Home / Romansa / Sweet Enemy / Ulah Dixon

Share

Ulah Dixon

Author: Elpit
last update Last Updated: 2021-04-21 15:42:09
"Untuk apa?" tanya Ainsley tak mengerti.

"Ayolah, keluar sebentar saja," rengek Dixon.

"Tidak, aku tidak kurang kerjaan seperti dirimu," balas Ainsley menolak.

"Hanya sebentar saja, aku akan menunjukkan sesuatu padamu," kata Dixon masih tetap memaksa.

"Heuh ...." Terdengar Ainsley menghela napas, namun akhirnya menuruti permintaan Dixon meski dengan malas-malasan.

"Ya ya ya, tunggu sebentar," balas Ainsley sambil berjalan menuju balkon.

"Aku sudah ada di balkon, ada apa? Aku tidak menemukan apa pun disini," kata Ainsley.

"Jangan terus mendongak, sesekali kau perlu menunduk Ainsley. karena mendongak adalah sifat orang yang sombong."

"Cih! katakan saja apa maumu, Dixon? Jangan bertele-tele, aku masih mengantuk dan ingin tidur lagi."

"Sudah kubilang lihatlah ke bawah, Ainsley." kata Dixon sabar.

Ainsley pun menurut saja, dia melongok ke bawah dan benar saja ia mendapati Dixon berdiri di taman samping rumahnya.

"Sedang apa kau di sana?" tanya Ainsley. "Kau mau mencuri?" imbuh Ai
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sweet Enemy   Dixon Dan Kekonyolannya

    "Selamat pagi, Bibi," sapa Dixon begitu Brianna membukakan pintu untuknya. "Ah, Dixon, apa hari ini kalian akan bekerja?" tanya Brianna. "Apakah penampilanku seperti orang yang akan berangkat bekerja, Bibi?" tanya Dixon balik. "Ah, tidak sama sekali," balas Brianna, kemudian mereka tertawa bersama. "Ayo masuk, Dixon. Kau mencari Ainsley?" "Bukan aku, tapi Ainsley, Bibi. Dia tadi pagi menelponku dan memintaku datang kemari, mungkin dia rindu padaku. Padahal baru semalam kami bertemu," celetuk Dixon tanpa malu. Brianna tertawa. "Hus, kau ini apa tidak tahu seberapa marahnya Ainsley tadi pagi? Aku harap kau tidak mengulangi kesalahanmu itu lagi. Dia marah besar, sampai-sampai dia malas untuk makan. Dia hanya menunggumu," jelas Brianna. "Astaga, aku merasa malu karena baru pertama kali ini Ainsley yang mengundangku datang dan dia menungguku bahkan dia tidak mau makan. Apa dia ingin makan berdua denganku?" celoteh Dixon membuat Brianna geleng-geleng. "Pantas saja Ainsley selalu kesa

    Last Updated : 2021-04-22
  • Sweet Enemy   Pertanyaan Dari Ainsley

    "Hallo, Bibi," sapa Luke yang masuk mengikuti Ainsley. "Oh, Luke, sudah lama datang?" sambut Brianna ramah. "Tidak, Bibi, aku baru saja datang," balas Luke apa adanya. "Loh, diaman Ainsley?" tanya Brianna. "Dia mungkin sedang bersiap-siap, Bibi," jawab Luke. "Oh, kalian mau pergi?" tanya Brianna. "Ya, Bibi." Brianna mengngguk. "Duduklah dulu, Luke, aku tinggal sebentar." "Baik, Bibi, terima kasih." Brianna mengangguk lagi kemudian berjalan menaiki anak tangga. Brianna berniat menghampori putrinya di kamarnya. "Kau mau pergi bersama Luke, Ainsley?" tanya Brianna to the point saat masuk ke kamar Ainsley. Ainsley terkesiap, dan membiarkan saja ibunya memasuki kamarnya. "Kau tahu Dixon ada di sini tapi kau malah pergi bersama Luke? Di mana hati nuranimu, Ainsley? Kau boleh saja tidak menyukai Dixon tapi jangan begini, bukan begini caranya. Kasihan Dixon, dia anak yang baik, Ainsley," hardik Brianna. "Mom, bukan begitu,—" "Kau sengaja melakukannya, Ainsley?" "Astaga! Aku sama

    Last Updated : 2021-04-23
  • Sweet Enemy   Percakapan Di Taman

    "Dixon, mengapa kau sering sekali membuat Ainsley kesal?" tanya Brianna yang berhasil membuat Dixon mengerutkan kening. Dixin bingung dengan pertanyaan Brianna. Bukan tidak bisa menjawab, melainkan ada hal lain yang menjadi pertimbangannya. Apa jangan-jangan Brianna akan memarahinya, atau semacamnnya. Dixon sedikit berpikir keras. "Maafkan aku, Bibi, sebenarnya aku tidak pernah bermaksud untuk membuat Ainsley kesal. Aku ... ya, aku akui dulu aku memang begitu menyebalkan, tetapi sekarang aku rasa tidak. Tapi mau bagaimana lagi, Ainsley sudah terlanjur menanam di kepalanya bahwa aku menyebalkan dan dia membenciku, jadi apa pun yant aku lakukan sekarang seolah tidak pernah ada benarnya," jelas Dixon panjang. "Saat ini aku benar-benar berusaha untuk bersikap manis, bersikap baik agar Ainsley menaruh perhatiannya padaku, tetapi ternyata dia lebih tertarik pada Luke. Tapi itu tidak masalah, Bibi, kau tidak perlu khawatir. Luke sahabatku sejak kami kecil, aku sangat mengenalnya. Dia sanga

    Last Updated : 2021-04-23
  • Sweet Enemy   Satu Permohonan

    "Kalau iya, bagaimana?" "Ainsley?" lirih Dixon. Ya, Ainsley-lah yang menjawab pertanyaan Dixon. Ainsley berjalan menghampiri mereka sambil melebarkan senyum. Gadis itu mengedipkan mata pada Freddy dan Brianna sebagai kode untuk meminta kerjasama. Untungnya isyarat dari Ainsley ditangkap dengan baik oleh ayah dan ibunya. "Mengapa kau bertanya seperti itu, Dixon?" tanya Ainsley sambil menarik satu kursi kemudian duduk di sana. Ia justru sengaja duduk di dekat Dixon. "Tidak ada, apa salahnya bertanya?" Dixon balik bertanya. "Tidak ada salahnya, aku hanya ingin tahu alasannua saja," balas Ainsley cuek seraya mengambil saru piring dan ia bergabung makan siang dengan mereka. "Kau tidak makan di luar bersama Luke?" tanya Brianna menhernyit. Ainsley menggeleng. "Tidak, Mom." "Ainsley, kau serius akan pergi ke camp pelatihan khusus? Bukankah kau bisa masuk ke tempat pelatihan khusus secara mandiri saja?" tanya Dixon lagi karena dia belum mendapatkan jawaban yang pasti. "Mengapa kau te

    Last Updated : 2021-04-24
  • Sweet Enemy   Sadar Diri

    Ainsley mendelik terkejut mendapati tindakan Dixon yang diluar dugaannya, namun Dixon tak menghiraukan delikan mata Ainaley. Pria itu justru menahan tubuh Ainsley agar tidak bisa berayung ke belakang lagi. Ainsley tidak menolak atau mendorong Dixon untuk menjauh, dan kesempatan itu Dixon gunakan untuk melumat bibir Ainsley lembut. Tanpa disadari Ainsley merasa terbuai, Ainsley pun memejamkan matanya. Dalam ciuman itu Dixon tersenyum miring menyadari Ainsley tidak menolak sentuhannya. Apanya yang dibenci Ainsley dari Dixon? Nyatanya saat ini Ainsley memerima perlakuan Dixon. Pria itu tersenyum merasa menang. Menang karena akhirnya dia semakin yakin bahwa Ainsley sebenarnya tidak benar-benar membenci dirinya. Tiba-tiba Ainsley membuka matanya ketika sadar ini salah, dan langsung mendorong Dixon sekuat tenaga. Ainsley merasa bibirnya terasa sedikit aneh selepas berciuman dengan Dixon. "Apa yang kau lakukan?" sentak Ainsley tajam. Ia pun turun dari ayuna dan berdiri di hadapan Dixon d

    Last Updated : 2021-04-24
  • Sweet Enemy   Menolak Mengakui

    "Bibi, aku ingin bertemu Ainsley," kata Emily langsung saat Brianna membukakan pintu untuknya. "Oh, Emily, tapi tadi Ainsley bilang dia ingin istirahat," jelas Brianna berkata seperti apa yang dikatakan putrinya tadi. "Ah, oh, itu. Ya, tadi aku sudah menelponnya, Bibi. Ini sangat penting, aku butuh bantuannya, please ...." kata Emily berbohong. Dia tahu pasti Ainsley menyembunyikan itu dari ibunya jadi Emily juga akan sedikit berbohong. Sedikit? Ya, anggap saja begitu. "Oh, kalau begitu kau langsung ke kamarnya saja, Emily." "Ya, Bibi, terima kasih." Emily langsung berlari kecil. Saat ia baru menginjak satu anak tanggak, Brianna memanggil namanya. "Emily." Emily berbalik. "Ya, Bibi?" "Sepertinya Ainsley sedang bersedih. Bibi minta tolong padamu untuk menghiburnya," kata Brianna. Emily terdiam sebentar. Ternyata benar Ainsley menyembunyikan masalahnya dari ibunya. "Benarkah, Bibi? Kalau begitu biar nanti aku coba menghiburnya," balas Emily menyanggupi. "Oke, terima kasih, Emil

    Last Updated : 2021-04-24
  • Sweet Enemy   Ada Yang Kurang

    "Ainsley, mengapa tadi kau berpura-pura di depan Dixon?" tanya Freddy saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. "Berpura-pura apa, Dad?" tanya Ainsley menoleh ke arah ayahnya. "Iya, tadi bukankah kau bilang kau akan pergi ke camp? Padahal daddy tidak setuju kau pergi ke sana." "Pffttt ...." Ainsley tertawa. "Aku tidak pernah mengatakan aku akan pergi ke camp, Dad. Aku hanya bertanya bagaimana jika aku benar pergi ke camp. Aku ingin tahu reaksinya saja," jelas Ainsley sambil mengangkat bahu. "Lalu bagaimana reaksinya? Apa kau puas?" tandas Brianna. "Kenapa kau ketus begitu, Mom? Kau mau menyalahkan aku lagi? Ck, ya, aku salah. Aku memang salah." "Hei, ada apa ini? Ainsley, bukankah mommy hanya bertanya? Mengapa kau seperti ini, kau berlebihan, Sayang," ujar Freddy. "Berlebihan? Dad, kau tidak pernah tahu. Setiap hal yang aku lakukan pada Dixon selalu dianggap salah oleh mommy, dan Dixon lah yang selalu benar di mata mommy. Aku tidak mengerti dan aku ... lelah," ucap Ainsle

    Last Updated : 2021-04-24
  • Sweet Enemy   Hambar

    "Hallo," sapa Ainsley. Nada suaranya terdengar sumringah. Dixon hampir tersedak karena tak biasanya Ainsley begitu bersemangat menerima telpon darinya. Seulas senyum terbit pada bibir Dixon. "Ehem! Hallo." Ainsley mengulangi sapaannya dan memperbaiki nada bicaranya sehingga terdengar lebih netral. Namun Dixon malah semakin mengembangkan senyum karena merasa lucu. Detik berikutnya Dixon mencoba membawa diri pada kenyataan bahwa dia harus bersikap sewajarnya saja. "Ya, hallo. Tadi kau menelponku, ada apa? Maaf aku sedang mandi tadi," balas Dixon sekaligus menjelaskan. "Ah ya, tadi aku menelponmu karena aku ingin memberitahumu bahwa hasil penjualan kita hari ini melonjak sangat drastis, aku ... ya, aku hanya ingin mengabari itu saja," jelas Ainsley. "Oh ya? Aku belum melihatnya. Tadi aku kelelahan sehingga aku ketiduran setelah pulang dari rumahmu," kata Dixon. "Ah ya, tak masalah," balas Ainsley sedikit kaku. Ainsley merasa Dixon sedang mengabaikannya. Dari nada suaranya, Ainsle

    Last Updated : 2021-04-25

Latest chapter

  • Sweet Enemy   Happy Ending

    Seorang gadis termenung sendiri di depan cermin. Wajah ayunya dihiasi air mata yang membasahi pipinya. Paras yang berseri itu tampak tersirat kesedihan, atau entah itu perasaan haru. Dia tengah mengingat masa-masa yang telah berlalu. Dia sama sekali tidak menyangka hari ini akan tiba, hari yang akan menjadi hari berbahagianya. Ia tidak percaya bahwa orang yang ia pikir sangat ia benci ternyata hari ini akan menikahinya. Hari ini ia akan melepas masa lajangnya dan setelah hari ini statusnya akan berubah. Gadis itu mengangkat tangannya dan menggerakkan jemarinya untuk menghapus air matanya yang jatuh semakin deras. Puk! Sepasang tangan menepuk bahu gadis itu pelan sambil menatap gambaran diri yang terpantul pada cermin. "Aku tidak percaya aku sudah dewasa, Mom, aku masih ingat saat aku menangis meminta dibelikan permen kapas tapi daddy melarang," ujar gadis itu yang tak lain adalah Ainsley. Seorang yang dipanggil mommy itu tersenyum hangat. "Putri mommy memang sudah dewasa, dan dia

  • Sweet Enemy   Project Kedua Launching

    Dua minggu telah berlalu dengan begitu cepatnya. Tanpa disadari waktu terus berputar. Tanpa disadari hari demi hari telah terlewati. Hari ini, hari yang ditunggu-tunggu. DE BRIGHTENING akhirnya akan launching produk barunya. Di ballroom sudah dipadati para tamu undangan yang begitu banyak. Kali ini dua perusahaan Emperor dan Dynamit menggelar acara dengan sangat meriah. Lebih meriah berkali-kali lipat dibandingkan saat launcing produk mereka pertama kalinya. Pelaksaan acara hari ini berbeda dengan saat itu. Selain acaranya yang lebih meriah, kali ini juga tersedia banyak hadiah berisi paket DE BRIGHTENING yang lengkap untuk para tamu yang beruntung dan tentunya para tamu yang ikut berpartisipasi memeriahkan acara. "Kita semua bisa lihat penampilan facial wash yang resmi keluar hari ini, sangat cantik, bukan?" seorang narator tengah memandu acara saat ini, yang akan menjelaskan tentang produk-produk yang baru saja mereka luncurkan. "Hanya ada satu varian facial wash?" tanya salah s

  • Sweet Enemy   Ujian

    Jalanan yang mulai lengang membuat Ainsley berani menaikkan kecepetan berkendaranya. Namun tiba-tiba ia terpaksa harus menghentikan laju mobilnya karena sebuah mobil berhenti di tengah jalan, menghalangi jalan yang akan Ainsley lewati. Ainsley membunyikan klakson berkali-kali namun beberapa orang di sana tak ada yang bereaksi.. "Sial! Apa mereka semua tuli? Apa yang mereka lakukan di sana? Jika mobil mereka mogok kenapa tidak memanggil montir saja? Haih ... aku tidak boleh tertahan di sini," gerutu Ainsley pelan. Ainsley memutuskan untuk turun dari mobilnya dan segera menghampiri mereka. "Maaf, apa yang terjadi pada mobil kalian? Kenapa berhenti sembarangan dan menghalangi jalan?" tanya Ainsley berusaha untuk sopan. Empat orang laki-laki itu berbalik badan dan menatap nyalang ke arah Ainsley bersamaan. "Maaf, jika mobil kalian mogok dan butuh montir aku bisa panggilkan montir untuk kalian, tapi bisakah kalian menepikan mobilnya dulu, aku harus pergi sekarang," lanjut Ainsley. "K

  • Sweet Enemy   Akhir Pelatihan

    "Secara keseluruhan kau sudah menguasai semuanya, Ainsley. Apalagi dalam menembak kau sangat jago. Sebentar lagi aku akan memberikan ujian padamu dan jika kau mampu bertahan maka kau bisa dinyatakan lulus," ujar Alex. "Sebenarnya lulus atau tidak itu hanya formalitas saja, yang terpenting kau sudah menguasai tekniknya. Kau hanya harus berani menerapkannya di medan pertarungan," sambung Brandon. "Aku sangat senang bisa berlatih disini, bisa dilatih oleh kalian. Tetima kasih atas segala hal yang sudah kalian ajarkan padaku. Aku akan siap menjalani ujiannya, kapan pun itu. Aku juga akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian. Kalian sudah bekerja keras jadi aku juga harus bekerja keras," ujar Ainsley serius. "Kau siap untuk ujian?" tanya Alex mengulang pertanyaan. "Aku siap!" balas Ainsley mantap. "Meskipun itu mendadak?" tanya Alex lagi. "Ya, itu tidak masalah." "Bagus. Aku suka semangatmu, Ainsley," puji Brandon. "Oh ya, hari ini kebetulan aku ada acara, jadi kau bisa pulang l

  • Sweet Enemy   Penguat Rasa

    Iklan untuk promosi sudah disebarluaskan di internet. Banyak sekali warganet yang berkomentar positif. Mereka sangat penasaran pada produk baru DE BRIGHTENING setelah keluarnya body wash dan body lotion yang sangat fantastis itu. "Aku senang mereka memberikan respon positif. Ini membuat kita bisa semakin semangat dan maju, benar?" kata Ainsley sebagai pembuka percakapan. Tadinya Ainsley ingin berkumpul dengan rekan-rekannya sebentar saja, tapi karena mendapati komentar-komentar warganet yang menunjukkan ketidak sabarannya terhadap produk baru mereka, Ainsley jadi lupa pada rasa lelahnya. "Benar, aku jadi semakin tidak sabar ingin segera meluncurkan produk kita secepatnya," sambung Emily bersemangat. "Sepertinya kita perlu mengadakan perayaan untuk pencapaian kita," imbuh Luke. "Tidak, janga dulu. Kita belum mencapai apa-apa. Kita bahkan belum meluncurkan produknya," lanjut Dixon. "Hanya makan-makan saja, Dixon. Lagipula mumpung Ainsley ada di sini, kan? Jarang-jarang Ainsley bisa

  • Sweet Enemy   Promosi Sudah Siap

    "Selamat pagi," sapa Ainsley datang ke meja makan. "Pagi, Sayang, bagaimana kabarmu hari ini?" balas Freddy bertanya. "Aku baik, Dad." "Kau sepertinya semakin kurus, Ainsley, ayo makanlah yang banyak," sambung Brianna. "Oh ya? Aku sama sekali tidak kurus, Mom, itu pasti hanya perasaanmu saja," jawab Ainsley. "Pokoknya kau harus makan yang banyak. Ini, mommy ambilkan. Kau butuh banyak nutrisi untuk latihan, jadi kau juga harus makan yang banyak, jangan pikirkan tentang diet," kata Brianna menasehati. "Iya, Mommy sayang. Memangnya siapa pula yang diet? Dan kapan aku pernah diet?" "Tapi kau selalu makan sedikit. Sekarang kau tidak boleh makan sedikit, apalagi hanya makan buah saja." "Kau sedang menasehati dirimu sendiri, Brianna?" sela Freddy menggoda. "Apa?" "Hahaha ... ya begitulah saat kau muda. Kau bisa lihat dirimu dalam diri putri kita," celetuk Freddy. "Tapi mommy benar, kau memang harus makan yang banyak, Ainsley," lanjut Freddy lagi. "Iya iya, Dad. Aku akan habiskan i

  • Sweet Enemy   Manis

    "Kenapa? Memangnya aku tidak boleh merindukan kekasihku sendiri?" kata Dixon menggoda. Ainsley tersipu malu. "Tentu saja boleh, aku pun merindukanmu," balas Ainsley. "Sial! Kenapa kalian bermesraan di depan kami?" Brandon menggerutu kesal. "Kau masih belum memiliki kekasih? Aku pikir kau mengejar Rose teman satu tim camp-mu," celetuk Dixon. "Jangan bahas itu lagi. Kau seperti tidak tahu bagaimana dan siapa Rose saja. Akan aku hadiahi villa mewah untuk siapa pun yang berhasil memiliki Rose," kata Brandon sedikit sinis. Pasalnya Rose orang yang sangat cuek dan sangat sulit didekati. Selama lima tahun berada di satu tim yang sama, belum pernah sskali pun Brandon mendapatkan perhatian dari Rose. Tidak Brandon, tidak siapa pun. Karena memang begitulah Rose. Dixon tertawa. "Bagaimana kalau aku yang berhasil mendapatkan Rose? Aku tidak ingin hanya mendapatkan villa, aku ingin dihadiahi pulau yang kau miliki itu," celetuk Dixon. "Kau mau itu? Ambil saja. Khusus untukmu aku akan berikan a

  • Sweet Enemy   Latihan Pertahanan

    "Aku ingin mengusulkan sesuatu untuk produk kita, boleh?" tanya Emily. "Hm, apa?" tanya Dixon tanpa mengalihkan perhatian dari laptopnya. "Bagaimana kalau kita sekaligus mengeluarkan shampoo?" kata Emily. Dixon seketika menghentikan aktivitasnya lalu mengalihkan perhatiannya pada Emily. Begitu pula dengan Luke yang juga mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang tengah ia garap. "Shampoo?" "Iya. Produk yang keluar lebih dulu sudah ada body scrub, untuk melengkapi kebutuhan toiletries kita juga harus meluncurkan shampoo, bukan? Untuk kebutuhan wajah kita meluncurkan facial wash, jadi aku rasa tidak ada salahnya kita luncurkan shampoo juga," tutur Emily. "Bagaimana menurutmu, Dixon? Akan kita luncurkan bersamaan dengan ini atau mungkin kau punya rencana lain?" tanya Luke meminta pendapat Dixon, yang sejatinya adalah orang yang mengepalai proyek tersebut. "Hmm, kalau aku sih setuju-setuju saja. Menurutku bagus juga jika kita mengeluarkan produk shampoo juga. Karena aku sudah memilik

  • Sweet Enemy   Melepas Kerinduan

    Ainsley sudah selesai mandi sejak belasan menit yang lalu. Kini ia duduk di sofa ruang tamu untuk menunggu kedatangan Dixon sambil memainkan ponselnya. Ainsley menelpon seseorang yang akan ia ajak kerjasama dalam beberapa waktu ini. "Hallo, Jeremy, maafkan aku mengganggumu malam-malam begini. Aku tahu seharusnya tidak membicarakan soal pekerjaan di luar jam kerja," ujar Ainalsley sudah menyampaikan permintaan maafnya sebelumnya. "It's okay, Ainsley. Aku mengerti kesibukanmu. Tidak perlu sungkan," balas orang bernama Jeremy itu, yang adalah orang dari jasa periklanan. Mereka sudah cukup akrab setelah beberapa kali pertemuan dan juga sering mengobrol via telepon, tentu saja untuk membicarakan pekerjaan. "Jadi, apa yang kau perlukan, Ainsley?" tanya Jeremy. "Hmmm ... begini, Jeremy. Aku ingin kau buatkan iklan yang berisi beberapa clue untuk menarik perhatian calon pelanggan. Buat iklan itu agar ramah di internet dan juga aku ingin kau pasang iklan itu di gedung Emperor," pinta Ainsl

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status