Home / Romansa / Sweet Love With CEO / Wanita yang unik dan langka

Share

Wanita yang unik dan langka

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rose melajukan motornya namun sebelum pulang dia mampir dulu ke mini market untuk membeli makanan dan minuman, daripada nanti harus keluar lagi.

Begitu pula dengan Daffa, setelah meeting dengan klien dia mampir ke mini market untuk membeli rokok dan minuman.

Melihat ada seorang pengemis membuat Rosella iba, "Kasian sekali nenek itu, kira-kira sudah makan atau belum ya?" batin Rosella sambil melihat isi dari kantong plastik yang dibawanya.

Rosella berniat untuk memberikan separuh makanan yang dia beli untuk pengemis itu.

Dengan senyuman yang mengembang di bibirnya, Rosella melangkahkan kaki menuju tempat dimana nenek itu duduk.

"Sedikit rejeki buat nenek." Rosella menyodorkan makanan dan minuman.

"Terima kasih nak, semoga Tuhan membalas kebaikanmu." Nenek pun berdoa atas kebaikan Rosella.

Meski hanya doa kecil yang diucapkan sang nenek, Rosella begitu bahagia.

Setelah itu Rosella mengendarai motornya dan berlalu.

Melihat Rosella, Daffa pun menyunggingkan senyuman, dia sungguh salut dengan jiwa sosisal yang dimiliki gadis itu.

"Dua kali kamu membuat aku salut padamu nona," batin Daffa.

Daffa sungguh terkesan dengan jiwa sosial yang dimiliki Rosella, menurutnya sungguh jarang saat ini menemukan wanita yang peduli akan sesamanya kalaupun ada biasanya mereka melakukan atas dasar pencitraan saja buka murni menolong.

CEO muda itu membuka safety belt nya lalu keluar Mobil mewah yang bersimbolkan kuda jingkrak pabrikan Eropa miliknya.

Saat masuk dalam minimarket beberapa pengunjung di sana melihat Daffa dengan pandangan takjub. Tubuh Daffa yang berisi dengan wajah blesteran Indo-Amerika membuatnya sangat sempurna.

Setelah menghitung belanjaannya kasir menerima kartu debit dari Daffa

"Mohon PINnya mas." Sambil menyuri pandang.

Setelah mendapat barang yang dibutuhkan Daffa keluar mini market dan langsung saja masuk mobilnya, mengabaikan orang-orang yang menatapnya.

Keesokan harinya Daffa dikejutkan dengan berita miring tentang dirinya, berita itu benar-benar membuatnya shock saking shocknya dia sampai frustasi, "Apa-apaan wanita itu." Dia memijat pelipisnya karena kepalanya yang tiba-tiba pening.

Dengan sekali pencet dan sedikit bicara tak lebih dari dua menit Ray sudah berdiri di hadapannya.

"Bagaimana bisa berita murahan ini bisa tersebar luas, dan lebih parahnya lagi kamu tidak melakukan apa-apa untuk menghentikannya!" seru Daffa sambil menunjukkan berita di tab miliknya.

"Saya sudah beberapa kali memblokir berita tersebut pak dan menutupnya namun lagi-lagi berita tersebut selalu bisa keluar lagi." Ray mencoba membela dirinya.

"Brengsek sekali wanita itu, sungguh jika bertemu akan aku sumpal mulutnya dengan sepatuku."

Saat bersamaan telpon genggam Ray berbunyi bagian resepsionis memberitahukan kalau banyak wartawan yang datang untuk meminta konfirmasi Daffa terkait berita yang mereka terima.

"Gawat Pak, di luar banyak wartawan yang ingin mewawancarai anda."

Daffa beranjak dari kursi kebesarannya, dia melihat keadaan luar kantornya lewat kaca dari ruangannya, dan benar saja banyak wartawan yang berdiri diluar gerbang kantor.

"Ray cepat datangkan petugas keamanan dan segera suruh mereka untuk pergi," titah Daffa.

Ray mengangguk dan pamit untuk segera bertindak.

"Brengsek wanita itu, beraninya dia memfitnahku dengan kejam seperti ini, kapan aku bertemu dengannya."

Untuk menghilangkan stres Daffa mengambil minuman kaleng di kulkas mini miliknya, dalam sekali teguk dia menghabiskan semua isinya.

Beberapa jam kemudian masalah sudah diatasi, selain memblokir semua berita miring tentang Daffa, Ray juga menghentikan serta menarik semua berita yang beredar.

Dia juga mengancam pihak media yang berani mengeluarkan berita tersebut lagi.

Ray mengusap peluh di keningnya, dia sungguh geram dengan Rosella, beraninya dia menyebarkan berita yang menjijikan itu.

"Pakai cara yang lebih terhormat nona untuk mendapat ketenaran bukan cara menjijikan seperti ini," gumamnya.

Ray datang ke ruangan Daffa untuk melaporkan semua, jika dia sudah membereskan kegaduhan yang terjadi. "Semua sudah selesai Pak."

"Ajak aku menemuinya Ray, aku ingin melihat wanita itu."

"Nggak ada yang menarik darinya Pak, jelek dan pendek kakinya persis kaki bebek." Ray malah menghina Rosella.

Ekspresi Daffa berubah mendengar ucapan Ray, apa iya ada wanita sejelek itu di dunia ini.

"Ajak saja aku kesana Ray."

Setibanya di tempat kerja Rosella, Daffa meminta Ray menunggu di mobil karena dia ingin menyelesaikan permasalahannya sendiri.

Saat menginjakan kaki di restoran tersebut otak Daffa berkelana, dia merasa tidak asing dengan tempat itu.

Matanya terus saja menelusuri setiap sudut restoran, dia berusaha membuka memori kembali.

Saat bersamaan Rosella datang dari luar, melihat Daffa yang seperti orang kebingungan membuatnya mendekat.

"Hallo.... Mas, ada yang bisa saya bantu? saya perhatikan kok masnya seperti orang yang bingung," tanya Rosella.

Melihat Rosella membuat Daffa terperangah karena Rosella adalah wanita yang menolong nenek di jalan dan di mini market. "Bukankah dia wanita yang membantu nenek nenek menyeberang jalan dan memberi makanan serta minuman pada pengemis?" batin Daffa sembari menatap Rosella.

Rosella jadi salah tingkah ketika Daffa terus menatapnya.

"Halo.... Halo, tes tes mas ganteng." Rosella melambaikan tangannya.

Baru setelah itu Daffa membuang pandangannya, "Maaf."

"Apa kamu tergoda dengan kecantikanku ini Mas." Goda Rosella sambil tertawa.

Ingin sekali Daffa muntah mendengar kepedean Rosella, tentu dia tidak tertarik sama sekali dengannya.

"Pd sekali wanita ini," gumamnya tapi masih bisa didengar oleh Rosella.

Meski kesal tapi Rosella tetap tertawa, dia juga menyadari kalau memiliki rasa percaya diri yang berlebih.

"Jadi anda mau pesan apa mas ganteng?"

"Aku tidak pesan apa-apa nona, aku mau....." kalimat Daffa terpenggal karena disela oleh Rosella.

"Jadi kamu wartawan yang ingin bertanya tentang hubunganku dengan Daffa Anderson CEO yang terkenal itu?" Lagi-lagi dia sangat percaya diri.

Selama ini Daffa memang tidak menunjukkan wajahnya ke media itulah sebabnya tidak ada yang mengenali wajahnya.

Amarah karena sudah difitnah dengan keji oleh Rosella hilang sudah malah kini yang ada dia ingin mengikuti permainan Rosella.

"Iya nona, bagaimana anda bertemu dengan Daffa Anderson?" tanya Daffa dengan gaya cool nya dengan melipatkan kedua tangannya di dada.

"Waktu itu aku bertemu dengannya di Mall, mungkin dia mencari makan atau apa, awalnya dia selalu menatapku mungkin terpesona dengan kecantikan diriku ini ya mas, beberapa saat kemudian dia menghampiri aku yang duduk sendiri dan parahnya dia langsung saja melamar ku namun aku menolaknya oleh sebab itu dia terus saja mengutus orang suruhannya untuk terus membujukku," jawab Rosella panjang kali lebar.

Daffa hanya melongo mendengar jawaban dari Rosella. Dia sungguh tak habis pikir dengan cerita epic nan palsu yang Rosella karang. "Wanita ini cocok sekali menjadi author."

"Begitulah ceritanya, jangan kaget ya. Aku sendiri juga heran dengan Daffa Anderson."

Lagi-lagi Daffa dibuat melongo, sampai untuk berkata-kata dia sangat kebingungan.

"Ingin sekali ku sobek mulutnya, bisa bisanya mengarang cerita yang menjijikan," batin Daffa.

Tak sanggup mendengar bualan Rosella, akhirnya Daffa mengaku jika dirinya bukanlah seorang wartawan.

"Sebenarnya aku bukan wartawan nona."

"Ooo.... Dilihat dari penampilanmu pakai kemeja putih dengan celana hitam, apakah kamu sedang cari pekerjaan?" tanya Rosella.

Daffa mengiyakan kata-kata Rosella, dia ingin bersandiwara dengan Rosella seperti Rosella yang menciptakan cerita palsu.

"Apakah ada lowongan disini?"

Wanita itu nampak berpikir, "Yang tersedia hanya OB mas." Daffa mengangguk sambil tersenyum.

Karena Rosella harus melayani pelanggan lain, dia meninggalkan Daffa yang masih setia di tempat duduknya

Karena sudah tidak ada yang dilakukan Daffa juga melangkah kaki kembali ke mobil, dia sengaja meminta Ray agar parkir di tepi jalan karena tidak ingin mengundang kegaduhan.

Di dalam mobil Daffa melabuhkan kepalanya di kepala bangku, kepalanya sungguh cenat-cenut mendengar bualan epic Rosella.

"Bagaimana Pak apa sudah dirobek mulut wanita itu?" tanya Ray penasaran.

Ray memiringkan tubuhnya supaya bisa menatap Daffa dengan leluasa, dia sungguh kepo dengan jawaban Daffa.

Daffa yang pusing tentu tidak menggubris pertanyaan Ray, dia membiarkan Ray menunggu jawabannya.

"Gimana Pak?" tanya Ray lagi.

"Sudah nyalakan mobilnya, ayo kita kembali."

"Baiklah," ucapnya dengan kecewa.

Sepanjang perjalanan Daffa terus saja menggelengkan kepala, dia masih tak habis pikir dengan Rosella.

"Wanita yang unik, aneh dan juga langka, kelihatannya dia wajib di lindungi supaya tidak punah, bisa bisanya mengarang cerita sepeti itu, kapan aku bertemu dengannya, kapan juga aku memintanya untuk menikah denganku." Daffa akhirnya menjawab pertanyaan Ray.

Jawaban Daffa membuat Ray tertawa, seperti hewan saja harus dilindungi agar tidak punah.

"Apa kamu akan melindunginya Pak?" Ray terus saja tertawa.

"Jangan tertawa Ray atau ku kirim dirimu ke kutub selatan supaya bisa berkumpul dengan habitat mu di sana," kekeksalan Daffa semakin bertambah.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mega
ngakak thor
goodnovel comment avatar
Ayda Ghidook
nsh ini yg bikin Reader betah ngakak tengah malem ............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sweet Love With CEO   Pertemuan ke dua

    Malam itu saat Rosella bersantai dia mendapat pemberitahuan dari grub yang ia ikuti terkait lowongan pekerjaan. Dia teringat akan pria yang menemuinya tadi di restoran alias Daffa Anderson. "Aku save ah nomornya, siapa tau dia berminat dengan pekerjaan ini," gumam Rosella lalu menyimpan nomor si pemberi pekerjaan. Pagi ini di Anderson Group, Daffa ada meeting dengan para petinggi perusahaan serta investor terkait tertundanya proyek mereka. "Bagaimana bisa proyek kita tertunda pak, padahal kami sudah berinvestasi untuk proyek ini." Protes salah satu kliennya. "Mohon maaf pak untuk hal itu, ada sedikit kendala, namun jangan khawatir secepatnya akan saya selesaikan supaya proyek kita segera terealisasi," ucap Daffa mencoba menenangkan para investor Seusai rapat, Daffa kembali ke ruangannya lalu dia melemparkan tubuhnya di sofa. Dia sungguh bingung harus bagaimana, jika tertunda maka keberangkatannya ke Amerika juga akan tertunda. "Mau nggak mau aku harus membujuknya sendiri untuk m

  • Sweet Love With CEO   Memerankan Daffa Anderson

    Semenjak pertemuan kedua itu, Daffa dan Rosella sering bertemu, bahkan Daffa memberanikan diri meminta alamat dan berkunjung ke rumah Rosella, dia semakin gencar mendekati Rosella mengingat deadline dari investor sudah semakin dekat. Meski keduanya semakin dekat tapi Daffa masih belum bisa membahas ke arah tanah dengan Rosella. "Bagaimana ini pak, investor sudah mulai mengoceh, mereka menuntut proyek agar segera di realisasi?" Ray melaporkan keadaan lapangan pada Daffa. Daffa memijat pelipisnya, dia sungguh bingung, selama dua minggu dekat dengan Rosella, dia belum bisa menemukan cara untuk mengobrol ke arah situ. "Temui mereka Ray, bilang ke mereka dua Minggu lagi, proyek sudah bisa di mulai." Daffa nekat memberikan titah yang belum pasti. "Anda yakin Pak?" tanya Ray penuh penekanan, karena dia merasa tidak yakin dengan Daffa. "Yakin, aku tak akan menunda lagi, aku harus mendapatkannya dengan cara apapun," jawab Daffa. Mereka berdua kalut dengan pikiran mereka masing-masing, Ra

  • Sweet Love With CEO   Rosella menjual tanahnya

    Daffa bersikap layaknya dirinya, dia berbincang dengan wartawan mengenai perusahaannya serta hal lain, tentu kesempatan emas ini tidak disia-siakan oleh wartawan karena kapan lagi bisa mewawancarai Daffa Anderson. Pak Sony meminta Daffa untuk mempromosikan restorannya, dan tentu Daffa menyaggupinya meski enggan. Melihat sikap Daffa yang seperti itu membuat Rosella puyeng, entah bagaimana jadinya sandiwaranya malam ini. "Mas ganteng, cukup sudah, akting kamu benar-benar over, ingat woy kamu bukan Daffa Anderson," bisik Rosella sembari menyenggol kaki Daffa. "Tenang, biar semua percaya memang harus seperti ini Rose," bisik Daffa balik. Acara sudah usai, Rose dan Daffa berpamitan pulang. Di dalam mobil Rosella terus diam, dia mengingat kembali sandiwara over Daffa, dia benar-benar pasrah jika besok muncul berita hoax, dan juga juga akan menerima konsekuensinya apalagi Daffa yang asli marah. "Apa yang kamu pikirkan Rose?" tanya Daffa. "Nasib aku besok Mas," jawab Rosella den

  • Sweet Love With CEO   Kedatangan Daffa

    Beberapa hari setelah Rosella menjual tanahnya Daffa tidak bisa dihubungi tentu hal ini membuat Rosella resah tak menentu juga gelisah di hati. Ingin sekali dia datang ke rumah Daffa namun dia tidak tahu alamatnya, sebenarnya Rosella takut jika Daffa kenapa-napa. "Mas ganteng kamu dimana sih, ada masalah apa? kenapa telepon dan juga pesanku nggak pernah dijawab. Aku sangat khawatir padamu apalagi aku mempunyai hutang banyak padamu," gumam Rosella sambil menatap langit di depan rumahnya. Dia terus saja menatap Sirius, bintang yang paling terang diantara yang lainnya. Dari kecil Rosella ingin seperti Sirius yang bersinar terang diantara lainnya. Lelah dan ngantuk menghampirinya, dengan langkah malas Rosella masuk dalam rumah. Setelah di kamar dia mengecek ponselnya dan lagi-lagi zonk, Daffa sungguh tak menghubunginya sama sekali. "Sudahlah, anggap saja dia tidak pernah ada. Stop thinking about him Rose." Rosella pun menyemangati dirinya sendiri Hari-hari berlalu, Daffa sibuk d

  • Sweet Love With CEO   Tinggal Bilang Calon Istri Aja Repot

    Hari sudah malam, Daffa memutuskan untuk pamit. "Aku pamit ya Rose, udah malam takutnya nanti ada grebegan lagi," kata Daffa dengan terkekeh. "Kamu tu ada-ada saja mas," sahut Rosella dengan tertawa. Daffa menatap wajah Rosella yang tertawa lepas, terbesit sebuah rasa aneh tapi Daffa segera menghalaunya. "Kalau digrebeg gawat Rose, pasti kita dinikahkan. Aku belum siap, untuk makan sendiri saja aku masih kurang apalagi punya istri." Daffa memegang tengkuknya. Setelah kepulangan Daffa, Rosella senyum-senyum sendiri sambil menutup wajahnya dengan tangan. "Mas cakep, aku sangat bahagia," gumamnya. Rosella seperti tanaman layu yang diguyur air hujan, "Rasa apa ini ya Tuhan." Sepanjang perjalanannya pulang, Daffa terus memikirkan Rose, dia bingung mau digunakan untuk apa uang Rose, padahal Daffa tau jika Rose juga memerlukan uang itu. Sesampainya di rumah, Daffa segera merebahkan diri di tempat tidurnya, dia merasa bersalah pada wanita berjiwa sosial itu. "Arrrgggg biarlah," teri

  • Sweet Love With CEO   Kerinduan Rose

    "Sembarangan, calon istri dari Hongkong," sahut Daffa kesal. Ray hanya tertawa, memang terkadang dia suka sekali menggoda atasan serta kakak sepupunya itu. Pesawat pribadinya telah siap, kini saatnya dia terbang ke US, rasa rindu kepada keluarga tercinta disana sudah tidak bisa dia bendung. Dari Bandara Internasional Los Angels, Daffa memerlukan waktu sekitar dua puluh tujuh menit untuk tiba ke Beverly Hills, rumah keluarganya. Kini pria itu telah tiba di rumah keluarganya, ketika dia keluar dari mobil pandangannya tertuju pada sesosok wanita yang sangat dia cintai. "Put," ucapnya sambil tersenyum. Dia mengambil koper miliknya, lalu berjalan mendekat ke arah Kakak iparnya. "Mas Daffa." Melihat Daffa Putri sangat senang. Putri segera meletakkan majalah yang dia bawa, dia berdiri dan membuka tangannya. Daffa mempercepat langkahnya lalu dia segera memeluk kakak iparnya. "I Miss you," kata Daffa sembari memeluk erat Putri. "I miss you too," sahut Putri. Rindu Daffa dan Putri be

  • Sweet Love With CEO   Aku Akan Segera Menikah

    Di US, Daffa bahagia tapi juga tersiksa, bagaimana tidak setiap hari dia harus melihat kemesraan Putri dan juga Sean. Hatinya meronta ingin memecah kemesraan mereka tapi dia tidak memiliki hak akan hal itu. "Put, andaikan kamu tahu rasa ini menyiksaku." Di balik pintu dia menahan kesakitan hatinya. Tepat di depan kamarnya, ada balkon dalam dan memang disitu adalah tempat Putri dan Sean bercanda bersama setiap harinya selain di kamar pribadi mereka.Sean yang ingat akan sang adik menyudahi bercandanya, dia beranjak dan berjalan menuju kamar Daffa. "Daffa." Sean langsung saja masuk.Daffa sudah duduk di sofa segera merespon panggilan kakaknya. "Ada apa kak?" "Bergabunglah bersama kami, ngapain menyendiri di kamar.""Tidak, aku lagi malas ngobrol." Tak mau tahu, Sean pun menarik tangan sang adik, dia memaksa Daffa untuk bergabung dengannya dan juga Putri. "Kamu ini pemaksa sekali sih!" gerutu Daffa."Sudah jangan cerewet!"Ketika mereka asik bercengkerama, Sean tiba-tiba dapat p

  • Sweet Love With CEO   Akan Beli Motor

    "Ada masalah apa sih Mas?" "Aku harus menikah," jawab Daffa yang membuat Ray terkejut."Menikah?!" ujarnya.Daffa mengangguk, dia menceritakan semua kepada Ray, dan sontak pria itu tertawa. "Astaga Mas, mas, masalah kamu itu muter saja di Kak Putri." "Terus tertawa potong gaji!" Seketika Ray terdiam, Daffa selalu saja mengancamnya dengan hal itu, lagipula tidak ada hubungannya sama sekali antara gaji dan tertawa."Kalau harus menikah ya menikah saja memangnya kamu sudah memiliki calon?" tanya Ray."Rosella." Lagi-lagi pria itu dibuat terkejut oleh Daffa, "Mas si Rosella yang menjual tanahnya pada kita itu!" "Iya," sahut Daffa."Kamu yakin?" sekali lagi Ray meyakinkan Daffa akan keputusannya."Entahlah." "Kalau kamu mau, aku bisa mencarikan wanita lain Mas, nggak harus Rosella." Daffa menggeleng, Rosella lah wanita yang beberapa lalu dikenalkan di publik olehnya jadi sandiwara harus berlanjut.Keesokan harinya, sepulang dari kerja Daffa pergi ke rumah Rosella, hal ini membuat ga

Latest chapter

  • Sweet Love With CEO   Jadi OB

    "Belum, memangnya apa jawabannya." "Dapat hadiah dari kantor lah!" sahut Ray enteng. "Ok." Seusai jam kantor selesai, Daffa segera pulang ke rumah, kali ini dia tidak pergi ke apartemennya karena takut ketiduran seperti kemarin lagi. "Mas tumben pulang cepat?" tanya Rosella. "Iya, oh ya aku punya sesuatu untuk kamu." Daffa menunjukkan dua tiket bulan madu ke pulau dewata. "Mas ini kan tiket ke pulau Bali, kamu dapat darimana?" tanya Rosella. "Hadiah dari kantor," jawab Daffa. Rosella mengerutkan alisnya, dia nampak heran, bagaimana bisa kantor Daffa memberinya dua tiket ke Bali. "Mas bukannya kamu hanya bekerja sebagai ob, mana mungkin kantor kamu memberikan hadiah seperti ini? memangnya kamu kerja dimana sih Mas?" Mendengar jawaban dari Rosella membuat Daffa bingung kembali, memang kalau dipikir-pikir tidak mungkin kantor biasa memberikan hadiah ke pulau dewata apalagi tiket yang dipesan oleh Ray adalah tiket business class. Mau nggak mau Daffa mengatakan jika dia bekerja

  • Sweet Love With CEO   Ajak Saja Bulan Madu

    Di ruangannya, Daffa nampak memijat lengannya tidurnya semalam sungguh tidak enak sekali, apalagi harus terus miring. "Kamu kenapa Pak?" tanya Ray yang tiba-tiba muncul. "Mengagetkan saja, kenapa tidak ketuk pintu terlebih dahulu!" Protes Daffa. Ray hanya terkekeh, biasanya juga tidak mengetuk pintu. "Pegal Mas?" tanyanya. "Banget, aku tidak bisa tidur," jawab Daffa. "Memangnya berapa ronde? gimana rasanya malam pertama, enak nggak?" Ray segera menarik bangku di hadapannya tak sabar menunggu cerita sepupunya tersebut. "Enak sekali mangkanya cepatlah menikah." Ray menghela nafas, bagaimana mau nikah jika waktu kencan saja dia hampir tak punya waktu. "Mana bisa aku menikah sedang berkenaan saja aku nggak sempat." Daffa tertawa mendengar keluhan Ray, lagipula dia tidak diktator banget, tidak seperti CEO pada umumnya. "Oh ya Mas, apa kamu tidak berbulan madu?" "Tidak," jawab Daffa tegas. "Lah kenapa? kan kasian istri kamu Mas, seorang wanita juga ingin moment

  • Sweet Love With CEO   Menikah Secara Sederhana

    Pernikahan sederhana telah siap, baik Rosella maupun Daffa sama-sama memakai pakaian yang sederhana. "Mana mas orang tua kamu?" tanya Rosella. "Masih latihan di dalam," jawab Daffa. Jawaban Daffa tentu membuat Rosella bingung, latihan apa? memangnya pernikahan mereka adalah pentas seni sehingga harus latihan. "Latihan apa Mas?" tanya Rosella bingung. "Latihan jadi orang tua aku," jawab Daffa sambil membolakan matanya. "Jadi orang tua kamu?" Segera Daffa meralat ucapannya, "Maksud aku mempersiapkan diri untuk bertemu menantunya." Rosella mengangguk, kemudian dia juga latihan untuk bertemu orang tua Daffa. Daffa yang melihat apa yang dilakukan Rosella hanya bisa menggelengkan kepala. Tak selang kemudian kedua orang tua pura-pura Daffa keluar, dengan senyum yang mengembang mereka mendatangi Daffa dan Rosella. "Ini menantu kami?" tanya kedua orang tuanya yang merupakan pegawai di kantor juga. "Iya Pak, Bu," jawab Daffa. Sebagai seoarang mantu, tentu Rosella menunjukkan rasa h

  • Sweet Love With CEO   Mendadak Sekali

    "Manusia mana yang tidak bisa mengendarai motor." Daffa terus menyahut enteng ucapan dari Ray. "Tapi ini sudah malam, mana ada dealer buka?" Daffa hanya melirik Ray, dia seakan nggak mau tahu. Melihat lirikan Daffa membuat asisten itu mengambil ponselnya, dia menghubungi langsung manager dealer salah satu produk dari Jepang. Tau Daffa ingin membeli motor, sang manager segera meminta anak buahnya untuk membuka dealer yang sudah tutup. Ditemani manager itu sendiri, Daffa berkeliling memilih motor yang cocok. "Motor moge kah Mas?" tanya Ray. "Ogah, tulangku bisa encok dan urat kalau mengendarai motor moge," jawabnya. "Sadar diri juga kalau udah tua," sahut Ray dengan tertawa. "Tertawa terus potong gaji." Seketika Ray terdiam, kemudian dia menyarankan sebuah motor matic yang nyaman. "Lebih baik ini saja." Dia menunjuk motor matic warna abu-abu. "Ini cocok sekali untuk digunakan pak Daffa, bodinya yang besar membuatnya lebih stabil saat dikendarai." Sang Manager tu

  • Sweet Love With CEO   Akan Beli Motor

    "Ada masalah apa sih Mas?" "Aku harus menikah," jawab Daffa yang membuat Ray terkejut."Menikah?!" ujarnya.Daffa mengangguk, dia menceritakan semua kepada Ray, dan sontak pria itu tertawa. "Astaga Mas, mas, masalah kamu itu muter saja di Kak Putri." "Terus tertawa potong gaji!" Seketika Ray terdiam, Daffa selalu saja mengancamnya dengan hal itu, lagipula tidak ada hubungannya sama sekali antara gaji dan tertawa."Kalau harus menikah ya menikah saja memangnya kamu sudah memiliki calon?" tanya Ray."Rosella." Lagi-lagi pria itu dibuat terkejut oleh Daffa, "Mas si Rosella yang menjual tanahnya pada kita itu!" "Iya," sahut Daffa."Kamu yakin?" sekali lagi Ray meyakinkan Daffa akan keputusannya."Entahlah." "Kalau kamu mau, aku bisa mencarikan wanita lain Mas, nggak harus Rosella." Daffa menggeleng, Rosella lah wanita yang beberapa lalu dikenalkan di publik olehnya jadi sandiwara harus berlanjut.Keesokan harinya, sepulang dari kerja Daffa pergi ke rumah Rosella, hal ini membuat ga

  • Sweet Love With CEO   Aku Akan Segera Menikah

    Di US, Daffa bahagia tapi juga tersiksa, bagaimana tidak setiap hari dia harus melihat kemesraan Putri dan juga Sean. Hatinya meronta ingin memecah kemesraan mereka tapi dia tidak memiliki hak akan hal itu. "Put, andaikan kamu tahu rasa ini menyiksaku." Di balik pintu dia menahan kesakitan hatinya. Tepat di depan kamarnya, ada balkon dalam dan memang disitu adalah tempat Putri dan Sean bercanda bersama setiap harinya selain di kamar pribadi mereka.Sean yang ingat akan sang adik menyudahi bercandanya, dia beranjak dan berjalan menuju kamar Daffa. "Daffa." Sean langsung saja masuk.Daffa sudah duduk di sofa segera merespon panggilan kakaknya. "Ada apa kak?" "Bergabunglah bersama kami, ngapain menyendiri di kamar.""Tidak, aku lagi malas ngobrol." Tak mau tahu, Sean pun menarik tangan sang adik, dia memaksa Daffa untuk bergabung dengannya dan juga Putri. "Kamu ini pemaksa sekali sih!" gerutu Daffa."Sudah jangan cerewet!"Ketika mereka asik bercengkerama, Sean tiba-tiba dapat p

  • Sweet Love With CEO   Kerinduan Rose

    "Sembarangan, calon istri dari Hongkong," sahut Daffa kesal. Ray hanya tertawa, memang terkadang dia suka sekali menggoda atasan serta kakak sepupunya itu. Pesawat pribadinya telah siap, kini saatnya dia terbang ke US, rasa rindu kepada keluarga tercinta disana sudah tidak bisa dia bendung. Dari Bandara Internasional Los Angels, Daffa memerlukan waktu sekitar dua puluh tujuh menit untuk tiba ke Beverly Hills, rumah keluarganya. Kini pria itu telah tiba di rumah keluarganya, ketika dia keluar dari mobil pandangannya tertuju pada sesosok wanita yang sangat dia cintai. "Put," ucapnya sambil tersenyum. Dia mengambil koper miliknya, lalu berjalan mendekat ke arah Kakak iparnya. "Mas Daffa." Melihat Daffa Putri sangat senang. Putri segera meletakkan majalah yang dia bawa, dia berdiri dan membuka tangannya. Daffa mempercepat langkahnya lalu dia segera memeluk kakak iparnya. "I Miss you," kata Daffa sembari memeluk erat Putri. "I miss you too," sahut Putri. Rindu Daffa dan Putri be

  • Sweet Love With CEO   Tinggal Bilang Calon Istri Aja Repot

    Hari sudah malam, Daffa memutuskan untuk pamit. "Aku pamit ya Rose, udah malam takutnya nanti ada grebegan lagi," kata Daffa dengan terkekeh. "Kamu tu ada-ada saja mas," sahut Rosella dengan tertawa. Daffa menatap wajah Rosella yang tertawa lepas, terbesit sebuah rasa aneh tapi Daffa segera menghalaunya. "Kalau digrebeg gawat Rose, pasti kita dinikahkan. Aku belum siap, untuk makan sendiri saja aku masih kurang apalagi punya istri." Daffa memegang tengkuknya. Setelah kepulangan Daffa, Rosella senyum-senyum sendiri sambil menutup wajahnya dengan tangan. "Mas cakep, aku sangat bahagia," gumamnya. Rosella seperti tanaman layu yang diguyur air hujan, "Rasa apa ini ya Tuhan." Sepanjang perjalanannya pulang, Daffa terus memikirkan Rose, dia bingung mau digunakan untuk apa uang Rose, padahal Daffa tau jika Rose juga memerlukan uang itu. Sesampainya di rumah, Daffa segera merebahkan diri di tempat tidurnya, dia merasa bersalah pada wanita berjiwa sosial itu. "Arrrgggg biarlah," teri

  • Sweet Love With CEO   Kedatangan Daffa

    Beberapa hari setelah Rosella menjual tanahnya Daffa tidak bisa dihubungi tentu hal ini membuat Rosella resah tak menentu juga gelisah di hati. Ingin sekali dia datang ke rumah Daffa namun dia tidak tahu alamatnya, sebenarnya Rosella takut jika Daffa kenapa-napa. "Mas ganteng kamu dimana sih, ada masalah apa? kenapa telepon dan juga pesanku nggak pernah dijawab. Aku sangat khawatir padamu apalagi aku mempunyai hutang banyak padamu," gumam Rosella sambil menatap langit di depan rumahnya. Dia terus saja menatap Sirius, bintang yang paling terang diantara yang lainnya. Dari kecil Rosella ingin seperti Sirius yang bersinar terang diantara lainnya. Lelah dan ngantuk menghampirinya, dengan langkah malas Rosella masuk dalam rumah. Setelah di kamar dia mengecek ponselnya dan lagi-lagi zonk, Daffa sungguh tak menghubunginya sama sekali. "Sudahlah, anggap saja dia tidak pernah ada. Stop thinking about him Rose." Rosella pun menyemangati dirinya sendiri Hari-hari berlalu, Daffa sibuk d

DMCA.com Protection Status