Setelah berkeliling Ibukota dan melihat bangunan serta aktivitas, Vania merasa jenuh dan ingin pulang ke mansion. Tapi kembali ke mansion dengan tidak membawa apa-apa sangatlah tidak etis mengingat Dia punya dua keponakan kecil-kecil. "Pak kusir tolong antarkan Saya ke toko kue yang enak di sini ya!" Perintah Vania, Dia sendiri belum tahu nama kusir yang membawa ya jalan-jalan pagi itu sehingga Dia selalu memanggilnya 'Pak Kusir.' "Baik Nyonya..." Kereta melaju dengan pelan, menuju sebuah jalan yang ramai. Sebuah bangunan berlantai 3 mirip sebuah kafe. Disana sudah ada beberapa pelanggan yang duduk dengan memesan makanan. "Sudah sampai Nyonya," kata sang kusir memberi tahu. "Ah.. ya terimakasih" Vania turun dari kereta yang diparkir di pinggir jalan. Tak lupa Dia membawa kantong koin dukan untuk digunakan membeli kue. Vania berjalan lurus tanpa memperhatikan sekitar. "Klinting...." Bunyi sebuah lonceng yang diletakkan diatas pintu kafe jika ditarik ke dalam. "Selamat datang di
Vania yang mengamati ada pelanggan lain masuk dan memesan kue seperti yang Dia pesan, dilayani dengan baik sehingga Vania merasa ada yang janggal. 'Perempuan yang baru saja masuk dilayani dengan ramah dan dipersilakan menunggu,' sedangkan Dia harus dipastikan lagi dan akhirnya ditolak. "Kafe kami memasang harga yang tinggi karena kebanyakan yang membeli adalah para bangsawan Nona, dan yang semua Nona pesan adalah kue teratas dengan harga yang tinggi," kata Bella menjelaskan. "Hm..." Vania hanya bergumam. Bella lalu tersenyum dan menjelaskan lagi, "Saya bisa merekomendasikan kue-kue dengan harga terjangkau Nona, Nona bisa pergi ke pusat pasar ...." Belum selesai Bella berbicara, Vania lalu berucap, "Ya ampun, haruskan Aku beli bangunan ini" Kata Vania pelan sembari melihat sekeliling bangunan tersebut. Di depan bangunan itu, ada sederet bangunan yang sudah menjadi milik Duke of Ansel. Bangunan tersebut disewakan dengan harga lumayan murah kepada pedagang karena rasa kemanusiaan, Vani
Vania kembali ke mansion dengan rasa kesal dan lelah. Pemandangan Ibukota memang menggoda, bangunan yang lebih padat dan rapat tertata rapi, penduduknya juga lebih padat sehungga hiruk pikuknya sangat terasa. Tapi keramah-tamahannya tidak sebanding dengan di wilayah, terlebih rasa inferioritas bangsawan disini juga tinggi. Mereka yang berdalih atas nama bangsawan sepertinya lebih congkak dan suka memandang rendah rakyat biasa. Bagaimanapun budaya tersebut sudah mengakar, sehingga sangat sulit diubah. Vania yang bersekolah di Akademi Kiloa dengan pemikiran yang lebih terbuka sangat prihatin dengan kondisi masyarakat Kerajaannya, Merden. Disini cenderung lebih konservatif."Selamat datang kembali Nyonya..." sapa Butler. Vania sudah disambut dengan ramah."Ya..." kata Vania sambil berlalu pergi. Dia ingin rebahan saja sambil meneguk teh dingin untuk mendinginkam hatinya juga. Sang butler yang tidak tahu apa yang telah dialami oleh majikannya itu hanya bisa menebak, kalau sepertinya suasa
Bella dan Satin sangat panik, sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Rasa deg-deg an mereka terus dirasakan. Lady Flora Sukin yang baik hati segera mampir ke kediaman Marquess Zoya untuk memberitahu Marchioness Titan tentang kejadian yang melibatkan Cafe Embun Pagi dengan Penerus Ansel yaitu Vania Vivia Pallas Pil Ansel. "Apa katamu?" Marchioness kaget dan langsung menjatuhkan cangkir tehnya yang masih mengepul di lantai. Beruntung, pecahan beling gelas tak mengenai kulit putihnyang yang berharga. Dengan susah payah Dia membangun usaha cafe tersebut dan menjadi terkenal dan cafe no 1 di Ibukota, tapi hanya perlu satu hari untuk menghancurkan reputasinya.Bagaimana mungkin cafe yang dia bangun dengan keringat itu sudah memperlakukan Orang paling kaya di Kerajaan Merden. Wajah Titan memucat seakan darahnya sudah diperas dan keluar dari tubuhnya.Setelah menyempaikan berita buruk tersebut Flora pamit undur diri. Marchioness mengucapkan terimakasih kepada Flora yang menyampaikan b
Marchioness Titan pulang dengan perasaan yang lega, ketakutannya tidak terjadi. Sesampainya dirumah, sudah ada dua anaknya yang baru saja pulang dari menikmati hari luangnya. Mereka adalah Marquess Muda Cleo Zoya dan Nona Muda Arha Zoya. Meskipin selisih umur mereka 17 tahun, mereka sangat kompak sebagai kakak dan adik. Tadinya semua orang menyangka bahwa Cleo Zoya adalah anak tunggal yang akan mewarisi kekayaan dan kekuatan militer Marquess Zoya, tapi setelah berumur 16 tahun, Ibunya mengandung. Itu adalah keajaiban mengingat usia Ibunya yang sudah tak muda lagi. Mengandung di usia 40 tahunan membuat Titan menjadi sangat lemah, syukurnya Dia bisa melahirkan anak perempuan yang cantik dan sehat. Setelah itu, Titan menjadi seorang Ibu yang punya bayi lagi dan mulai gemar memasak kue karena anak perempuannya. Hobinya itu akhirnya disalurkan lewat bisnis cafe di Ibukota. Cleo sang kakak juga sangat menyayangi adiknya. Arha sang adik tumbuh dengan kasih sayang orang tua dan sa
"Jadi apa yang ingin Ibunda bicarakan?" Kali ini Cleo langsung ke pokok pembicaraan."Yah, Ibu berharap kalau kalian bisa cocok satu sama lain" "Bukankah ini ide Ibu sepihak?" 'Jleb...'Pertanyaan Cleo membuat angan-angan Titan kabur. Dia tersadar akan mimpinya itu."Sayangnya iya, tapi kalau anak Ibu ini bersedia, Ibu akan mengajukan lamaran kepada Duchess of ansel." Titan sangat percaya diri dan membuat sesumbar."Tidak usah Ibunda, Cleo bahkan belum pernah bertemu dengan rupanya" "Aha... bagaimana kalau kamu menemuinya nanti saat pesta perayaan kemuliaan Yang Mulia Putra Mahkota berlangsung?" Itu adalah ide spontan Titan."Ibunda..." Cleo sepertinya tidak bisa kalah juga, Ibunya yang keras kepala itu susah sekali untuk dikalahkan."Ehem....ehem...." Arha berdeham, sepertiny mereka berdua melupakan keberadaan Arha."Kenapa orang dewasa itu suka sekali berdebat?" kata Arha menohok keduanya. Sudah biasa melihat Cleo dan Ibunya berdebat karena hal-hal sepele dan Arha selalu menjadi
Hari itu mansion sangat ramai karena kue yang dibawa oleh Marchioness Titan dibagikan juga kepada para pelayan. Vania suka berbagi kebaikan, Dia dulu juga sering menyumbang dana untuk panti asuhan. Vania menemui Kinan yang ada diruangannya dengan membaca buku tebal yang tidak sesuai dengan usianya. Sedangkan Kesha masih demam tapi sudah turun demamnya. Dia bisa makan bubur yang benar-benar encer 3 suap. Vania akhirnya hanya istirahat sambil menghabiskan waktu dengan Kinan di mansion sampai hari perayaan datang.***Kesha sudah sehat meskipun agak pucat, Vania jadi ragu untuk membawa Kesha, tapi mau bagaimana lagi alasannya di bawa ke Ibukota adalah menghadiri ball kemuliaan Yang Mulia Putra Mahkota Elia bersama, sehingga meninggalkan Kesha yang agak layu dirumah adalah suatu penghianatan. Mereka bertiga kompak mengenakan pakaian serasi yang sudah dirancang oleh Madam Ala. Vania hanya berniat menghadiri acara sebentar lalu pamit pulang karena membawa anak-anak, jadi Dia tidak bisa pu
"Boleh," kata Vania mengiyakan omongan Marchioness untuk mempertemukannya dengan anak laki-lakinya. "Astaga... senang sekali mendengarnya," Titan hampir saja berteriak kegirangan. Dia menciptakan kesempatan dan peluang untuk menjodohkan anaknya yang sudah seperti bujangan lapuk kepada gadis cantik yang baik dan kaya raya.Vania tersenyum palsu, meskipun hal tersebut menganggunya tapi Dia tidak bisa bersikap sombong. Ini adalah awal baginya untuk terjun ke ranah politik, jadi sebisa mungkin Dia harus mendapatkan kenalan yang akan membantunya.Titan melihat sekeliling untuk menemukan putranya. Setelah kenalannya menengok ke kanan dan ke kiri, sekarang Dia menemukan anaknya. Laki-laki yang memakai seragam militer berwarna merah, sedang mengobrol dengan rekan-rekan sesama ksatria. Dia membelakangi Titan dan Vania dan jaraknya meteka cukup jauh, yah kurang lebih 15 meter. Tapi dengan hiruk pikuk pesta, pasti laki-laki itu tidak akan menengok lalau dipanggil dengan jarak sedemikian itu."Ka