"Atau Naya bakal dicoret dari KK, iya 'kan Ma?" gerutu Naya sambil meraih susu di Baki yang di bawa Nyonya alexa sambil mencoba beberapa gigit roti keju dengan dua lapis daging panggang di dalamnya.
Melihat jam sudah menunjukan jam tujuh pagi ia memutuskan untuk bangkit dari pertapaannya itu, ia bergegas mengambil sehelai handuk dari laci khusus peralatan mandinya kemudian berjalan ke arah kamar mandi, sedangkan Nyonya Alexa masih mantap duduk di atas ranjang gadis semata wayangnya itu. Sungguh lucu ia harus memastikan gadis itu mandi dengan bersih. Ya, biasanya Naya selalu menghabiskan waktu paginya untuk menatap laptop menyaksikan beberapa drama Korea yang belum ia selesaikan kemarin malam sambil menyantap beberapa cemilan seperti biasanya."Ma, Nay gak usah ditungguin. Nanti Nay ke bawah sendiri." Naya merasa tidak nyaman diawasi oleh Nyonya Alexa.Kadang Nyonya Alexa sangat protektif terhadap anaknya ini, mungkin ini menjadi alasan kenapa Naya memilih menjadi jomblo sejati daripada memiliki kekasih atau menikah tapi Nyonya Alexa ingin menjodohkan Naya dengan pria yang sama sekali belum ia temui, tampangnya saja dia tidak tahu.Naya memakai blouse putih dipadukan dengan rok span berwarna hitam tampaknya ia sudah siap untuk mencari pekerjaan hari ini. Namun, tunggu kemana dia harus mencari pekerjaan? Semalam ia hanya menghabiskan malamnya dengan laptop kesayangannya beberapa episode lagi drama itu aku segera tamat, entahlah gadis itu cukup kuat begadang semalam suntuk hanya untuk menyaksikan drama favoritnya itu. Setelah persiapan dirasa sudah beres Naya mengunci pintu kamarnya lalu menghampiri Nyonya Alexa di ruang makan, kebetulan nyonya rumah sedang menyantap makan paginya."Ma, Nay pergi dulu ya," ujarnya di sela Nyonya Alexa menandaskan segelas susu segar di atas meja."Iya hati-hati kamu mau nyoba lamar kemana Nay?" tanya Nyonya Alexa seperti tidak yakin dengan Naya."Iya Nay bakal coba ngelamar pekerjaan kalau ada yang cocok dengan jurusan Nay Ma, doain aja anak Mama yang imut ini bakal dapat pekerjaan hehehe ...," kekehnya."Kok Mama gak yakin ya Nay?" Nyonya Alexa membuat Naya yang tadi bersemangat tiba-tiba semangatnya yang berkobar-kobar Padam seketika.Oh, ya Naya Hanum merupakan sarjana lulusan tata busana, sebetulnya ia dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan di kantor ibunya sebagai kepala perusahaan, tetapi ia berpikir lebih baik merintis karir tanpa bantuan Nyonya Alexa."Huh kemana lagi aku harus ngelamar coba?" Ia melihat arah jarum jam menunjukan pukul 12.00 siang.sudah masuk waktu makan siang pikirnya akhirnya Naya memutuskan untuk menyantap makanan siang di rumah makan terdekat. Sambil menyantap makan siangnya Naya sekali-sekali mengecek ponselnya berharap ada lowongan pekerjaan yang bagus untuknya, seketika ia teringat kejadian tadi ketika melamar pekerjaan di salah satu perusahaan terkenal."Gimana kalau kamu jadi sekretaris saya sekaligus simpanan saya?" ujar sang pemilik perusahaan.Sontak saja naya terkejut apakah dia harus melakukan pekerjaan ini agar namanya Naya Harum tak dicoret dari KK? Oh tidak pikirnya.
Ting!Notifikasi dari ponselnya tiba-tiba mengusik lamunannya seketika, secepat kilat ia meraih benda pipih itu.[Selamat siang, saudari Naya Hanum anda kami panggil untuk melakukan interview di perusahaan kami besok hari. Mohon membawa surat lamaran dan berkas-berkas penting lainnya terima kasih]"Yes ... akhirnya aku kerja ...," pekiknya membut beberapa pelanggan yang sedang menyantap makanannya kaget diiringi tatapan aneh.Ia kembali duduk di bangkunya setelah terseyum malu segera ia menghabiskan makan siangnya dengan lahap.
Naya tidak percaya akan keajaiban ini dirinya sama sekali tidak pernah mengajukan diri di perusahan itu. Ya, tapi ya sudahlah berarti Dewi Keberuntungan sedang berpihak padanya pikir Naya. Akhirnya malam ini dirinya bisa tidur nyenyak tidak ada ocehan dari Nyonya Alexa lagi, dia hanya perlu menyiapkan mental untuk wawancara besok hari.Dalam kegirangan pulang ke rumah seorang pria yang lain tak bukan adalah Bagas membututinya dari belakang menggunakan mobil layaknya kucing yang akan menangkap mangsanya. Merasa diikuti Naya berusaha mengalihkan pandangan pria tersebut. Ia memasuki gang sempit lalu melihat sisi jalan, melirik tetapi mobil tadi tidak mengikutinya lagi."Aaagh ...," jeritnya ketika menoleh ke samping."Huus ...." Bagas menempelkan jari telunjuknya di bibir Naya yang mungil."Anda kurang kerjaan mengikuti aku" Naya menapih tangan Bagas."Anda mau menculikku?" Ia kembali menatap tajam pria dingin itu. Bagas tetap tenang lalu berkata pada Naya."Saya minta nomor handphone kamu."Ia mengeluarkan handphonenya lalu memberikan pada Naya, sementara gadis itu hanya tersenyum sinis lalu menjatuhkan handphone Bagas serupa ketika Bagas menghamburkan cemilan di supermarket tempo hari.
Naya melangkahkan kakinya pergi tetapi cekalan Bagas lebih cepat dibandingkan langkahnya."Kamu harus membayar handphone ini," ujar Bagas."Sebenarnya apa yang kamu mau dariku?" tanya Naya keheranan sambil memasang mimik wajah kesalnya."Saya mau kamu menikah denganku." Naya tercengang dalam hatinya tersimpan kebencian untuk orang ini, bagaimana mungkin mereka hidup bersama."Anda bisa tidak jangan ganggu hidupku lagi, aku ingin hidup yang tentram." Ia lalu pergi dari hadapan Bagas, sedangkan Bagas menatap Naya dari kejauhan lalu ia kembali mengejar Naya."Sebenarnya kamu mau 'kan, jujur saja." Kini Bagas berjalan beriringan dengan Naya ditambah dengan senyuman dibibirnya, wajah Naya masih nampak kesal."Enggak menikahimu adalah neraka bagiku!" tukasnya."Bener?" Bagas mencoba mengganggu Naya yang masih kesal dengan tingkahnya itu."Iya, Karena aku membencimu dan tidak memiliki cinta sedikit pun untuk orang yang menyebalkan macam dirimu" Ia mengacungkan jarinya telunjuknya ke arah Bagas."Ok kalau begitu akan aku buat kamu jatuh cinta."Ia tersenyum pada Naya lalu pergi sambil berkata. "Naya Hanum istri sang Bagas Permana." Ia berteriak beberapa orang melihatnya dengan heran."Dasar orang sinting huh." Ia mengerutkan dahinya.Naya memutuskan untuk pulang memberikan kabar gembira pada Nyonya Alexa. Ya, walaupun baru sekadar panggilan wawancara tapi ia yakin dirinya punya posisi yang bagus nanti di perusahaan itu."Mama ...." Naya me
"Eh anda bisa gak si gak usah ikut campur urusan aku bikin sebel aja pagi-pagi, pergilah!" hardik Naya."Lo aku cuma mau ngasih tumpangan untuk calon istriku, apakah salah?" Ia memperlihatkan mimik wajah bodohnya, Naya tetap tak habis pikir dengan pria menyebalkan di depannya ini."Udah berapa kali aku bilang aku gak mau menikah denganmu paham!" tukasnya lagi."Hari ini kamu ada interview 'kan, daripada kamu telat mending kamu naik sekarang," ujar Bagas dengan penuh kelembutan.Naya berpikir darimana dirinya tahu kalau Naya hari ini ada interview. Dan, betul juga kalau dia tidak tepat waktu datang untuk interview bisa pupus sudah harapannya untuk menjadi wanita yang memiliki karir, mau tidak mau dirinya menerima tumpangan dari Bagas." Ya udah deh, gak ada pilihan lain, tapi ini bukan jawaban kalau aku mau menikah sama kamu" Ia membuka pintu mobil bagian belak
Naya berjalan keluar dari kantor itu dia masih bingung apa dirinya harus bekerja sebagai suster, sedangkan dirinya adalah sarjana ya ampun apa kata Nyonya alexa nanti. Ya, walaupun gajinya juga cukup besar untuk seorang yang belum memiliki pengalaman kerja sama sekali seperti dirinya ini. Naya memutuskan untuk pulang, dari kejauhan tampak Bagas sedang menunggu Naya."Udah selesai?" tanya Bagas."Udah kau pergi saja aku gak usah dianter,""Aku gak mau kamu capek ya, ayo masuk!" jawab Bagas.Dengan terpaksa Naya menuruti perkataan Bagas. Kepalanya terasa mau pecah dengan semua ini. Bagas yang memperhatikan Naya sangat gusar mencoba bertanya apa yang terjadi." Calon istriku kenapa?" Naya mencoba tidak mendengarkan Bagas."Nay? Sayang?" tanya Bagas lagi."Tau ah kamu bikin pusing aja, aku ngelamar kerja cuma bua
Naya duduk kembali bersama Om Toto serta kedua orangtuanya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ia masih tak terima dengan nasib yang digariskan oleh ibu dan ayah. Ya, di usia yang masih terbilang cukup muda untuk menghabiskan masa mudanya seperti gadis kebanyakan. Namun, mengapa orang tuanya selalu memandang dirinya adalah sesosok yang lemah yang tak bisa bekerja, yang hanya membutuhkan orang lain untuk menjamin kehidupannya."Om, Naya mau tahu siapa yang bakal menikah dengan Naya apakah Naya bisa bertemu dengannya dulu." Naya mendekati Om Toto, membocorkan pria paruh baya diungkap dengan serius.
Ting! Naya membunyikan bel rumah besar bewarna putih tulang itu, ini sudah bel yang ketiga kalinya, ok kita coba sekali lagi.Krek! Seseorang membukakan pintu sebelum Naya menekan bel ke-tiganya. Pria itu mengenakan sweater abu-abu dengan rambut acak-acakan sembari menguap satu tangannya lagi menggaruk kepalanya yang gatal."Harum?" ujar si pria sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Naya yang lain tak bukan adalah Reno."Em, bukan saya Naya, suster pilihan bapak Rey," balas Naya dengan kikuk."Ok, ok silakan masuk."Nah pekerjaan kamu adalah mengurus segala keperluan nyonya Biya, membantu beliau ke kamar mandi, memasak makanan untuk beliau, dan ya pastinya kamu paham tugas seorang pengasuh untuk lansia."Reno mengitari ruangan itu sambil menerangkan segala tugas yang harus dipikul oleh Naya sebagai suster baru. Huh, kepala Naya dib
"Kamu berbicara dengan siapa?" tanya Reno pada Naya yang terlihat menyimpan sesuatu.Naya terlihat gugup, wajahnya pucat pasi takut Reno mengetahui apa yang terjadi di belakang tadi, jangan sampai Reno tahu kalau tidak habis karirnya dalam sekejap akibat dirinya kepergok berduaan dengan pria yang nyatanya bukan berduaan tapi pertengkaran, ya mana mungkin dalam sehari dirinya langsung mendapat pemecatan."Tidak, aku hanya menghirup udara di luar, sebelum memasak." Naya mencoba meyakinkan Reno yang kini berada di depannya."Hem semacam ritual begitu?" tanya pria itu lagi.Naya mengangguk pelan lalu tersenyum berharap Reno percaya akan kata-katanya tadi, reno kemudian berlalu meninggalkan Naya sedangkan Bagas masih bersembunyi di balik pintu, Naya mendorong tubuh pria itu hingga tak tampak wujudnya. Bagas terkekeh melihat wajah Naya yang dibuat pucat akan kejadian tadi, sungguh lucu pi
Sabtu pagi di awal bulan, hari ini Naya punya banyak waktu luang untuk memanjakan dirinya sebab hari ini dirinya libur bekerja, sudah hampir sebulan lebih ia bekerja di rumah bos besar itu. Ya, hari-harinya mulai produktif sepertinya tidak masalah mempunyai pekerjaan sebagai seorang suster. Wajah Naya pagi itu tergores udara yang lewat melalui ventilasi jendela besar di samping tempat tidurnya, kedua kelopak matanya terbuka sepertinya sengatan cahaya mentari membuat tidurnya pagi ini harus terhenti, ia berdiam sejenak menyadarkan jiwanya dari tidur panjang lalu memeriksa gawainya.[Pagi calon istriku] Pesan dari nomor tidak dikenal.Naya berpikir keras siapa dia? Ya, mungkin penggemar rahasianya, tak mau ambil pusing Naya meletakkan gawainya kembali beralih ke arah kaca jendela menatap hiruk pikuk kota di hari libur kerja ini, secangkir kopi dengan sedikit krimer bikinan Bi Sumi menemani paginya yang santai, sesekali ia memikir
Keadaan taman sedang ramai mungkin karena hari ini adalah hari libur, Naya dan Bagas masih tetap pada posisi masing-masing, duduk diam sesekali Bagas menoleh ke arah Naya yang masih membisu. Naya melihat seorang gadis kecil sedang mengantre di kios salah satu penjual es krim, Bagas memperhatikan Naya kemudian bangkit dari tempat duduknya, Naya hanya memperhatikan pria itu yang kini ikut mengantre dengan anak kecil tadi sungguh tingkah yang lucu pikir Naya."Ini es krim jagung kesukaanmu bukan?" Bagas memberikan sepotong es krim pada Naya."Dari mana kau tahu?" tanya Naya bersuara setelah lama membisu."Ya, apa yang tidak aku tahu tentang dirimu, semua aku tahu kecuali nomor ukuran pakaian dalammu, mungkin nanti akan aku ketahui setelah kita menikah." Bagas tertawa geli."Dasar otak mesum." Naya kembali menjilati es krimnyaBagas sedikit geli melihat tingkah Naya, gadis itu menikmati es krimnya sampai mengenai hidungnya."Naya." panggil Bagas
Matahari sudah mulai condong ke timur setelah hampir satu hari perjalanan Bagas memarkirkan mobilnya di halaman rumah bernuansa gothic ala-ala eropa. Naya memandangi sekitar 'wah luas sekali pekarangan rumah Bagas' Naya takjub akan rumah Bagas yang bak istana, rumah itu terletak di tengah padang rerumputan jika kita berjalan sedikit ke arah barat maka kita akan menemukan perternakan lebah milih keluarga Biya. Ya, keluarga itu adalah keluarga yang terpandang bisa dibilang orang berada, tak hanya itu di sana juga ada peternakan sapi perah yang tidak bisa dihitung dengan jari lagi jumlahnya. Bagas memanggil asistennya dari dalam rumah megah itu tampak seorang wanita dan pria tergesa-gesa menghampiri Naya dan Bagas."Mang Ujang tolong bawa tas ini masuk ya!" kata Bagas pada Mang Ujang, asisstennya."Baik, Den." Mang Ujang dan Bi Inah membawa semua tass besar itu masuk ke dalam rumah.tuk! tuk! suara tapak kaki seseorang, ternyata Nyonya Biya dan Gladis sudah berdiri
Matahari bersinar cerah Naya dan Bagas hari ini akan melangsungkan perjalanannya ke Bandung. Berat hati sebenarnya Naya meninggalkan Nyonya Alexa, tetapi harus bagaimana lagi dia sekarang hanya bisa tunduk pada Bagas, suaminya. Setelah beberapa tas besar masuk ke dalam bagasi Naya dan Bagas kemudian berpamitan pada orang tua Naya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto."Ma, Pa Naya pamit." Naya memeluk orang tuanya secara bergantian dan menyalami mereka."Iya Nak, kamu baik-baik di sana." Nyoya Alexa menitikkan air matanya begitu pula dengan Tuan Broto.Setelah acara perpisahan itu selesai Bagas dan Naya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di halaman rumah Naya."Ma, Pa kami jalan dulu," sahut Bagas dari dalam mobil.Kedua orang tua itu melambaikan tangan seketika mobil tak tampak lagi di pelupuk mata Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ayah Naya membawa Nyonya Alexa kembali masuk ke dalam
"Eh Naya ini minum-minum." Nyonya Alexa memberikan segelas air putih pada Naya.Naya segera mengambil gelas yang diberikan oleh ibunya, bagaimana bisa Bagas memutuskan secepat ini pergi ke Bandung. Dia sama sekali belum pernah membicarakan hal ini pada Naya, dan lucunya lagi hah apa? Naya akan melanjutkan kuliah siapa yang bilang? Naya bergedik memijati pelipisnya, sementara Bagas terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa pun 'dasar rubah' Naya menatap wajah Bagas."Kamu gak apa-apa Naya, makannya pelan-pelan dong!" Nyonya Alexa menepuk punggung anaknya."Udah Ma, Naya gak apa-apa. Cuma keselek doang." Naya menoleh ke arah Bagas.Acara makan malam selesai, Naya menyempatkan untuk membatu Nyonya Alexa. Meskipun sesungguhnya ia lelah, tetapi tidak enak rasanya jika membiarkan wanita yang sudah masuk kepala lima itu berlama-lama berdiri seharusnya Naya bisa membatu ibunya ditambah lagi hari ini hari terakhirnya bisa menemani ibunya, Bagas sepertinya suda
Dengan cepat Naya meraih gagang lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Karena Bagas berpikir Naya telah selesai berpakaian Bagas membalikkan badannya lagi tepat di hadapan Naya dan astaga Bagas berteriak melihat rambut Naya yang menjulur ke depan seperti hantu."Kamu ini kurang kerjaan atau apa sih?" Bagas mengelus dadanya."Eh salah aku apa Mas aja yang berlebihan, sama hantu aja takut, dasar penakut hahaha."Bagas masih terdiam di kamarnya, sementara Naya kini sudah duduk di meja riasnya merapikan rambutnya dia harus tampil cantik bukan. Walaupun hanya akan menghadiri makan malam."Berapa jam lagi kamu selesaiberdandan?" Bagas memutarkan bola matanya tanda bosan."Mas duluan aja apa susahnya sih." Ia menoleh ke cermin kembali.Bagas berjalan ke arah meja rias lalu mengambil sisir yang semula ada di tangan Naya. Dengan gerakan yang s
Gadis manja akan menjadi babu untuk Biya .... Dia akan tahu seberapa sakit hati ini oleh bibinya ... Hem .... (Bersenandung) "Gladis bisakah kau ambilkan roti lagi untukku." Nyonya Biya berhenti mengoleskan selai madu di dasaran rotinya. "Nyonya kenapa anda terlihat begitu bahagia di atas penderitaanku." Gladis berjalan menemui Biya menyerahkan dua lembar roti tawar yang diambilnya dengan malas. Gladis adalah seorang wanita berdarah campuran, ayahnya seorang warga berdarah Eropa lebih tepatnya, Inggris, sementara sang ibu murni Indonesia tulen. Nyonya Biya dan ibu Gladis merupakan sahabat lama, Gladis dan Bagas juga sudah menjalin persahabatan sejak kecil umur mereka hanya terpaut selisih hitungan bulan saja. Gladis adalah sosok wanita yang supel, fashionable, perpeksionis, satu lagi ambisius ia akan rela mengobarkan segalanya demi mendapatkan semua yang dia inginkan. Sudah lama i
Bagas tak menghiraukan perkataan sang istrinya itu. Sementara naya, menutup kedua netranya berharap malam ini Bagas tak melakukan ritual yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pengantin baru. Jantung Naya berdegub kencang 'mati aku, oh tidak Tuhan ... aku mohon jangan hari ini' Naya berkomat-kamit tidak jelas sambil memicingkan matanya lagi.'huft' Bagas mengambil handuk putih di belakang tubuh Naya yang letaknya di atas nakas, memang sungguh menyebalkan kenapa dia tak mengambil handuk itu langsung ke Nakas. Bagas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Naya yang kini sudah bercucuran keringat."Kamu pikir aku mau melakukan itu padamu hahaha, atau kamu yang menginginkannya," ujar Bagas."Dasar tidak waras." Naya melipat tangannya memalingkan wajah kesalnya hingga muka lelaki menyebalkan itu tak ia lihat lagi.Bagas mendekat kembali. "Mandi bareng yuk?"
Mereka kini telah berada di pintu masuk aula, Shelin menggandeng Naya, untuk acara ijab kabul Naya mengenakan pakaian adat koto gadang—pakai adat dari Sumatera Barat. Ya, Naya merupakan gadis keturunan Minang. Namun, ia lahir dan besar di kota hujan, Bandung. Naya beserta pengiringnya memasuki aula ijab kabul, Bagas menoleh ke arah Naya. Kemudian, sembari menatap pak penghulu. Mungkinkah dirinya sudah melupakan balas dendamnya? Setelah melihat kebaikan hati gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya serta dari pancaran wajah Naya yang jelita terlihat bahwa dia adalah gadis yang baik. "Acara sudah bisa dimulai ya?" tanya pak penghulu pada saksi dan tamu undangan. "Dimulai saja pak," ucap Tuan Broto diangguki oleh yang lain. Acara pun dimulai Bagas menjabat tangan pak penghulu, seraya dituntun untuk membaca secarik kertas di hadapannya. "Nak Bagas kita mulai ya?" Bagas mengangguk pelan sambil membetulkan letak pecinya. "Bismillahirrahm
Wanita itu masih menangis kemudian berjalan lagi berharap suaminya mau kembali lagi padanya dan meninggalkan wanita yang kini berusaha merusak kebahagian keluarga kecilnya. Namun, apa yang didapat wanita tadi tersungkur terjatuh akibat dorongan tangan pria. Bagas kecil terkejut atas perlakuan ibunya, bayi kecil Reno menangis wanita itu sontak menyelamatkan bayi itu agar tak terjatuh sewaktu suaminya yang kejam menjatuhkan dirinya ke dasar lantai.Ibu Bagas menyuruh Bagas tak melihat pertikaian ini, Bagas kecil pun bersembunyi di balik pintu. Sesekali dirinya menatap wajah pusat sang ibu di balik celah pintu ruangan itu."Tuan Jo yang terhormat, kalau ini kehendakmu jangan pernah kau injakkan kaki di rumah ini. Pergilah tinggalkan kami aku akan menganggapmu telah mati."Dan kamu wanita jalang, selamat anda telah menang semoga apa yang aku rasakan ini, akan terjadi pada keluargamu kelak." Ibu Bagas tersenyu
[Apakah kita akan pergi seabad lagi?] Bagas menghampiri Naya lalu menatap malas gadis itu kemudian memberikan aba-aba agar Naya berdiri. Keduanya Lalu memasuki mobil Bagas.Mobil melaju ke arah sebuah toko butik terkenal di kota itu, seseorang menyabut keduanya setelah Naya dan Bagas tersenyum ramah. Naya mendahului Bagas masuk ke butik itu, seorang wanita paruh baya memanggil Naya dari kejauhan, melambaikan tangan. Naya menghampirinya, ternyata Bagas benar di butik ini akan ada Nyonya Biya terpaksa dirinya harus bermanis-manis muka di hadapan Nyonya Biya."Sayang akhirnya sampai juga, ini Ibu sudah memilihkan pakaian yang cocok untuk hari resepsi kalian." Nyonya Biya memperlihatkan gaun dan jas yang memiliki warna serasi.Naya dan Bagas memasuki ruang ganti, seperkian menit keduanya pun keluar sungguh sangat serasi Naya terlihat anggun sedangkan Bagas sangat tampan sekali. Naya melirik