Beranda / Pernikahan / Surgaku Yang Hilang / Bab 52. Di Amputasi

Share

Bab 52. Di Amputasi

Penulis: Desi Diah Pangesti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ambulan datang dan beberapa perawat langsung mengangkat memasukan Nabila ke dalam mobil.

"Ini kalau mobilnya masih dalam kondisi miring seperti ini pastinya susah buat ngeluarin Bapak itu," ucap petugas rumah sakit.

"To-tolong! Ka-ka-kaki. Sa-a...kit," ucap Ilham terbata-bata dan sangat lirih.

Polisi pun datang bersama dengan mobil derek yang akan membawa mobil itu. Dan setelah sepuluh menit mobil baru bisa menarik mobilnya agar tidak miring supaya bisa mengeluarkan Ilham dari dalam.

Saat di kelurkan ternyata kedua kaki Ilham sudah tidak berbentuk lagi. Tulangnya hancur di bagian lutut ke bawah.

"Sa-sakit!" Bibir yang pucat pasi bergetar dengan kedua mata yang hanya sedikit terbuka.

Ilham dan Nabila pun segera dilarikan ke rumah sakit. Semua orang yang melihat keadaan Ilham merasa sangat kasian dengan kondisi keduanya yang sangat memprihatikan.

 <

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 53. Tetap Melangkah Maju

    "Iya, Nduk. Umi ini orangtuanya Nabila. Umi duduk, ya," ucap Umi lalu duduk di tengah-tengah Haris dan Siska.Beliau memperhatikan Siska yang sedari kedatangannya hanya diam saja."Kenapa kamu di infus? Lagi sakit apa, Nduk?" tanya Umi. Ia menyadari bahwa Siska tak begitu menyukai kehadirannya. Bahkan sedari awal ia sudah merasa tidak enak dengan Siska atas perbuatan putrinya."Saya keguguran," jawab Siska datar tanpa melihat ke arah Umi. Kedua matanya justru menatap ujung kakinya.Umi tertegun sesaat lalu menelan ludahnya. Begitu juga Haris juga langsung menoleh dengan kondisi mulut yang terbuka."Ya Allah.... Keguguran? I-ini pasti karena Ilham menikah lagi, ya? U-Umi... Umi minta maaf ya, Nduk! Umi juga udah coba buat menghentikan pernikahan itu, tapi Umi nggak bisa. Umi bener-bener minta maaf...." Umi menenggelamkan wajahnya karena merasa begitu malu.Ia

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 54. Ada Apa Ramai-Ramai

    Karena memang perasaan yang ia miliki sudah lenyap tak tersisa. Hanya ada kepingan rasa pahit kala menatap wajah Ilham. Mau hubungan tetap berlanjut pun lari rasanya sudah berbeda dan tidak sama seperti sedia kala sebelum kedatangan Nabila."Hm! Kalau memang ini udah jadi keputusanmu. Semoga menjadi hal baik untuk kedepannya. Dan yang sabar ya, Siska. Saya ikut prihatin atas apa yang telah menimpa keluargamu. Kamu wanita yang tangguh!" balas Haris seraya menyunggingkan senyumnya.Namun, Siska justru tersenyum getir mendengarnya. Seolah ia hanya menganggap apa yang telah Haris katakan sebuah basa-basi saja. Baginya, semua orang yang berhungan dengan Nabila pasti sama saja. Bermuka dua!"Kenapa gitu ekspresinya?" Haris mengangkat kedua alisnya bingung."Nggak perlu pura-pura baik gitu sama saya!" balas Siska dengan sinis.Haris semakin dibuat bingung. Padahal ia sama sekali tidak b

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 55. Tak Perlu Hiraukan

    Siska mencoba untuk tidak menghiraukannya karena sudah pasti mereka pasti sedang membicarakan soal rumah tangganya. Kini sudah tak penting lagi apa yang akan menjadi asumsi orang terhadap dirinya. Asal bukan ia yang berbuat salah semua itu tidak akan berpengaruh apa-apa untuknya."Pak, Ibu dimana?" bisik Siska lirih. Karena sedari tadi ia belum melihat keberadaan sang Ibu."Itu si Qila minta tidur ditemenin neneknya. Padahal lagi rame orang gini. Sana kamu susulin biar Ibumu bisa ke sini, nggak enak sama tetangga yang dateng!""Oalah iya, Pak." Siska pun langsung bangkit dari duduknya.Sebelum ia membuka pintu kamar ia merasa ada menarik-narik ujung bajunya. Dan Siska pun langsung melihat ke bawah.Kedua mata Siska menyipit lalu ia mengangkat kedua bahunya, "kenapa, ya?""Sini dulu duduk, Sis! Saya mau ngobrol sebentar!" ucap Ibu-ibu yang tadi Siska lihat sedang melirik dirinya sembari berbisik-bisik dengan sebelahnya."Maaf, ya! Saya harus masuk sekarang, mau manggil Ibu saya." Siska

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 56. Terimalah Keadaanmu!

    Telinga Ilham seperti terasa seperti kemasukan air, semua suara terdengar mendengung hingga membuatnya kesakitan. Pandangannya buram, ia melihat banyak orang dan juga cahaya tepat di atas kepalanya. Ia tidak bisa menggerakkan bagian bawah badannya, bahkan untuk sekedar mengucapkan sepatah kata pun ia tidak bisa.Tenggorokannya terasa sangat kering dan membuatnya kesulitan untuk menelan ludah. Ia hanya ingin air. Air untung membasahi kerongkongannya."Perban bekas jahitannya! Tapi, pastikan dulu tidak ada bagian yang belum dibersihkan!""Iya, Dok."Ilham dapat mendengar suara itu walau hanya terdengar sangat lirih di telinganya.Dengan sekuat tenaga Ilham berusaha membuka-buka mulutnya berkali-kali. Namun, tetap tidak ada suara yang dapat di dengar. Kepalanya terasa sangat pusing dan ia juga merasa nyeri yang sangat hebat di bagian siku dan punggungnya.Saat ke dua kakinya di amputasi Ilham hanya dibius setengah badan. Namun, untung saja ia tersadar ketika sudah selesai dan di jahit.H

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 57. Ilham Mengamuk

    Walau sudah hampir terjatuh Ilham tetap bersikeras untuk meraih kursi roda. Ia hanya ingin membawa Siska bertemu dengan Nabila."Ayah? Ka-kaki Ayah dimana?" Aqila tercengang, gadis kecil ini langsung mundur ke belakang Bundanya. Ternyata ia takut melihat tubuh Ayahnya yang sudah tidak utuh lagi.Ilham langsung menghentikan aksinya. Ia terdiam seraya menatap putri kecilnya dengan nanar kala selimutnya terbuka."Kok kaki Ayah jadi kepompong," lanjutnya.Fatya yang mendengar perkataan gadis kecil yang masih polos itu pun langsung menggigit bibir bawahnya untuk menawan tawanya. Perutnya terasa menggelitik. Tapi, tentu saja ia tak ada maksut untuk mengejek Ilham. Hanya saja ia merasa lucu dengan Aqila yang terlihat ketakutan."Sayang, ini bukan kepompong! Tapi, Ayah lagi sakit," sahut Siska seraya menarik tubuh putrinya itu."Ta-tapi, kaki Ayah kemana, Bunda?"

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 58. Tidak Tahu Diri

    Seusai menutup pintu Siska bersama dengan Fatya mengobrol sebentar tentang keadaan Ilham yang masih sangat syok untuk menerima keadaannya. Lalu, tiba-tiba datanglah Umi yang sedang mendorong Nabila dengan kursi roda. Kedua mata Adik Siska itu sembab dengan tambahan lingkar hitam di bawah mata. Ia terlihat tak bersemangat dan sangat loyo. "Assalamualaikum." Umi tersenyum kepada semua orang. "Udah keluar atau baru mau masuk, Nduk?" Umi memegang lengan kiri Siska seraya menatapnya dengan lekat. Siska menarik napas lalu menghembuskannya dengan perlahan seraya memejamkan kedua matanya. "Baru keluar." "Yuk masuk lagi sebentar aja! Umi pengen ngobrol sama kamu dan juga Ilham," ajak Umi lalu menatap Aqila yang sedang mengucek-ngucek mata. "Umi saja yang masuk, saya kan baru keluar. Anak saya juga lagi rewel," balas Siska. Tiap kali

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 59. Rasakan Tamparan Itu

    Cap tangan Siska membekas di pipi Nabila. Ia tak terima dengan ucapan adik madunya itu. Ia sama sekali tak berniat lari dan menelantarkan Ilham begitu saja. Dari awal semua juga tahu bahwa Siska sama sekali tak mau di poligami dan kekeh minta bercerai. Hanya saja sekarang keadaannya begini, walau ia iba dengan Ilham itu tidak akan menggoyahkan keputusannya. "Jaga bicaramu ya, Nab! Sejak kedatanganmu dalam keluarga saya pasti telingamu juga udah denger kalau saya minta cerai. Jadi, kamu nggak berhak berkata seperti itu kepada saya!" bentak Siska dengan kedua matanya yang membara. "Sakit!" pekik Nabila dan langsung berdiri seraya menatap Siska dengan nyalang. "Assalamualaikum." Seorang laki-laki paruh baya masuk dengan bantuan tongkat coklat tuanya. Membuat semua yang ada langsung menoleh ke sumber suara. "Waalaikumsalam." "A-Abah." Kedua mata Ilham

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 60. Istri Durhaka

    Setelah keluar dari rumah sakit Pak Kyai meminta Ilham untuk tinggal di rumah beliau dan dengan berat hati Ilham terpaksa menyetujuinya karena ia sendiri juga tak ada pilihan lain.Jika tinggal di dalam rumahnya seorang diri juga ia belum terbiasanya akan keadaannya yang sekarang ini. Sedangkan Nabila sendiri juga enggan ke rumah Ilham. Hubungan kedua suami istri ini sama sekali tidak harmonis. Nabila sama sekali tidak peduli dengan kondisi Ilham.Dan di tambah lagi dalam keadaannya yang seperti ini, jelas saja ia di pecat dari perusahaannya. Ia seolah hidup hanya dengan sebuah kehampaan. Hari demi hari terlewati, tinggal bersama dengan keluarga Pak Kyai yang masih peduli dengan dirinya namun tidak lagi dengan Nabila itu sendiri.Sikapnya begitu dingin dan acuh kepada Ilham. Walau sudah berkali-kali ditegur oleh Abah tetap saja ia tidak berubah. Sama tidak ada kebahagiaan dari kedua pasangan suami istri itu. 

Bab terbaru

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 110. Keihklasan (Tamat)

    Satu bulan sudah Ilham kembali ke Indonesia. Hampir setiap hari lelaki itu selalu mengunjungi putri kecilnya dan tak jarang pula mengajaknya pergi keluar. Sebenarnya ia juga sangat ingin kembali membangun kedekatan dan memperbaiki hubungannya dengan Siska. Namun, sayang sekali. Hal tersebut sama sekali tak mampu untuk Ilham wujudkan dan hanya menjadi sebuah angan belakang. Hampir setiap kali Ilham datang Siska tak pernah berada di rumah. Kalau pun sedang di rumah ia hanya akan menemui Ilham sebentar untuk memberikan minuman dan sebuah makanan ringan. Lalu, kemudian melanjutkan aktivitasnya sendiri. Sama halnya dengan sore hari ini. Siska dan Ibu tengah sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam. Sedangkan Bapak dan Aqila tengah duduk bersantai di teras rumah sembari menikmati secangkir kopi dan brownis basah buatan Siska. “Ayah...” panggil Aqila lirih seraya mendongakkan kepalanya. Menatap wajah sang Ayah yang kini tengah memangku tubu

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 109. Ada Sesuatu Yang Ibu Sembunyikan

    Sebelum menjawabnya Siska terlebih dahulu menatap Ibunya, dan Ibunya tersebut menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa beliau menyetujuinya. Seketika itu juga Ilham langsung tersenyum dengan lebarnya, walau Siska sendiri belum memberikan jawaban. “Ya sudah, ayo kita pulang,” seru Ibu, beliau membalikan tubuh untuk mengambil tas yang masih berada di atas kursi taman. “Ibu sama Siska naik apa?” tanya Ilham lirih. “Taksi,” jawab Siska, ia hendak mengambil alih tubuh Aqila dari gendongan Ilham. Namun, ternyata putri kecilnya itu justru semakin erat memeluk leher Ayahnya. “Nggak, Bunda!” Aqila menggeleng pelan, “Qila mau sama Ayah aja,” lanjutnya. Ilham begitu senang dengan sikap manja putri manisnya ini. Bahkan posisi wajah mereka kini tengah berhadap-hadapan, hanya berjarak lima senti saja. Padahal sebelum pertemuan ini gadis kecilnya itu juga tak selengket ini kepadanya. Justru Aqila sediki

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 108. Pertemuan Singkat Yang Manis

    Mendengar namanya dipanggil lelaki itu pun menoleh ke kanan dengan wajah datarnya. Namun, beberapa detik kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya kepada Aqila dan juga Siska. Senyumnya terukir dengan sangat lembutnya, bahkan saat ini kedua matanya mulai berbinar bersamaan dengan bibir yang bergetar pelan. “Qila Sayang,” ucapnya begitu lirih sembari mengusap pucuk kepala Aqila yang masih nampak kebingunan. Sedangkan Siska, kini wanita itu justru tampak terkesiap dengan apa yang kini tengah berada di hadapanya. Seolah tak percaya dan begitu ragu, benarkah yang saat ini sedang berdiri tepat di depannya ini adalah Ilham? Sang mantan suami yang sudah berbulan-bulan lamanya tak pernah terlihat. “Ini beneran kamu, Mas?” ucap Nabila lagi, kedua matanya tampak terbelalak. Seolah begitu kagum dengan sosok lelaki yang juga berada di hadapannya ini. Namun, lagi-lagi tetap tak mendapatkan respon. Lelaki itu justru teta

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 107. Kembalinya Ilham Dengan Perubaha

    Hari-hari berjalan dengan damai. Akhirnya setelah bertubi-tubi masalah selalu hadir 5 bulan Siska benar-benar bisa merasakan sebuah ketenangan. Ia tengah sibuk bekerja, mengembangkan tokonya dan melakukan promosi sebanyak-banyaknya. Perlengkapan di tokonya juga sudah semakin banyak lagi, serta bapak dan ibunya tidak perlu capek-capek untuk melayani para pembeli. Karena, Siska sudah mempekerjakan 3 orang di tokonya itu. Mungkin Ibu dan Bapak hanya sesekali saja ke sana untuk memantau. “Alhamdulillah ya, Nduk. Perlahan tokonya semakin ramai dan keuangan sudah kembali membaik. Maaf kalau Ibu sama Bapak cuma bisa nyusahin kamu aja, Nduk.” Ibu mengusap lembut punggung tangan Siska. Kini mereka tengah duduk di kursi taman. Memperhatikan Aqila yang tengah bermain-main dengan teman sebayanya di hari minggu ini. Siska menatap Ibu dengan lekat, “Ibu ini ngomong apa, sih? Nggak ada yang namanya nyusahin, Bu. Apa yang udah Siska lakuin sekarang ju

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 106. Akhirnya Memilih Resign

    Tidak hanya Lestari, bahkan fatya pun juga cukup geram mendengarnya. Pasalnya mereka benar-benar menganggap perkataan Haris baru saja menerangkan bahwa lelaki itu menggunakan Siska sebagai umpan untuk menyeleksi para karyawannya. “Bener-bener ya kamu ini, Haris. Mana bisa kamu memperalat Siska kaya gitu, kamu nggak kasian sama dia? Hah?! Emang paling bener dia nggak perlu kerja di perusahaanmu lagi, ya. Di luar sana masih banyak kok yang bakalan nerima karyawan kompeten sepertinya. Nggak usah bertahan di perusahan toxicmu itu,” sentak Fatya yang sudah mulai tak bisa lagi menahan amarahnya. Sedari ia sudah berusaha untuk tenang dan sabar, tapi mendengar hal itu jelas saja emosinya langsung meledak. Dengan cepat Haris pun langsung menggelengkan kepalanya dan segera menjelaskan kesalapahaman itu, “tunggu-tunggu! Ini nggak seperti yang kalian pikirkan. Sumpah... saya nggak ada maksud untuk menjadikan Siska umpan. Saya suka sama dia makanya sa

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 105. Negoisasi Antara Haris dan Sahabat Siska

    “Apa sudah lebih baik?” tanya Dewi, sembari mengusap lembut lengan kanan Siska. Sore ini setelah pulang bekerja, Dewi menyempatkan diri untuk kembali menengok sahabatnya itu. Sedangkan, Fatya dan juga Linda masih ada urusan sehingga mereka akan tiba saat malam nanti. Begitu juga dengan Ika, malam ini ia tidak bisa ikut menemani Siska di rumah sakit karena ada urusan mendadak. Siska tersenyum tipis seraya mengangguk pelan, “udah kok, Dew. Dokter bilang besok juga udah boleh pulang.” “Lalu, apa lagi kata dokternya? Nggak ada yang bahaya kan sama kepala kamu?” tanya Dewi tampak cemas. “Untuk sekarang masih belum diketahui, Dew. Mungkin satu minggu lagi hasilnya akan keluar.” “Masih pusing banget, enggak? Kalau emang masih pusing sebaiknya besok jangan pulang dulu ya, Sya. Urusan orangtua sama anak kamu biar kita yang urus. Tadi, sebelum ke sini juga aku sempetin mampir ke rumah orangtua kamu, kok,” ujar Dewi,

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 104. Siska Pembawa Dampak Negatif

    Malam ini di tengah rasa cemas, khawatir, dan bercampur bimbang Haris dengan terpaksa harus mengikuti keinginan Rosalinda untuk makan malam di luar bersama Syakira. Jangan anggap lelaki itu tidak menolaknya, sudah berulang kali Haris tidak mau, tetapi Sang Mama tetap saja memaksannya. Padahal malam ini ia ingin menemani Siska di rumah sakit, sekaligus menyelesaikan percakapan mereka yang ia anggap belum sepenuhnya selesai. Masih banyak hal yang ingin Haris katakan untuk membuat wanita itu mau memberinya kesempatan dan kepercayaan. Namun, sayangnya keadaan sama sekali tak mendukungnya. “Makan, Haris!” seru Rosalinda, sedari tadi wanita itu memperhatikan putranya yang terus sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan dirinya dan juga Syakira. “Haris nggak lapar, Ma,” balas Haris lirih, lalu menghela napas panjang karena sedari tadi Siska tak mau mengangkat panggilan telepon atau pun membalas pesan-pesannya. Ingin rasanya saat ini juga ia k

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 103. Siska Meminta Haris Untuk Mengabaikan Perasaannya

    Kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya Ika sendiri sangat malu. Apalagi kenyataannya dia tak mempunyai hak untuk memiliki rasa cemburu itu, bahkan sekedar dekat dengan bosnya itu pun tidak. Lalu, kenapa dia harus marah dengan Ika waktu itu? Ahhh... Ika sendiri juga tak paham tentang persoalan rasa seperti ini. Sungguh rumit dan tak bisa dijelaskan. “Iya, Kaa. Aku juga udah jaga jarak banget sama Pak Haris setelah ditegur sama Bu Rosalinda, beliau ngelarang aku buat deketin anaknya. Padahal aku sendiri juga nggak ada fikiran sampai ke sana. Nggak tahu kenapa Bu Rosalinda dan Syakira justru beranggapan yang enggak-enggak tentang aku,” balas Siska, sedih rasanya kalau semakin banyak orang yang tak menyukai dirinya seperti ini. “Namanya juga manusia, Siska. Mereka pasti berasumsi sendiri-sendiri, karena para pembenci nggak akan peduli dengan semua kebaikan yang udah kamu berbuat. Di mata mereka apa yang kamu lakukan itu akan selalu buruh,” sambun

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 102. Di Mana Pertanggung Jawaban Ilham?

    Drttt... Drttt... Drttt... Berulang kali ponsel Siska berdering, menandakan ada beberapa pesan WhatsApp yang masuk. Namun, wanita itu sengaja mengabaikannya dan justru memejamkan kedua matanya dalam posisinya yang masih duduk bersender. Ia tak mau memikirkan apapun yang akan membuat kepalanya semakin pusing. Hari ini sudah banyak sekali hal yang membuatnya penat, ingin sekali ia sejenak untuk beristirahat dari segala permasalahannya. Hingga beberapa saat kemudian Ika pun telah datang bersama dengan Fatya dan juga beberapa sahabat Siska yang lain. Wanita itu bahkan tak tahu jika Ika telah memberitahukan keadaannya yang sedang tidak baik-baik ini kepada mereka. “Assalamualikum....” ucap Ika pelan sembari berjalan ke arah Siska, namun kedua matanya justru fokus pada dua paper bag di atas nakas. “Waalaikumsalam,” balas Siska yang sudah kembali membuka kedua matanya setelah mendengar suara pintu yang terbuk

DMCA.com Protection Status