"Kamu berbicara dengan siapa?" tanya Reno pada Naya yang terlihat menyimpan sesuatu.
Naya terlihat gugup, wajahnya pucat pasi takut Reno mengetahui apa yang terjadi di belakang tadi, jangan sampai Reno tahu kalau tidak habis karirnya dalam sekejap akibat dirinya kepergok berduaan dengan pria yang nyatanya bukan berduaan tapi pertengkaran, ya mana mungkin dalam sehari dirinya langsung mendapat pemecatan."Tidak, aku hanya menghirup udara di luar, sebelum memasak." Naya mencoba meyakinkan Reno yang kini berada di depannya."Hem semacam ritual begitu?" tanya pria itu lagi.Naya mengangguk pelan lalu tersenyum berharap Reno percaya akan kata-katanya tadi, reno kemudian berlalu meninggalkan Naya sedangkan Bagas masih bersembunyi di balik pintu, Naya mendorong tubuh pria itu hingga tak tampak wujudnya. Bagas terkekeh melihat wajah Naya yang dibuat pucat akan kejadian tadi, sungguh lucu piSabtu pagi di awal bulan, hari ini Naya punya banyak waktu luang untuk memanjakan dirinya sebab hari ini dirinya libur bekerja, sudah hampir sebulan lebih ia bekerja di rumah bos besar itu. Ya, hari-harinya mulai produktif sepertinya tidak masalah mempunyai pekerjaan sebagai seorang suster. Wajah Naya pagi itu tergores udara yang lewat melalui ventilasi jendela besar di samping tempat tidurnya, kedua kelopak matanya terbuka sepertinya sengatan cahaya mentari membuat tidurnya pagi ini harus terhenti, ia berdiam sejenak menyadarkan jiwanya dari tidur panjang lalu memeriksa gawainya.[Pagi calon istriku] Pesan dari nomor tidak dikenal.Naya berpikir keras siapa dia? Ya, mungkin penggemar rahasianya, tak mau ambil pusing Naya meletakkan gawainya kembali beralih ke arah kaca jendela menatap hiruk pikuk kota di hari libur kerja ini, secangkir kopi dengan sedikit krimer bikinan Bi Sumi menemani paginya yang santai, sesekali ia memikir
Keadaan taman sedang ramai mungkin karena hari ini adalah hari libur, Naya dan Bagas masih tetap pada posisi masing-masing, duduk diam sesekali Bagas menoleh ke arah Naya yang masih membisu. Naya melihat seorang gadis kecil sedang mengantre di kios salah satu penjual es krim, Bagas memperhatikan Naya kemudian bangkit dari tempat duduknya, Naya hanya memperhatikan pria itu yang kini ikut mengantre dengan anak kecil tadi sungguh tingkah yang lucu pikir Naya."Ini es krim jagung kesukaanmu bukan?" Bagas memberikan sepotong es krim pada Naya."Dari mana kau tahu?" tanya Naya bersuara setelah lama membisu."Ya, apa yang tidak aku tahu tentang dirimu, semua aku tahu kecuali nomor ukuran pakaian dalammu, mungkin nanti akan aku ketahui setelah kita menikah." Bagas tertawa geli."Dasar otak mesum." Naya kembali menjilati es krimnyaBagas sedikit geli melihat tingkah Naya, gadis itu menikmati es krimnya sampai mengenai hidungnya."Naya." panggil Bagas
"Ma, mereka beneran dateng hari ini," tanya tanya menyergitkan dahinya. "Iya begitulah kita tunggu sebentar lagi, mungkin macet di jalan," jawab Nyonya Alexa. Naya kembali menatap ke depan sesekali membetulkan riasan rambutnya. Beberapa menit kemudian suara kendaraan roda empat membuyarkan kesunyian hati Naya seluruh mata menyaksikan mobil itu melaju lalu berhenti tepat di pintu utama kediaman Naya. Naya masih malas untuk menempatkan matanya ke arah rombongan mobil itu, Nyonya Alexa mencubit lengan putrinya ia tersenyum senang melihat sebentar lagi anak gadisnya menjadi orang kaya, ya tapi belum tentu juga bukan? Seorang lelaki setengah paruh baya keluar dari mobil Lalu dirinya bergegas membukakan pintu bagian belakang terlihat dua orang keluar dari dalam mobil satu dari keduanya Naya tahu dia adalah Om Toto paman dari si calon suami Naya lalu Naya menatap orang kedua yang keluar dari dalam mobil 'itu bukannya Nyonya Biya?' Naya menyipitkan matany
Tepat jam dua belas malam Naya kembali membukakan matanya, berlalu ke arah dapur melihat isi dalam lemari pendingin kerongkongannya sedikit kering. Naya meneguk satu botol minuman susu sambil memandang Ke luar suasana malam di kota itu masih ramai walaupun sudah tengah malam. Naya mengiba dirinya begitu tidak beruntung setelah menjadi suster kini terpaksa harus menikah dengan pria kejam yang hanya ingin menikahinya semata-mata untuk mengurus ibunya yang renta. Akankah ini akhir dari perjalanan cintanya? Naya menghela napas melihat album memori di handphonenya kenangan lama bersama sosok pria yang lama meninggalkannya setelah menorehkan luka dihati gadis itu, kini dirinya pun tak tahu raganya ada dimana. Satu tahun silam. Naya duduk di bangku sambil menunggu dosen pengajarnya tiba. Ia mengarahkan mata pada sekeliling kelas 'dimana dia tumben pagi ini tidak datang cepat?' Naya menatap layar handphonenya mencari nama Egi di ko
[Apakah kita akan pergi seabad lagi?] Bagas menghampiri Naya lalu menatap malas gadis itu kemudian memberikan aba-aba agar Naya berdiri. Keduanya Lalu memasuki mobil Bagas.Mobil melaju ke arah sebuah toko butik terkenal di kota itu, seseorang menyabut keduanya setelah Naya dan Bagas tersenyum ramah. Naya mendahului Bagas masuk ke butik itu, seorang wanita paruh baya memanggil Naya dari kejauhan, melambaikan tangan. Naya menghampirinya, ternyata Bagas benar di butik ini akan ada Nyonya Biya terpaksa dirinya harus bermanis-manis muka di hadapan Nyonya Biya."Sayang akhirnya sampai juga, ini Ibu sudah memilihkan pakaian yang cocok untuk hari resepsi kalian." Nyonya Biya memperlihatkan gaun dan jas yang memiliki warna serasi.Naya dan Bagas memasuki ruang ganti, seperkian menit keduanya pun keluar sungguh sangat serasi Naya terlihat anggun sedangkan Bagas sangat tampan sekali. Naya melirik
Wanita itu masih menangis kemudian berjalan lagi berharap suaminya mau kembali lagi padanya dan meninggalkan wanita yang kini berusaha merusak kebahagian keluarga kecilnya. Namun, apa yang didapat wanita tadi tersungkur terjatuh akibat dorongan tangan pria. Bagas kecil terkejut atas perlakuan ibunya, bayi kecil Reno menangis wanita itu sontak menyelamatkan bayi itu agar tak terjatuh sewaktu suaminya yang kejam menjatuhkan dirinya ke dasar lantai.Ibu Bagas menyuruh Bagas tak melihat pertikaian ini, Bagas kecil pun bersembunyi di balik pintu. Sesekali dirinya menatap wajah pusat sang ibu di balik celah pintu ruangan itu."Tuan Jo yang terhormat, kalau ini kehendakmu jangan pernah kau injakkan kaki di rumah ini. Pergilah tinggalkan kami aku akan menganggapmu telah mati."Dan kamu wanita jalang, selamat anda telah menang semoga apa yang aku rasakan ini, akan terjadi pada keluargamu kelak." Ibu Bagas tersenyu
Mereka kini telah berada di pintu masuk aula, Shelin menggandeng Naya, untuk acara ijab kabul Naya mengenakan pakaian adat koto gadang—pakai adat dari Sumatera Barat. Ya, Naya merupakan gadis keturunan Minang. Namun, ia lahir dan besar di kota hujan, Bandung. Naya beserta pengiringnya memasuki aula ijab kabul, Bagas menoleh ke arah Naya. Kemudian, sembari menatap pak penghulu. Mungkinkah dirinya sudah melupakan balas dendamnya? Setelah melihat kebaikan hati gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya serta dari pancaran wajah Naya yang jelita terlihat bahwa dia adalah gadis yang baik. "Acara sudah bisa dimulai ya?" tanya pak penghulu pada saksi dan tamu undangan. "Dimulai saja pak," ucap Tuan Broto diangguki oleh yang lain. Acara pun dimulai Bagas menjabat tangan pak penghulu, seraya dituntun untuk membaca secarik kertas di hadapannya. "Nak Bagas kita mulai ya?" Bagas mengangguk pelan sambil membetulkan letak pecinya. "Bismillahirrahm
Bagas tak menghiraukan perkataan sang istrinya itu. Sementara naya, menutup kedua netranya berharap malam ini Bagas tak melakukan ritual yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pengantin baru. Jantung Naya berdegub kencang 'mati aku, oh tidak Tuhan ... aku mohon jangan hari ini' Naya berkomat-kamit tidak jelas sambil memicingkan matanya lagi.'huft' Bagas mengambil handuk putih di belakang tubuh Naya yang letaknya di atas nakas, memang sungguh menyebalkan kenapa dia tak mengambil handuk itu langsung ke Nakas. Bagas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Naya yang kini sudah bercucuran keringat."Kamu pikir aku mau melakukan itu padamu hahaha, atau kamu yang menginginkannya," ujar Bagas."Dasar tidak waras." Naya melipat tangannya memalingkan wajah kesalnya hingga muka lelaki menyebalkan itu tak ia lihat lagi.Bagas mendekat kembali. "Mandi bareng yuk?"
Matahari sudah mulai condong ke timur setelah hampir satu hari perjalanan Bagas memarkirkan mobilnya di halaman rumah bernuansa gothic ala-ala eropa. Naya memandangi sekitar 'wah luas sekali pekarangan rumah Bagas' Naya takjub akan rumah Bagas yang bak istana, rumah itu terletak di tengah padang rerumputan jika kita berjalan sedikit ke arah barat maka kita akan menemukan perternakan lebah milih keluarga Biya. Ya, keluarga itu adalah keluarga yang terpandang bisa dibilang orang berada, tak hanya itu di sana juga ada peternakan sapi perah yang tidak bisa dihitung dengan jari lagi jumlahnya. Bagas memanggil asistennya dari dalam rumah megah itu tampak seorang wanita dan pria tergesa-gesa menghampiri Naya dan Bagas."Mang Ujang tolong bawa tas ini masuk ya!" kata Bagas pada Mang Ujang, asisstennya."Baik, Den." Mang Ujang dan Bi Inah membawa semua tass besar itu masuk ke dalam rumah.tuk! tuk! suara tapak kaki seseorang, ternyata Nyonya Biya dan Gladis sudah berdiri
Matahari bersinar cerah Naya dan Bagas hari ini akan melangsungkan perjalanannya ke Bandung. Berat hati sebenarnya Naya meninggalkan Nyonya Alexa, tetapi harus bagaimana lagi dia sekarang hanya bisa tunduk pada Bagas, suaminya. Setelah beberapa tas besar masuk ke dalam bagasi Naya dan Bagas kemudian berpamitan pada orang tua Naya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto."Ma, Pa Naya pamit." Naya memeluk orang tuanya secara bergantian dan menyalami mereka."Iya Nak, kamu baik-baik di sana." Nyoya Alexa menitikkan air matanya begitu pula dengan Tuan Broto.Setelah acara perpisahan itu selesai Bagas dan Naya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di halaman rumah Naya."Ma, Pa kami jalan dulu," sahut Bagas dari dalam mobil.Kedua orang tua itu melambaikan tangan seketika mobil tak tampak lagi di pelupuk mata Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ayah Naya membawa Nyonya Alexa kembali masuk ke dalam
"Eh Naya ini minum-minum." Nyonya Alexa memberikan segelas air putih pada Naya.Naya segera mengambil gelas yang diberikan oleh ibunya, bagaimana bisa Bagas memutuskan secepat ini pergi ke Bandung. Dia sama sekali belum pernah membicarakan hal ini pada Naya, dan lucunya lagi hah apa? Naya akan melanjutkan kuliah siapa yang bilang? Naya bergedik memijati pelipisnya, sementara Bagas terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa pun 'dasar rubah' Naya menatap wajah Bagas."Kamu gak apa-apa Naya, makannya pelan-pelan dong!" Nyonya Alexa menepuk punggung anaknya."Udah Ma, Naya gak apa-apa. Cuma keselek doang." Naya menoleh ke arah Bagas.Acara makan malam selesai, Naya menyempatkan untuk membatu Nyonya Alexa. Meskipun sesungguhnya ia lelah, tetapi tidak enak rasanya jika membiarkan wanita yang sudah masuk kepala lima itu berlama-lama berdiri seharusnya Naya bisa membatu ibunya ditambah lagi hari ini hari terakhirnya bisa menemani ibunya, Bagas sepertinya suda
Dengan cepat Naya meraih gagang lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Karena Bagas berpikir Naya telah selesai berpakaian Bagas membalikkan badannya lagi tepat di hadapan Naya dan astaga Bagas berteriak melihat rambut Naya yang menjulur ke depan seperti hantu."Kamu ini kurang kerjaan atau apa sih?" Bagas mengelus dadanya."Eh salah aku apa Mas aja yang berlebihan, sama hantu aja takut, dasar penakut hahaha."Bagas masih terdiam di kamarnya, sementara Naya kini sudah duduk di meja riasnya merapikan rambutnya dia harus tampil cantik bukan. Walaupun hanya akan menghadiri makan malam."Berapa jam lagi kamu selesaiberdandan?" Bagas memutarkan bola matanya tanda bosan."Mas duluan aja apa susahnya sih." Ia menoleh ke cermin kembali.Bagas berjalan ke arah meja rias lalu mengambil sisir yang semula ada di tangan Naya. Dengan gerakan yang s
Gadis manja akan menjadi babu untuk Biya .... Dia akan tahu seberapa sakit hati ini oleh bibinya ... Hem .... (Bersenandung) "Gladis bisakah kau ambilkan roti lagi untukku." Nyonya Biya berhenti mengoleskan selai madu di dasaran rotinya. "Nyonya kenapa anda terlihat begitu bahagia di atas penderitaanku." Gladis berjalan menemui Biya menyerahkan dua lembar roti tawar yang diambilnya dengan malas. Gladis adalah seorang wanita berdarah campuran, ayahnya seorang warga berdarah Eropa lebih tepatnya, Inggris, sementara sang ibu murni Indonesia tulen. Nyonya Biya dan ibu Gladis merupakan sahabat lama, Gladis dan Bagas juga sudah menjalin persahabatan sejak kecil umur mereka hanya terpaut selisih hitungan bulan saja. Gladis adalah sosok wanita yang supel, fashionable, perpeksionis, satu lagi ambisius ia akan rela mengobarkan segalanya demi mendapatkan semua yang dia inginkan. Sudah lama i
Bagas tak menghiraukan perkataan sang istrinya itu. Sementara naya, menutup kedua netranya berharap malam ini Bagas tak melakukan ritual yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pengantin baru. Jantung Naya berdegub kencang 'mati aku, oh tidak Tuhan ... aku mohon jangan hari ini' Naya berkomat-kamit tidak jelas sambil memicingkan matanya lagi.'huft' Bagas mengambil handuk putih di belakang tubuh Naya yang letaknya di atas nakas, memang sungguh menyebalkan kenapa dia tak mengambil handuk itu langsung ke Nakas. Bagas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Naya yang kini sudah bercucuran keringat."Kamu pikir aku mau melakukan itu padamu hahaha, atau kamu yang menginginkannya," ujar Bagas."Dasar tidak waras." Naya melipat tangannya memalingkan wajah kesalnya hingga muka lelaki menyebalkan itu tak ia lihat lagi.Bagas mendekat kembali. "Mandi bareng yuk?"
Mereka kini telah berada di pintu masuk aula, Shelin menggandeng Naya, untuk acara ijab kabul Naya mengenakan pakaian adat koto gadang—pakai adat dari Sumatera Barat. Ya, Naya merupakan gadis keturunan Minang. Namun, ia lahir dan besar di kota hujan, Bandung. Naya beserta pengiringnya memasuki aula ijab kabul, Bagas menoleh ke arah Naya. Kemudian, sembari menatap pak penghulu. Mungkinkah dirinya sudah melupakan balas dendamnya? Setelah melihat kebaikan hati gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya serta dari pancaran wajah Naya yang jelita terlihat bahwa dia adalah gadis yang baik. "Acara sudah bisa dimulai ya?" tanya pak penghulu pada saksi dan tamu undangan. "Dimulai saja pak," ucap Tuan Broto diangguki oleh yang lain. Acara pun dimulai Bagas menjabat tangan pak penghulu, seraya dituntun untuk membaca secarik kertas di hadapannya. "Nak Bagas kita mulai ya?" Bagas mengangguk pelan sambil membetulkan letak pecinya. "Bismillahirrahm
Wanita itu masih menangis kemudian berjalan lagi berharap suaminya mau kembali lagi padanya dan meninggalkan wanita yang kini berusaha merusak kebahagian keluarga kecilnya. Namun, apa yang didapat wanita tadi tersungkur terjatuh akibat dorongan tangan pria. Bagas kecil terkejut atas perlakuan ibunya, bayi kecil Reno menangis wanita itu sontak menyelamatkan bayi itu agar tak terjatuh sewaktu suaminya yang kejam menjatuhkan dirinya ke dasar lantai.Ibu Bagas menyuruh Bagas tak melihat pertikaian ini, Bagas kecil pun bersembunyi di balik pintu. Sesekali dirinya menatap wajah pusat sang ibu di balik celah pintu ruangan itu."Tuan Jo yang terhormat, kalau ini kehendakmu jangan pernah kau injakkan kaki di rumah ini. Pergilah tinggalkan kami aku akan menganggapmu telah mati."Dan kamu wanita jalang, selamat anda telah menang semoga apa yang aku rasakan ini, akan terjadi pada keluargamu kelak." Ibu Bagas tersenyu
[Apakah kita akan pergi seabad lagi?] Bagas menghampiri Naya lalu menatap malas gadis itu kemudian memberikan aba-aba agar Naya berdiri. Keduanya Lalu memasuki mobil Bagas.Mobil melaju ke arah sebuah toko butik terkenal di kota itu, seseorang menyabut keduanya setelah Naya dan Bagas tersenyum ramah. Naya mendahului Bagas masuk ke butik itu, seorang wanita paruh baya memanggil Naya dari kejauhan, melambaikan tangan. Naya menghampirinya, ternyata Bagas benar di butik ini akan ada Nyonya Biya terpaksa dirinya harus bermanis-manis muka di hadapan Nyonya Biya."Sayang akhirnya sampai juga, ini Ibu sudah memilihkan pakaian yang cocok untuk hari resepsi kalian." Nyonya Biya memperlihatkan gaun dan jas yang memiliki warna serasi.Naya dan Bagas memasuki ruang ganti, seperkian menit keduanya pun keluar sungguh sangat serasi Naya terlihat anggun sedangkan Bagas sangat tampan sekali. Naya melirik