Malam itu, sosok lelaki di taman itu menghilang. Itu artinya ia harus segera menunaikan tugasnya yang sudah ia tinggalkan.
Sosok itu sudah menyadarkannya pada lamunan masa depan bersama pria yang dicintainya itu. Kini, ia harus kembali pulang.
Dengan perasaan berat ia harus meninggalkan tempat bersejarah pertemuan terakhirnya bersama Adhimas. Ia telah ikhlas bila pria yang dicintainya itu akan menemukan wanita lains sebagai pendampingnya.
“Terima kasih Adhimas untuk semua yang telah kamu persembahkan untukku hingga malam ini,” ucapnya dengan menatap sebuah foto selfie yang ia ambil bersama Adhimas di penginapan.
Titik-titik air matanya terjatuh lagi. Namun, kali ini ia segera menepisnya dengan jari tangan. Ia tak mau air matanya itu terkuras untuk sesuatu yang saat ini bukan miliknya lagi.
Ia berlalu dengan menaiki sebuah mini bus kembali menuju rumahnya. Kursi yang masih berdesak-desakan terus bergulir silih berganti dengan penumpang ya
Pagi ini masih terasa baginya pernikahan tadi malam. Setelah ritual pemandian, Ia digendong oleh sang suami untuk tidur bersamanya di sebuah tempat tidur klasik berkelambu emas. Bunga mawar merah bertaburan diatas seprei berwarna putih itu. Suaminya meletakkan tubuhnya dengan sangat hati-hati. Ki Slamet sangatlah tampan pada malam itu. Seperti melihat seorang pangeran yang turun dari langit. Ya, memang benar, ia berasal dari langit. Langit tempat para arwah. Diri Angi yang masih berbaring di kasur di pandangi oleh sang suami. Ia menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Ia sangatlah cantik. Wajah blasteran Indo – Belanda menambah ayu penampilannya malam ini. Sang suami tak banyak bicara pada Angi. Ia hanya melemparkan senyum manis sebagai tanda bahwa kini dirinya sudah menyerah pada takdir dari Sang Maha Kuasa. Kelambu berwarna merah muda itu bergelombang dengan lembut. Angin meniupkan sayup-sayup romantis pada pasangan baru ini
“Ceklek!” Suara pintu dibukanya. Ia melihat ruang ritualnya sudah berantakan. Semua barang berjatuhan hingga guci yang ia keramatkan pecah berkeping-keping. Entah gerangan apa yang menghujat tempat ini. Angi mencoba menerka apa yang sedang direncanakan oleh si pengirim. Sang ular raksasa memperingatkan Angi untuk tetap waspada. Ia menuturkan bahwa nanti setelah pergantian malam, ia akan melancarkan serangan bertubi-tubi. Angi harus bersiap. Kumandang adzan magrib tiba. Setelah menjalankan ibadah, Angi meminta pertolongan kepada Sang Maha Kuasa. Ia melakukan wirid untuk mempersiapkan bala pasukan. Wirid yang dilakukannya kali ini adalah untuk memanggil para pasukan prajurit keraton yang siap tempur. Sang ular raksasa yang biasa dipanggil khodam itu, ia pun bersiap untuk melawan serangan dari para jin yang sudah mulai dikirim. Para jin dengan aura hitam berdatangan menglilingi rumah Angi. Susana menjadi me
Pada malam selasa kliwon, Angi kembali bertemu dengan sang suami dalam peraduannya di tempat pemandian air tempuran. Malam yang begitu sunyi di sebuah hutan belantara, ia pergi kesana dengan maksud untuk menyembuhkan luka yang dialaminya. Di sisi lain, ia pun menyempurnakan kesaktiannya yang masih secara bertahap meningkat. Akibat pertarungannya dengan dukun dari wilayah Banten tersebut, tenaga Angi mulai terkuras. Ia seperti tak memiliki energi untuk memanggil para khodamnya bahkan untuk berjalan sekalipun sangat berat baginya. Angi melanjutkan ritualnya malam itu, berendam di pertemuan dua sungai. Dia menunggu sosok sang suami yang berwujud ular raksasa datang kepadanya. Belum cukup 10 menit Angi melanjutkan ritualnya, telinganya kembali mendengar suara-suara aneh. Bukan gemericik air sungai, tapi seperti air yang mengalir ke sungai. Dari atas rumpun bambu, mengalir air, seperti seseorang sedang buang air kecil. Angi meno
Ternyata, seorang tetangganya mengetahui pernikahan gaibnya itu. Dengan kemampuan indra keenam yang dimilikinya ia mampu melihat dan mendengar semua kejadian yang terjadi pada malam satu suro itu. Angi tak bisa berbohong, karena memang dirinya telah melakukannya. Ia hanya meminta tetangganya agar tetap diam atas kejadian yang sudah terjadi padanya. Angi merebahkan badannya di atas tempat tidurnya yang sudah di renovasi setelah kejadian terbakar kala itu. Ia beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga dan pikirannya. Lalu, ia terlelap. Sementara, sang kakak, Rama, sedang bercumbu mesra bersama seorang wanita di kamarnya. Ia tak banyak bicara dan berinteraksi dengan orang rumah. Namun, kali ini ia telah tertangkap basah oleh sang ayah. Kak Rama, sering, bahkan, setiap hari selalu mengurung dirinya di kamar. Ia keluar hanya untuk makan dan mandi. Entah apa yang ia lakukan di dalam kamarnya tersebut. Saat ia keluar dari kamarnya dan
Tak habisnya sebuah kisah asmara yang terjalin antara manusia dengan makhluk halus. Setelah dirinya sendiri yang melakukan pernikahan dengan makhluk halus berupa ular raksasa. Kakak lelakinya juga mengalami hal yang sama, bahkan berakhir dengan tragis. Kemudian, datanglah seorang warga desa yang meminta bantuan Angi untuk mengusir makhluk halus yang berada di rumahnya. Bahkan, menurut penuturannya, makhluk itu sudah menjalin asmara dengan anak lelakinya. Menjalin hubungan asmara merupakan sebuah hal yang wajar bagi sebagian besar orang, terlebih untuk kita yang sudah memasuki usia dewasa. Cerita tentang hubungan asmara antara dua insan lawan jenis memang selalu menarik untuk didengarkan. Akan tetapi, bagaimana jika ternyata yang menjalin asmara adalah dua insan yang bukan hanya lawan jenis saja? lawan dunia juga? Yang satu hidup di dunia nyata yang satu hidup di dunia kasat mata. Menarik. Mendengar kisah antara dunia yang berbeda dengan
Kisah cinta sejati memang tak selalu berakhir dengan indah. Perpisahan Bayu dan Minah adalah hal terbaik untuk keduanya. Terkadang, jalinan dua alam tidak bisa disatukan karena satu dan lain hal. Seperti keluarga Bayu ini, yang menolak adanya makhluk gaib. Pagi ini, awan-awan putih berarak, melayang seperti kapas raksasa yang bermanja pada langit biru. Lembang bayu pun seperti berkolaborasi dengan mereka, mengembus sepoi-sepoi, membuat iringan awan berlenggak-lenggok genit menggoda. Matahari seolah tak rela, jika tak menggoda kesejukan yang tercipta oleh mereka. Awan-awan itu seperti mencoba melawan terik yang sejak ratusan tahun lalu, dipancarkan oleh mentari. Angin bukan hanya meniup awan-awan, tapi juga debu-debu di sekitar tempat itu, tidak jauh dari sebuah rumah tua yang terpencil, di sudut pesawahan dan jauh dari tetangga. Lokasi rumah itu terletak di desa Angi, Karanganyar. Sebuah kabar datang dari salah satu warga d
Sapto tak berharap banyak pada keadaannya saat ini. Ia hanya berharap pertolongan segera datang darimanapun asalnya. Angi sangat cemas dengan Sapto yang diculik oleh makhluk itu. Ia tak punya banyak waktu karena kapan saja nyawa Sapto bisa melayang. Lali, Angi bergegas mencari sukarela untuk masuk ke dalam lukisan itu. Setelah ia memikirkan orang yang tepat, sukarelawan itu jatuh pada tetangganya, yang memiliki indra keenam.Angi segera meminta bantuan padanya, awalnya ia menolak karena ini pasti beresiko pada dirinya serta keluarganya.Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya dengan kesepakatan tetangganya itu, sebut saja namanya Rani, menggunakan benda keramat sebagai penjaganya saat menyelamatkan Sapto nanti. Benda itu disimpan di helaian rambutnya yang hanya sepanjang daun telinga. Ia bergerak maju menuju rumah tua itu. Angi dan Rani tiba berdiri tepat di depan lukisan Sang Ratu Kidul. An
Rumah tua itu terlihat tak ubahnya sebuah rumah usang, tak terawat dan seram. Penghuni rumah itu masih sesosok nenek tua yang ditinggal cucunya pergi ke alam baka. Sementara, keadaan Sapto dan Rani baik-baik saja. Namun, kejadian ini menyisakkan trauma bagi Sapto. Ia seperti disekap lalu dianiaya oleh makhluk halus.Rani, sosok yang menjadi penolongnya juga mengatakan demikian. Meskipun ia disekap dengan waktu yang lebih sedikit, trauma itu tetap ada. Karena makhluk benar-benar membuat takut hingga terasa ke ubun-ubun. Angi memberikan obat mujarabnya kepada Sapto dan Rani. Obat itu selain untuk menyembuhkan berbagai luka, Angi sudah menambahkan ramuan agar ingatan Sapto dan Rani, tentang makhluk halus itu, menghilang. Keesokan harinya, Sapto dan Rani berpapasan saat mereka berada di Pasar tumpah. Pasar yang hanya ada di pagi hari, yang bejejer di sepanjang jalan utama. Hal ini bertujuan untuk memikat para pembeli agar