah mereka. Faza dan Ahda yang datang ke acara wisuda Rania juga ikut ke rumah Rania. Mereka ingin menikmati kesejukan udara kebun teh. Rania sangat bahagia karena bisa berkumpul dengan orang-orang yang disayanginya. Meski sempat kesal karena Robert menjahili dirinya, tetapi sesungguhnya gadis itu merasa sangat senang karena pria bermata hazel itu telah memberinya kejutan yang benar-benar mengejutkan.“Jadi, setelah ini kamu mau lanjut S2 atau menikah Ran?” Faza membuka percakapan di dalam mobil. Saat itu Rania, Robert, Ahda, dan Faza berada dalam satu mobil milik Ahda. Rania duduk bersama Faza di kursi belakang sedangkan Robert duduk di kursi penumpang sebelah kursi kemudi mobil yang dikemudikan oleh Ahda.“Kak Faza ini bisa saja. Mau menikah dengan siapa kak? Lagi pula tidak ada calon,” Rania merasa malu dengan pertanyaan itu.“Memang benar tidak ada calonnya? Jangan bilang kamu masih belu

  • Syahadat Cinta   Sajak

    Hari berlalu begitu cepat, tanpa terasa Rania akhirnya dapat menyelesaikan studinya dalam waktu tiga setengah tahun. Keluarganya merasa bangga atas apa yang telah dicapai oleh gadis itu. Kerja keras dan usaha yang dilakukannya selama ini akhirnya berbuah manis, ia dapat menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dari kebanyanyakan teman-temannya.Banyak hal yang telah terjadi dalam kehidupan Rania dalam tiga setengah tahun terakhir ini. Ia menemukan teman-teman baru yang tentu saja sangat berbeda dengan kepribadia anak-anak pesantren. Mereka berasal dari sekolah yang berbeda-beda, suku berbeda, agama berbeda, dan sifat yang berbeda-beda pula. Namun, gadis bermata teduh itu sangat menikmati segala perbedaan yang ia rasakan.Bukan hanya tentang kehidupan pertemanan saja yang ia temui, tentang percintaan pun ia mengalami. Meskipun bukan Rania yang merasakan cinta. Banyak teman laki-lakinya baik dari jurusan yang sama maupun dari jurusan yang berbeda berusaha mendekati Rania bahk

  • Syahadat Cinta   Emier Reza Alfadi

    Matahari musim panas terasa begitu menyengat membakar kulit, gadis Sunda itu sebenarnya sudah terbiasa dengan udara panas karena ia hidup di negeri tropis, tapi baginya udara dan matahari musim panas di London tetaplah berbeda dan membuatnya merasa terbakar.“Kamu bilang tidak suka berada di luar rumah saat musim panas lalu kenapa sekarang kamu berada di sini,” Rania menatap pria di sampingnya yang sedang membersihkan tumbuhan-tumbuhan mati.“Rania, ini masih di dalam rumah, ya meskipun memang tidak beratap, tapi bagiku ini masih kawasan dalam rumah,” ucap pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari batang-batang kering yang ia kumpulkan.“Ah, sudahlah bicara denganmu membuatku selalu terlihat salah,” Rania merasa kesal.Robert menghentikan gerakan tangannya mengumpulkan tumbuhan kering dan memandang ke arah Rania.“Rania, maksudku tidak senang pergi keluar rumah itu, sepetti ke pantai, climbing,

  • Syahadat Cinta   Awal Sebuah Kekaguman

    Rania tersenyum pada Robert, “Maaf aku jadi bercerita panjang lebar, padahal harusnya aku hanya menjawab masih atau tidak.”“Tidak Rania, aku senang mendengarkan jawabanmu itu. Aku senang mendengarkan ceritamu,” Robert tersenyum menyakinkan Rania.“Baiklah sudah cukup cerita tentangku. Aku yakin nenek juga pasti sudah banyak bercerita tentang aku, sekarang giliran kamu, aku sama sekali tidak tahu tentang dirimu.”“Eits, tunggu dulu, kamu belum mengatakan jawaban yang diberikan oleh Allah apa atas Shalat Istigharah yang kamu lakukan.”“Allah memberiku petunjuk melalui mimpi dan dari mimpi itu aku memantapkan hatiku untuk tidak melanjutkan hubunganku dengan Ustaz Ahda.”“Memangnya apa mimpimu?” Robert bertanya dengan penuh antusias.“Rahasialah.”“Ah Rania, kamu ini membuatku penasaran. Mimpi tentang apa memangnya?” Robert mendesak Rania untu

  • Syahadat Cinta   Awal Segalanya

    Malam hari, usai menjalankan Salat Isya berjamaan dengan Nenek Ainun dan Robert, Rania pun mengutarakan niatnya untuk pulang ke Indonesia pada sang nenek. Sontak saja hal tersebut membuat Nenek Ainun terkejut, pasalnya cucu tercintanya itu baru dua hari menginjakkan kaki di London, tapi sudah ingin kembali pulang ke Indonesia.Nenek Ainun menentang keputusan Rania, ia meminta cucunya untuk setidaknya menetap selama satu minggu lagi. Namun, Rania tetap menolak, ia menjelaskan kepada sang nenek alasan dia harus secepatnya kembali ke Indonesia. Nenek Ainun tetap tidak menerima alasan tersebut. Robert juga membantu Rania menjelaskan pada sang nenek, tetapi perempuan 67 tahun itu tetap tidak menerima. Ia menyuruh agar Rania melepaskan universitas yang menerimanya dan sebagai gantinya Nenek Ainun akan mendaftarkan Rania di London. Namun, dengan lembut gadis bermata teduh itu menolak keinginan sang nenek.“Rania janji Nek, suatu hari nanti Rania akan datang ke sini dan

  • Syahadat Cinta   Puisi dari Seberang

    “Wau, kamu benar-benar susah ditebak ya,” Rania memberikan tepuk tangan ketika Robert mengeluarkan kue bolu yang dibuatnya dari dalam oven.“Maksud kamu?”“Ya aku kira kamu seorang pebisnis yang tidak suka pergi ke dapur atau melakukan pekerjaan wanita seperti ini, tapi ternyata aku salah sangka, bahkan kue buatan mu lebih bagus dari kue milik ku,” Rania memandang dua kue yang ada di atas meja dapur.“Bagus di luarnya belum tentu enak kan, siapa tahu kue milikmu lebih enak,” Robert berusaha membesarkan hati Rania.“Em iya juga sih, tapi menurut ku kue milikmu juga lebih enak” Rania memandang kue miliknya dengan pandangan aneh.“Kalau begitu kita buktikan saja dulu.”Robert memotong kue miliknya dan mencicipinya, begitu pula dengan Rania. Namun, baru mengunyah kue miliknya, Rania langsung berlari ke washtafel dan memuntahkannya

  • Syahadat Cinta    Kesan Lain

    Usai mandi dan sarapan Rania memilih untuk menonton televisi di ruang keluarga tanpa disangka Robert pun sedang berada di ruang keluarga, namun pria itu tidak sedang menonton siaran televisi, ia sedang memandangi layar laptop miliknya.“Kamu sedang apa?” Rania menyapa Robert.“Eh kamu Ran, sejak kapan di situ.”Rania memutar bola matanya kesal, “Robert,,,Robert aku tanya apa kamu jawab apa,” keluh Rania.“Iya,,,iya aku dengar kok pertanyaan kamu. Aku sedang mengecek laporan kantor dari sekertarisku.”“Oh begitu, pantas saja serius banget. Kalau aku nonton tv terganggu atau tidak?”“Tidak kok, tonton saja ini sebentar lagi juga selesai.”Rania pun mengambil remot tv yang tergeletak di atas meja. Gadis itu terus memencet-mencet tombol remot untuk mencari saluran yang menarik, namun tidak juga mendapatkan siran yang menarik. Robert menyadari bahwa R

  • Syahadat Cinta   Sang Pengganggu

    Rania terbangun ketika mendengar Adzan Subuh dari hp miliknya. Dengan mata yang masih setengah tertutup ia melihat jam dinding yang terpajang di dalam kamar yang ditempatinya. Rania berjalan dengan gontai menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri dan mengambil air wudu.Usai menyelesaikan urusannya di dalam kamar mandi, Rania pun mengambil mukenahnya yang diletakkan di atas sofa kamar, ketika Rania sedang menggelar sajadahnya, tiba-tiba seseorang mengetuk pitu kamar tidurnya.“Rania, kamu sudah bangun sayang?” suara Nenek Ainun menyertai ketukan tersebut.Rania menggeletakkan sajadahnya yang belum tergelar dengan sempurna begitu saja, kemudian berjalan kearah pintu kamar. Ia membuka pintu itu dengan perlahan, sosok Nenek Ainun yang sedang menggunakan mukenah berdiri tegak di balik pintu.“Nenek,,,” Rania tersenyum melihat sang nenek.“Kamu sudah salat Rania?” Nenek Ainun memperhatikan cucunya dari kepala hingga k

DMCA.com Protection Status