Tidak beberapa lama setelah menghubungi Bajo melalui sms, lelaki dengan badan proporsi hampir sempurna, tidak pendek dan tidak tinggi itu menghampiri saya.
Dari jauh, Bajo menyunggingkan senyum yang membuat banyak teman perempuan kami saat SD naksir dengannya.
Bajo tidak berubah, saya ingat betul kejadian saat kita masih SD. Kami pernah beberapa kali bolos bersama karena ingin menonton pameran pembangunan di kota.
Tidak tanggung-tanggung, kami menempuh perjalanan hampir 8 kilo untuk sampai di lokasi. Saat itu, hanya Bajo yang memiliki sepeda, saya tidak.
Kebiasaan kami adalah bergantian mengemudi, setiap Bajo mengaku lelah, saya menggantinya. Saat saya lelah, Bajo menggantikan saya dan begitu seterusnya.
Sampai suatu waktu, saat kami pulang dari pameran saya dikejutkan oleh Bajo. Ia berteriak histeris sambil meneriakkan kata “poppo” “poppo” “poppo” sampai berulang kali.
Persitiwa itu terjadi saat kami melewati jalan yang di
Aru berhasil meloloskan diri dari rumah tempat dia disekap. Tidak ada yang menyangka dia bisa pergi dari rumah itu, bahkan dirinya sendiri tak menyangka bisa melakukannya. Apa yang dia lakukan hanya memperbaiki paringerrang (ingatannya). Lalu, ia membaca satu baca-baca (mantra) yang telah lama dipakainya untuk menyelamatkan diri. Ia meraplkan mantra itu dengan cara menahan napas. Beberapa saat kemudian, ia telah berada di tengah hutan. Aru terus berjalan menyusuri hutan, ia harus sampai sebelum malam tiba. Dia samasekali tak tahu jalan selain mengikuti arah matahari. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Aru terus berjalan hingga mampu menggapai jalan raya besar. Melihat asap kendaraan, Aru seperti menemukan kehidupan baru. Ia lalu meminta pertolongan kepada siapapun yang ditemuinya. Namun, setiap orang yang ditemui oleh Aru justru membisu. Mereka seperti tidak menemukan keberadaannya. Debar dijantungnya semakin kencang. Aru khawatir, ia sedang memasuki dunia l
Cerita kali ini diangkat dari sebuah video viral di TikTok yang rilis pada akhir juni 2021. Video bersambung tersebut membahas tentang pesugihan yang dilakukan oleh sosialita di salah satu Kawasan perumahan elite di Jakarta Selatan. Semoga terhibur! *** Suatu pagi di Desa Karanganyar. Datanglah sebuah mobil mewah ke rumah Angi. mobil Mercy hitam itu di parkir tepat di halaman rumah Angi. Semua orang yang sedang antri di teras rumah Angi terpana dengan mobil mewah itu. Lalu keluarlah seorang wanita cantik dengan tas tangan kecil yang mewah di genggamnya. Ia bersama sang ajudan berjalan memasuki rumah Angi. Tentu saja, ia bisa menerobos antrian yang sudah cukup panjang ini. Sang ajudan memaksa masuk ke dalam rumah. Hingga akhirnya, sang wanita itu, sebut saja, Miss Nandra. Ia datang mewakili club sosialitanya yang berinisiatif untuk melakukan perjanjian dengan benda gaib agar kecantikan mereka abadi.
Setelah perjanjian itu disetujui oleh makhluk tersebut. Barulah secara berangsur-angsur mereka mendapatkan semua yang diinginkan. Meskipun MOU yang disepakati tidak tertulis secara sah dalam sebuah kertas, namun, kesepakatan itu telah disetujui kedua belah pihak. Tak perlu menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan semua kekuasaan dan kejayaan itu. Dalam kurun waktu seminggu mereka sudah bisa menikmati hasil dari pesugihan itu. Namun, waktu terus bergulir. Hari pelaksanaan ritual semakin dekat. Mereka lupa akan persyaratan yang diajukan sang makhluk. Masing-masing dari mereka berdalih sibuk. Namun sang ketua, Miss Nandra, menampik semua alasan itu. Mereka semua sudah menikmati dan kini mereka pula harus menepati janji. Dua hari menjelang ritual mereka keteteran mencari seorang lelaki muda yang siap untuk menjadi tumbal. Bukan hal mudah karena ini adalah pertaruhan nyawa seseorang. Mereka bisa saja dike
Pagi ini begitu indah, sinar mentari begitu terang menyinari ruangan kaca yang tak tertutup tirai. Angin perlahan masuk ke dalam ruangan. Belaian angin itu membangunkan Dito dalam lelapnya tidur. Ia terbangun dan kedua matanya masih tak percaya dengan pemandangan yang ia lihat di sekitarnya. Dito menampar pipinya sendiri berharap ini hanyalah mimpi. Namun, pipinya terasa begitu sakit hingga telapak tangannya berbekas di pipinya. Benar, ia tidak sedang bermimpi. Semua yang ada di hadapannya ini adalah kenyataan. Ia tak sedang berada di dunia dongeng. Lantas, ia segera turun dari tempat tidurnya. Ia berjalan menuju jendela yang sudah terbuka sejak tadi malam. Ia sangat takjub dengan pemandangan di sekitarnya. “Tring! Tring!” suara sepeda ontel berbunyi. Sepeda itu berjalan mengelilingi komplek perumahan mewah ini. Ia melihat seorang wanita paruh baya dengan baju khas kebayanya menjual jamu. Suara sepeda itu menyadarkannya untuk mengecek puku
“Nguungg!”“Ngunngg!” Terdengar sangat bising di luar peti. Telinga Dito merasa tak nyaman dengan suara itu. Akhirnya, ia membuka kedua matanya. Ia masih terjebak di dalam peti ini. Sungguh sangat menyiksa berada di dalam peti seperti ini. Suara bising itu terdengar sangat lumrah. Dito tak asing dengan suara mesin seperti itu. Ia terus menebak suara apa yang membuatnya bising itu. “Nguunnggg!” suara itu membelah peti itu. Ya, itu adalah gergaji besi yang biasa di pakai Dito untuk menebang kayu selama ia bekerja sebagai buruh di desanya. Matanya membulat besar. Ia tak sempat berteriak. “Crat!” darah memuncrat dari dalam peti itu. Gergaji itu tepat memotong dibagian lehernya. Di luar peti itu sudah berkumpul tujuh orang anggota Girls Squad yang menyaksikan kematian di lelaki muda itu. Mereka tak sampai hati melihat mayat itu terpotong dua bagian. Sang ajudan memindahkan peti itu di depan sebua
Cerita ini berawal dari seorang perempuan yang datang ke rumah Angi untuk meminta sebuah petunjuk tentang keberadaan seorang bernama Alia. *** Ini malam pertama Lia menempati kamar kosnya yang hanya berukuran 4 x 5m. Rumah kos itu termasuk dalam kategori rumah lama. Terlihat dari bentuk bangunan dan gerbang yang digunakan. Sepertinya rumah ini adalah bangunan asrama jaman Belanda. Harga yang ditawarkan pun tidak terlalu mahal. Jumlah kamar yang disewakan kurang lebih 100 ruangan. Di setiap kamar para penyewa diberi fasilitas tempat tidur besi yang dialasi dengan kasur kapuk, lemari kayu berukuran sedang, dan sebuah meja rias kayu jati dengan ukiran daun di seluruh sisinya. Jendela kamar Alia menghadap kearah belakang rumah. Beberapa pohon besar terlihat jelas jika jendela tersebut dibuka. Alia sempat mendengar bahwa bangunan ini angker. Namun Alia tidak peduli karena sejak kecil Alia sudah menyukai segala sesuatu ya
Di dalam kamar Alia mulai membuka beberapa buku koleksinya yang rata – rata begenre horror. Sampai akhirnya ada sebuah buku yang sama sekali tak ia kenali. Ia merasa sangat asing dengan covernya. Sebuah tangan besar mencengkram tubuh manusia berukuran kecil. “Buku siapa ini? rasanya aku tak pernah membeli ini.” Alia mulai membuka halaman demi halaman. Alia menikmati tiap kalimatnya. Ia terus membaca, sampai di halaman tengah ada sebuah mantra. Mantra tersebut menuliskan bagaimana agar kita bisa merasakan bagaimana menikmati hidup dalam kegelapan seperti hantu – hantu yang bergentayangan. Intinya mantra itu bisa membuat kita merasakan bagaimana menjadi makhluk Ghaib. Di situ dituliskan bahwa si pembaca mantra harus ikhlas. Tak boleh menyimpan dendam dan penyesalan. Alia mulai tertarik dengan mantra tersebut, dan ia ingin mencobanya. Alia duduk bermeditasi. Ia sedang mengosongkan hati dan pikirannya. Kemudian Alia mulai memba
Suatu malam, tepatnya malam selasa kliwon, Angi mengunjungi tempat peraduannya bersama sang suami, Ki Slamet. Angi tak ragu untuk melangkahkan kakinya menuju air tempuran yang terletak diantara dua sungai tepat di bawah kaki gunung merapi itu. Angi memasuki sebuah jalan setapak dna menuruni gunung. Ia tak segan-segan untuk melangkah meskipun beberapa makhluk penunggu hutan mengganggunya. "Kau berani sekali menginjakkan kakimu di daerah kekuasaanku. Punya nyali apa kau?" suara bising itu terdengar sangat jelas di kedua gendang telinga Angi. Angi tak menjawab apapun dari perkataan makhluk penunggu hutan itu. Ia terus berjalan dan menuju kaki gunung. "Brak!!" Suara dahan besar tiba-tiba patah dan jatuh tepat 1 meter di depan Angi.Namun, Angi masih tidak menggubris ualh si makhluk itu. Ia terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun. "Tak!!" Sebuah batu mengenai tengkorak belakang kepala Angi.
Aku menerima sebuah boneka dari salah satu pasienku. Selama 5 tahun aku mengabdikan diri ke masyarakat sebagai personel kesehatan, ini bukan kali pertama aku menerima hadiah dari pasien. Iya sih, aku memang tidak meminta mereka memberikanku sesuatu. Tapi karena di desa terpencil ini. Hampir semua penduduk adalah petani kecil yang berpenghasilan tidak seberapa. Biaya murah tapi berkualitas. Ini adalah mottoku ketika aku menerima sertifikat kedokteranku. Boneka yang diberikan kepadaku sudah tua. Bajunya sudah lecek. Penuh dengan sobek dibeberapa sisi. Rambutnya juga sebagian sudah rontok. "Nama boneka itu Tania, bu dokter" kata seorang wanita tua yang memberikan kepadaku. "Tania ya? Hihihi. Namanya sama kaya Saya nek" kataku sembari memberikan resep kepadanya. Tangan nenek itu sudah bergemetar. Dia sepertinya sudah susah mengakat tangannya sendiri. Aku melipat surat resep dan meletakannya di tangan kanannya. "Semoga lekas
Kali ini pasien Angi bukan berasal dari local. Ia adalah seorang warga negara asing yang sedang bekerja untuk tiga tahun ke depan di Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia ini tidak serta merta membautnya menjadi gembira, pasalnya ia membawa orang lain dalam perjalanannya ini. Bahkan parahnya, orang itu bukanlah manusia melainkan sosok makhluk gaib yang menempel pada tubuhnya hingga terbawa ke sini. “Bagaimana tuan tahu bahwa ada sosok gaib yang mengikuti tuan?” tanya Angi memancing. Padahal, Angi pun sudah melihat hantu wanita itu di samping tuan Jepang itu, sebut saja nama samarannya adalah Juno. “Saya sering sekali bermimpi hantu wanita yang sedang membawa anak kecil yang menangis. Ketika saya mendekati anak tersebut, wajahnya sangat pucat dan badannya sudah kaku. Tapi suaranya begitu keras menangis,” jelasnya. “Lalu, bagaimana jika benar hantu itu ada?” tanya Angi kembali. “Tolong lepaskan hantu itu dari diri saya. Hal ini membuat saya tida
Dengan begitu, selesai sudah tugas Angi untuk membantu pasiennya. Ia cukup untuk memverifikasi jika sang anak sulung itu sudah melakukan tugasnya yang diwasiatkan oleh sang khodam. Baru saja Angi menyelesaikan salah satu tugasnya, kini seorang pasien sudah menghubunginya kembali. Kali ini sang pasien minta untuk penjagaan diri. Hal ini karena dirinya bekerja di bagian yang berhubungan dengan mayat di salah satu rumah sakit. Oleh karena itu, penting baginya agar terlindungi dari gangguan para makhlus halus. Sebut saja namanya Ara. Seorang perawat yang bertugas di bagian ruang jenazah. Yang kemudian mulai terusik oleh kehadiran sesosok makhluk gaib.Ara menceritakan bahwa dirinya tidur di ruangan dekat dengan kamar mayat. Hal ini sudah biasa baginya. Selama ia bekerja di sana belum pernah diganggu oleh sesosok makhluk gaib apapun. Hingga suatu hari itupun terjadi. Setiap hari, setiap malam ia bekerja dengan normal tetapi tidak pada malam itu. Ketika diminta
Sang Mentari mulai menunjukkan cahaya kehangatannya. Angi pun segera bangun dan bergegas untuk memulai pencariannya tentang Penunggu Mustika Putih milik seorang pasien yang datang kepadanya sehari yang lalu. Sang pasien meminta tolong kepada Angi untuk membantu sang kakek agar bisa sembuh dari penyakit menahunnya. Penyakit yang tidak bias aini tidka bisa dilihat oleh ilmu medis, oleh karena itu, sang pasien yang merupakan anak sulungnya itu meminta bantuan kepada seseorang yang ahli dalam ilmu spiritual. Perjalanan pun dimulai dengan tak lupa membawa sang mustika legendaris sebagai penjaga diri Angi dari ancaman para iblis. Angi mulai mendaki gunung Bayangkaki yang berada di daerah Sawoo. Tak lupa Angi membawa pula obat manjurnya, yaitu darah sang ular, untuk berjaga-jaga jika dirinya terluka bahkan ada seseorang yang meminta bantuannya. Sebelum berangkat ke sana Angi mampir sebentar di daerah Jabung buat minum es dawet , asal tau saja d
Batu mustika Batu mulia ialah segala jenis batuan dan mineral yang memiliki sifat fisik dan kimia yang khas,yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku perihasan. Menurut KBBI (2014:7), permata adalah batu berharga yang berwarna indah.Ada yang menyebabkan batu ini berwarnawarni,yaitu komponen unsur kimia penyusunannya (unsur transisi yang memberi warna pada komponen pokok yang biasa bening).Mustika atau Mestika adalah berasal dari Alam, atau Alamiah terbentuk dari Berbagai macam Unsur mulai dari unsur Tumbuhan, unsur binatang, unsur Tanah/bumi, Air, api dan Udara dan juga unsur mineral lainnya.Penamaan Mustika/Mestika ini diambil biasa diambil hanya dari jenis unsur2 tersebut yang terbentuk dalam batuan atau Batu Mustika, Sementara hakiki dan hakikat Terang nyata adanya adalah Unsur-unsur yang terbentuk diatas dan yang mengandung Riwayat jelas serta Biasanya Termasyur dikalangan orang-orang tertentu.Seperti misal Mestika Nabi Nuh
Dalam suasana gelap Angi tak sadar bahwa dirinya kini tak lagi berada dalam pertarungan sengit dengan sang iblis. Dalam dimensi itu ia bertemu dengan KI Slamet yang sudah emnunggunya sejak beberapa jam yang lalu. “Bagaimana perjalananmu sayang? Apakah menyenangkan?” tutur Ki Slamet melihat Angi tergopoh-gopoh menopang tubuhnya agar stabil. “Apa maksud Aki? Apa semua ini bukan bagian dari mimip?” tanya Angi dengan penasaran. Ia bahkan mengira bahwa dirinya masih dalam pertaungan melawan snag iblis yang hampir saja menghabisi nyawanya dalam satu kedipan mata. Lalu, Angi berjalan tertatih dan melangkah maju menuju Ki Slamet yang sedang berdiri di seberang dimensi. Entah apa yang sedang ia rasakan kali ini benar-benar membuatnya sangat bingung. “Kau berada di dimensi ketiga alam bawah sadarmu. Kau sudah menempuh perjalanan berat untuk mendapatkan sang mustika legendaris itu. Kini kau bisa beristirahat untuk oenembuhan lukamu.” “Tapi, bagai
“Dasar! Sama-sama jorok!” gerutu Angi dalam suara lirihnya. Kemudian Angi berjalan maju menuju panggung seni tarian itu dan diikuti oleh Kisman di belakangnya. Mereka berjalan menghampiri sisi panggung karena semua warga berkerumun di sana. Setidaknya mereka bisa menyaksikan penari yang sedang kesurupan ala tarian Dolalak. Penari utama Dolalak sedang berlenggak-lenggok di atas panggung dengan tangan kanan memegang sesaji daun mawar yang ditaburi oleh minak fanbo. Lalu, sontak saja sesaji itu dilemparnya ke arah salah satu penari namun sialnya, sesaji itu terkena wajah Kisman, yang tepat berdiri di sisi penari yang terkena lemparan itu. Tiba-tiba saja Kisman pun ikut kesurupan. Seorang penari yang kesurupan langsung menunjukkan keahliannya dalam menari. Sedangkan Kisman mendadak menjadi seorang yang bertubuh tegap. Angi merasa aneh dengan gelagat Kisman. Akhirnya ia tahu bahwa ada sesosok makhluk yang menginginkan tubuh Kisman. Kisman berjalan me
Suara itu terdengar jelas. Kisman memerhatikan sekitar berharap tidak ada yang akan menerjangnya. Sedangkan Angi tetap tenang. Ia menajamkan pendengarannya ke segala penjuru mata angin. Indera penglihatan ia fokuskan pada setiap gerakan yang mungkin saja muncul dihadapannya. Lalu, Kisman dan Angi mulai melangkah lagi dengan perlahan yang sempat berhenti sejenak. "Krek!" "Krak!" Suara ranting kering yang terinjak itu semakin dekat dengan mereka. Angi mencoba menenangkan Kisman yang mulai panik. Ia sangat takut hingga badannya gemetaran. Lalu, Angi mencoba memerhatikan sekeliling dan menggunakan kekuatan batinnya. Ia tahu ini bukanlah makhlul gaib melainkan seekor binatang buas. "Kita harus cepat," Ucap Angi pada Kisman.Angi dan Kisman berlari secepat mungkin dan benar saja, hal itu memancing sang serigala lereng gunung muncul dan mengejar mereka. Berlari saja tidak cukup, kec
Malam hari pun mulai menyapa sang langit yang biru nan cerah. Warna gelap mulai menghiasi langit. Bintang-bintang berkedip malu untuk muncul menghiasi langit. Inilah tanda ahwa tidak akan turun hujan di mala mini. Sungguh malam yang sangat indah, tepat sekali dijadikan sebuah acara hajatan untuk seorang kaya raya yang sedang mengadakan pesta pernikahan anaknya.Malam ini tidka ada tanda-tand apapun dari warga desa yang belakangan ini sedang memerhatikan keberadaan Angi. Kali ini mereka disibukkan oleh acara Pak Jiman. Sementara, untuk Angi dibiarkan dulu karena mereka tahu bahwa nisanak satu ini tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya. Lalu, pada pukul 7 malam sebuah pidato dibuka oleh sang pemangku acara hajat tersebut. Semua warga telah memenuhi halam rumah Pak Jiman yang saat ini sedang duduk di singgasananya. Pesta yang diadakan dengna mewah ini tak tanggung-tanggung diadakan selama tiga hari tiga malam. sungguh penghamburan biaya tapi bagi Pak Jima