Marchioness Titan pulang dengan perasaan yang lega, ketakutannya tidak terjadi. Sesampainya dirumah, sudah ada dua anaknya yang baru saja pulang dari menikmati hari luangnya. Mereka adalah Marquess Muda Cleo Zoya dan Nona Muda Arha Zoya. Meskipin selisih umur mereka 17 tahun, mereka sangat kompak sebagai kakak dan adik. Tadinya semua orang menyangka bahwa Cleo Zoya adalah anak tunggal yang akan mewarisi kekayaan dan kekuatan militer Marquess Zoya, tapi setelah berumur 16 tahun, Ibunya mengandung. Itu adalah keajaiban mengingat usia Ibunya yang sudah tak muda lagi. Mengandung di usia 40 tahunan membuat Titan menjadi sangat lemah, syukurnya Dia bisa melahirkan anak perempuan yang cantik dan sehat. Setelah itu, Titan menjadi seorang Ibu yang punya bayi lagi dan mulai gemar memasak kue karena anak perempuannya. Hobinya itu akhirnya disalurkan lewat bisnis cafe di Ibukota. Cleo sang kakak juga sangat menyayangi adiknya. Arha sang adik tumbuh dengan kasih sayang orang tua dan sa
"Jadi apa yang ingin Ibunda bicarakan?" Kali ini Cleo langsung ke pokok pembicaraan."Yah, Ibu berharap kalau kalian bisa cocok satu sama lain" "Bukankah ini ide Ibu sepihak?" 'Jleb...'Pertanyaan Cleo membuat angan-angan Titan kabur. Dia tersadar akan mimpinya itu."Sayangnya iya, tapi kalau anak Ibu ini bersedia, Ibu akan mengajukan lamaran kepada Duchess of ansel." Titan sangat percaya diri dan membuat sesumbar."Tidak usah Ibunda, Cleo bahkan belum pernah bertemu dengan rupanya" "Aha... bagaimana kalau kamu menemuinya nanti saat pesta perayaan kemuliaan Yang Mulia Putra Mahkota berlangsung?" Itu adalah ide spontan Titan."Ibunda..." Cleo sepertinya tidak bisa kalah juga, Ibunya yang keras kepala itu susah sekali untuk dikalahkan."Ehem....ehem...." Arha berdeham, sepertiny mereka berdua melupakan keberadaan Arha."Kenapa orang dewasa itu suka sekali berdebat?" kata Arha menohok keduanya. Sudah biasa melihat Cleo dan Ibunya berdebat karena hal-hal sepele dan Arha selalu menjadi
Hari itu mansion sangat ramai karena kue yang dibawa oleh Marchioness Titan dibagikan juga kepada para pelayan. Vania suka berbagi kebaikan, Dia dulu juga sering menyumbang dana untuk panti asuhan. Vania menemui Kinan yang ada diruangannya dengan membaca buku tebal yang tidak sesuai dengan usianya. Sedangkan Kesha masih demam tapi sudah turun demamnya. Dia bisa makan bubur yang benar-benar encer 3 suap. Vania akhirnya hanya istirahat sambil menghabiskan waktu dengan Kinan di mansion sampai hari perayaan datang.***Kesha sudah sehat meskipun agak pucat, Vania jadi ragu untuk membawa Kesha, tapi mau bagaimana lagi alasannya di bawa ke Ibukota adalah menghadiri ball kemuliaan Yang Mulia Putra Mahkota Elia bersama, sehingga meninggalkan Kesha yang agak layu dirumah adalah suatu penghianatan. Mereka bertiga kompak mengenakan pakaian serasi yang sudah dirancang oleh Madam Ala. Vania hanya berniat menghadiri acara sebentar lalu pamit pulang karena membawa anak-anak, jadi Dia tidak bisa pu
"Boleh," kata Vania mengiyakan omongan Marchioness untuk mempertemukannya dengan anak laki-lakinya. "Astaga... senang sekali mendengarnya," Titan hampir saja berteriak kegirangan. Dia menciptakan kesempatan dan peluang untuk menjodohkan anaknya yang sudah seperti bujangan lapuk kepada gadis cantik yang baik dan kaya raya.Vania tersenyum palsu, meskipun hal tersebut menganggunya tapi Dia tidak bisa bersikap sombong. Ini adalah awal baginya untuk terjun ke ranah politik, jadi sebisa mungkin Dia harus mendapatkan kenalan yang akan membantunya.Titan melihat sekeliling untuk menemukan putranya. Setelah kenalannya menengok ke kanan dan ke kiri, sekarang Dia menemukan anaknya. Laki-laki yang memakai seragam militer berwarna merah, sedang mengobrol dengan rekan-rekan sesama ksatria. Dia membelakangi Titan dan Vania dan jaraknya meteka cukup jauh, yah kurang lebih 15 meter. Tapi dengan hiruk pikuk pesta, pasti laki-laki itu tidak akan menengok lalau dipanggil dengan jarak sedemikian itu."Ka
Kesalahpahaman itu selesai. Yah bisa dimaklumi Vania jika orang-orang berburuk sangka karena wajahnya yang judes, apalagi kalau Dia sedang melirik. Sebut saja itu lirikan maut. Lepas dansa dengan Cleo, keduanya mengucapkan salam perpisahan dan segera kembali dengan urusan masing-masing. Vania kembali sendiri lagi. Sebetuonya dia ingin bergabung dengan gerombolan gadis-gadis, tapi tak ada satupun yang dia kenal. Flora, teman masa kecilnya juga tidak kelihatan. Vania ingin sekali kabur dari acara tersebut, tapi tempat itu adalah satu-satunya tempat untuknya bersosialisasi dan menampakkan dirinya di sosial. Sebagai seorang lady yang dulu tidak aktif di dunia pergaulan kelas atas, sekarang membuatnya kesusahan karena tidak ada satupun yang dia kenal. Jarang sekali orang Kerajaan Merden bersekolah di akademi kiloa tempatnya dulu menimba ilmu karena biayanya yang mahal dan masuknya yang sulit. Para orang tua di Merden lebih suka mengirim mereka ke akademi di Merden itu sendiri. Itu s
Vania pikir, Dia sudah melupakan trauma masa kecilnya. Tapi melihat Bastian dalam bentuk dewasa mengingatkannya kembali akan kenangan buruk masa kecilnya dulu. Orang tuanya dulu juga sering mencium Vania, tapi ciuman di pipi itu adalah tanda kasih sayang dan tidak ada unsur paksaan, berbeda sekali dengan yang dulu dialami oleh Vania. Itu adalah pemaksaan dan pelecehan.'Tenang Vania, tenang... kamu harus tenang. Kamu seorang Duke sekarang. Pemimpin wilayah, kamu tidak boleh takut dengan bajingan ini,' Vania mencoba mengatur batinnya yang tergundang.Meski mencoba untuk setenang mungkin dihadapan Bastian, namun kenyataanya saat ini Vania hanya berdoa agar siapapun bisa menolongnya untuk lepas dari hadapan Bastian, si bajingan tengik itu."Maaf Vania sudah membuatmu menunggu lama," kata seorang laki-laki yang ada dibelakang Vania.Laki-laki itu kemudian berdiri disamping Vania dan tersenyum. "Apa kabar Grand Duke Muda Bastian?" sapa laki-laki itu.Bastian tersenyum dan juga kesal dalam
"Alangkah lucunya situasi ini, hahaha..." Elia menertawakan Jehu dan Bastian. Rupanya mereka sudah membuat risih Duchess baru itu. Vania hanya memandangi Putra Mahkota yang tampan itu dengan tatapan aneh. 'Apanya yang lucu, kenapa dia tertawa?' Jehu sedikit malu dengan ucapan Vania tapi yah, dia terlanjur putus urat kemaluannya. "Ehem..." Jehu berdeham karena malu, "Saya sedikit kecewa, karena saya pikir kita sudah cukup dekat," Jehu menggoda Vania lagi.'Cih... najis!' tapi karena di depannya ada Putra Mahkota, sebisa mungkin Vania harus menjaga martabatnya sebagai seorang babgsawan terlebih sebagai kepala wilayah Ansel. "Wah, maafkan atas kelancangan saya Pangeran, tapi sepertinya itu hanya spekulasi pangeran saja, nyatanya kita baru kedua kali bertemu." Vania mantap sekali mempermalukan Jehu. "Ini juga kedua kalinya bagi saya dan Grand Duke Muda Bastian bertemu," Vania menambahkan fakta lagi dan bersuara dengan cukup keras agar semua orang mendengarnya. Dia tidak mau terlibat
Baru saja Vania kabur dari jerat gosip kotor sekarang dia sudah dihadapkan dengan orang yang tak pernah dia inginkan. Lalisa Zergnet, orang yang pernah Vania usir dari kediaman Ansel. Dia sedang menggandeng seorang laki-laki yang pendek, sedikit gemuk dan wajahnya biasanya. Kalau dilihat dari perangai sepertinya dia seorang bangsawan namun tidak cukup berada. Tapi di sisi lain, Lalisa tampil dengan full barang mewah dan bermerk. Bahkan lebih ngehreng ketimbang tampilan Vania yang seorang kepala wilayah. Bahkan sang ratu saja sepertinya kalah berkilau dengan Lalisa.Vania hendak lewat dan mengabaikan Lalisa tapi Lalisa keburu mencegatnya."Apa kabar Duchess Ansel?" Sapa Lalisa dengan senyum seringai."Ya, kabar baik Lady Zergnet," Vania tidak ingin berlama-lama dengan Lalisa, hanya akan membuang waktunya. Lebih Vania segera menyelesaikan urusannya dengan Lalisa dan segera menjemput kedu keponakanny mengingat ini sudah pukul 10 malam. Vania terjebak dengan percakapan Marchioness Titan