Vania kembali ke mansion dengan rasa kesal dan lelah. Pemandangan Ibukota memang menggoda, bangunan yang lebih padat dan rapat tertata rapi, penduduknya juga lebih padat sehungga hiruk pikuknya sangat terasa. Tapi keramah-tamahannya tidak sebanding dengan di wilayah, terlebih rasa inferioritas bangsawan disini juga tinggi. Mereka yang berdalih atas nama bangsawan sepertinya lebih congkak dan suka memandang rendah rakyat biasa. Bagaimanapun budaya tersebut sudah mengakar, sehingga sangat sulit diubah. Vania yang bersekolah di Akademi Kiloa dengan pemikiran yang lebih terbuka sangat prihatin dengan kondisi masyarakat Kerajaannya, Merden. Disini cenderung lebih konservatif."Selamat datang kembali Nyonya..." sapa Butler. Vania sudah disambut dengan ramah."Ya..." kata Vania sambil berlalu pergi. Dia ingin rebahan saja sambil meneguk teh dingin untuk mendinginkam hatinya juga. Sang butler yang tidak tahu apa yang telah dialami oleh majikannya itu hanya bisa menebak, kalau sepertinya suasa
Bella dan Satin sangat panik, sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Rasa deg-deg an mereka terus dirasakan. Lady Flora Sukin yang baik hati segera mampir ke kediaman Marquess Zoya untuk memberitahu Marchioness Titan tentang kejadian yang melibatkan Cafe Embun Pagi dengan Penerus Ansel yaitu Vania Vivia Pallas Pil Ansel. "Apa katamu?" Marchioness kaget dan langsung menjatuhkan cangkir tehnya yang masih mengepul di lantai. Beruntung, pecahan beling gelas tak mengenai kulit putihnyang yang berharga. Dengan susah payah Dia membangun usaha cafe tersebut dan menjadi terkenal dan cafe no 1 di Ibukota, tapi hanya perlu satu hari untuk menghancurkan reputasinya.Bagaimana mungkin cafe yang dia bangun dengan keringat itu sudah memperlakukan Orang paling kaya di Kerajaan Merden. Wajah Titan memucat seakan darahnya sudah diperas dan keluar dari tubuhnya.Setelah menyempaikan berita buruk tersebut Flora pamit undur diri. Marchioness mengucapkan terimakasih kepada Flora yang menyampaikan b
Marchioness Titan pulang dengan perasaan yang lega, ketakutannya tidak terjadi. Sesampainya dirumah, sudah ada dua anaknya yang baru saja pulang dari menikmati hari luangnya. Mereka adalah Marquess Muda Cleo Zoya dan Nona Muda Arha Zoya. Meskipin selisih umur mereka 17 tahun, mereka sangat kompak sebagai kakak dan adik. Tadinya semua orang menyangka bahwa Cleo Zoya adalah anak tunggal yang akan mewarisi kekayaan dan kekuatan militer Marquess Zoya, tapi setelah berumur 16 tahun, Ibunya mengandung. Itu adalah keajaiban mengingat usia Ibunya yang sudah tak muda lagi. Mengandung di usia 40 tahunan membuat Titan menjadi sangat lemah, syukurnya Dia bisa melahirkan anak perempuan yang cantik dan sehat. Setelah itu, Titan menjadi seorang Ibu yang punya bayi lagi dan mulai gemar memasak kue karena anak perempuannya. Hobinya itu akhirnya disalurkan lewat bisnis cafe di Ibukota. Cleo sang kakak juga sangat menyayangi adiknya. Arha sang adik tumbuh dengan kasih sayang orang tua dan sa
"Jadi apa yang ingin Ibunda bicarakan?" Kali ini Cleo langsung ke pokok pembicaraan."Yah, Ibu berharap kalau kalian bisa cocok satu sama lain" "Bukankah ini ide Ibu sepihak?" 'Jleb...'Pertanyaan Cleo membuat angan-angan Titan kabur. Dia tersadar akan mimpinya itu."Sayangnya iya, tapi kalau anak Ibu ini bersedia, Ibu akan mengajukan lamaran kepada Duchess of ansel." Titan sangat percaya diri dan membuat sesumbar."Tidak usah Ibunda, Cleo bahkan belum pernah bertemu dengan rupanya" "Aha... bagaimana kalau kamu menemuinya nanti saat pesta perayaan kemuliaan Yang Mulia Putra Mahkota berlangsung?" Itu adalah ide spontan Titan."Ibunda..." Cleo sepertinya tidak bisa kalah juga, Ibunya yang keras kepala itu susah sekali untuk dikalahkan."Ehem....ehem...." Arha berdeham, sepertiny mereka berdua melupakan keberadaan Arha."Kenapa orang dewasa itu suka sekali berdebat?" kata Arha menohok keduanya. Sudah biasa melihat Cleo dan Ibunya berdebat karena hal-hal sepele dan Arha selalu menjadi
Hari itu mansion sangat ramai karena kue yang dibawa oleh Marchioness Titan dibagikan juga kepada para pelayan. Vania suka berbagi kebaikan, Dia dulu juga sering menyumbang dana untuk panti asuhan. Vania menemui Kinan yang ada diruangannya dengan membaca buku tebal yang tidak sesuai dengan usianya. Sedangkan Kesha masih demam tapi sudah turun demamnya. Dia bisa makan bubur yang benar-benar encer 3 suap. Vania akhirnya hanya istirahat sambil menghabiskan waktu dengan Kinan di mansion sampai hari perayaan datang.***Kesha sudah sehat meskipun agak pucat, Vania jadi ragu untuk membawa Kesha, tapi mau bagaimana lagi alasannya di bawa ke Ibukota adalah menghadiri ball kemuliaan Yang Mulia Putra Mahkota Elia bersama, sehingga meninggalkan Kesha yang agak layu dirumah adalah suatu penghianatan. Mereka bertiga kompak mengenakan pakaian serasi yang sudah dirancang oleh Madam Ala. Vania hanya berniat menghadiri acara sebentar lalu pamit pulang karena membawa anak-anak, jadi Dia tidak bisa pu
"Boleh," kata Vania mengiyakan omongan Marchioness untuk mempertemukannya dengan anak laki-lakinya. "Astaga... senang sekali mendengarnya," Titan hampir saja berteriak kegirangan. Dia menciptakan kesempatan dan peluang untuk menjodohkan anaknya yang sudah seperti bujangan lapuk kepada gadis cantik yang baik dan kaya raya.Vania tersenyum palsu, meskipun hal tersebut menganggunya tapi Dia tidak bisa bersikap sombong. Ini adalah awal baginya untuk terjun ke ranah politik, jadi sebisa mungkin Dia harus mendapatkan kenalan yang akan membantunya.Titan melihat sekeliling untuk menemukan putranya. Setelah kenalannya menengok ke kanan dan ke kiri, sekarang Dia menemukan anaknya. Laki-laki yang memakai seragam militer berwarna merah, sedang mengobrol dengan rekan-rekan sesama ksatria. Dia membelakangi Titan dan Vania dan jaraknya meteka cukup jauh, yah kurang lebih 15 meter. Tapi dengan hiruk pikuk pesta, pasti laki-laki itu tidak akan menengok lalau dipanggil dengan jarak sedemikian itu."Ka
Kesalahpahaman itu selesai. Yah bisa dimaklumi Vania jika orang-orang berburuk sangka karena wajahnya yang judes, apalagi kalau Dia sedang melirik. Sebut saja itu lirikan maut. Lepas dansa dengan Cleo, keduanya mengucapkan salam perpisahan dan segera kembali dengan urusan masing-masing. Vania kembali sendiri lagi. Sebetuonya dia ingin bergabung dengan gerombolan gadis-gadis, tapi tak ada satupun yang dia kenal. Flora, teman masa kecilnya juga tidak kelihatan. Vania ingin sekali kabur dari acara tersebut, tapi tempat itu adalah satu-satunya tempat untuknya bersosialisasi dan menampakkan dirinya di sosial. Sebagai seorang lady yang dulu tidak aktif di dunia pergaulan kelas atas, sekarang membuatnya kesusahan karena tidak ada satupun yang dia kenal. Jarang sekali orang Kerajaan Merden bersekolah di akademi kiloa tempatnya dulu menimba ilmu karena biayanya yang mahal dan masuknya yang sulit. Para orang tua di Merden lebih suka mengirim mereka ke akademi di Merden itu sendiri. Itu s
Vania pikir, Dia sudah melupakan trauma masa kecilnya. Tapi melihat Bastian dalam bentuk dewasa mengingatkannya kembali akan kenangan buruk masa kecilnya dulu. Orang tuanya dulu juga sering mencium Vania, tapi ciuman di pipi itu adalah tanda kasih sayang dan tidak ada unsur paksaan, berbeda sekali dengan yang dulu dialami oleh Vania. Itu adalah pemaksaan dan pelecehan.'Tenang Vania, tenang... kamu harus tenang. Kamu seorang Duke sekarang. Pemimpin wilayah, kamu tidak boleh takut dengan bajingan ini,' Vania mencoba mengatur batinnya yang tergundang.Meski mencoba untuk setenang mungkin dihadapan Bastian, namun kenyataanya saat ini Vania hanya berdoa agar siapapun bisa menolongnya untuk lepas dari hadapan Bastian, si bajingan tengik itu."Maaf Vania sudah membuatmu menunggu lama," kata seorang laki-laki yang ada dibelakang Vania.Laki-laki itu kemudian berdiri disamping Vania dan tersenyum. "Apa kabar Grand Duke Muda Bastian?" sapa laki-laki itu.Bastian tersenyum dan juga kesal dalam
Elia benar benar peduli dengan kondisi Kesha sehingga dia dia dia melakukan teleportasi dengan portal untuk kembali ke istana. Semalaman dia perpustakaan mencari banyak hal mengenai mana. Akhirnya dia teringat gulungan perkamen yang membahas soal mana. Setengahnya sudah diartikan oleh orang bayaran kepercayaannya. Gulungan itu belum dibacanya dan hanya dilihatnya sekilas waktu itu.Elia membaca dengan serius. "Ketemu!" Elia kegirangan.Dia segera menggulung perkamen tersebut dan membawanya kembali ke kediaman Ansel. Dia kembali ke kamarnya dengan perasaan sumringah. Elia tak sabar untuk bertemu pagi dan membawakan kabar baik ini kepada Vania. Saking antusiasnya, Elia bahkan tidak tidur lagi. Dia hanya tiduran di ranjang menatap langit langit kamar. Keesokan paginya, Elia sudah menunggu di meja makan. Dia orang no 1 yang datang paling awal. Benar, paling awal. Sampai-sampai sang kepala Koki yaitu Piton sibuk untuk membuatkan makanan ringan sembari menunggu jam makan
Elia juga berpikir sejenak, dia ingin membantu karena dia sudah terlanjur tahu. "Bagaimana kalau Tuan penyihir bekerja sama untuk menerjemahkan perkamen gulungan sihir yang saya temukan?"Tiba tiba saja, hal itu membuat Loka dan Arvel melongo.Ajakan itu sangat tidak bisa dipercaya, "Saya bersungguh sungguh," melihat kesungguhan tersebut, Arvel langsung menjawab, "Terimakasih atas tawarannya Yang Mulia, sungguh tawaran yang sangat berarti bagi kami para penyihir," Arvel yang menatap Loka pun seperti berbicara lewat matanya. Menerjemahkan perkamen gulungan sihir bagi para penyihir merupakan anugerah, informasi kuno yang bahkan belum ada dibuku biasa nisa ditemukan, jadi Arvel dan Loka pasti tidak akan melewatkan ajakan yang sangat menggiurkan.Disini orang yang paling tidak percaya adalah Vania, bukankah Kerajaan hendak melakukan merger? mengambil alih menara sihir, tapi dengan sikap Elia yang santai seolah dia tidak ada masalah apa apa dengan isu yang sudah beredar santer tersebut.T
Singkatnya, Vania mengatakan kalau ini bukanlah urusan Elia yang terlihat sangat ingin tahu urusan kenapa ada banyak orang berkumpul untuk menangani Nona Muda Ansel, tapi Elia yang juga bersikeras hendak membantu itu malah menimbulkan tanda tanya bagi Vania. "Apakah perkamen tersebut sudah diterjemahkan?" Tanya Arvel penasaran."Belum, itu karena bahasanya sangat kuno sehingga sulit untuk tahu arti perkamen dan juga beberapa kegunaan alat sihir yang kegunannya juga belum jelas," balas Elia.Bahasa kuno terdahulu sangatlah langka sekarang, itu sebabnya hanya qda beberapa ahli yang bisa bahasa kuno dan kebanyakan yang bisa melangkah penyihir yang berdedikasi untuk mempelajari bahasa kuno tersebut. Jadi kalau di Kerajaan pasti juga bisa dipastikan orang yang ahli adalah orang yang punya kemampuan langka. "Kalau boleh tahu, siapa orang yang menerjemahkan perkamen tersebut?" kali ini Loka yang ternyata."Aku sendiri," sahut Elia bangga. Elia di didik Ibunya sangat keras karena sadar haru
Seseorang muncul dari balik pintu kamar yang terbuka, tapi ke empatnya belum menyadari kehadiran sosok tersebut karena mereka fokus dalam menangani Kesha yang masih lemas terbaring di kasur tersebut. Satu satunya orang yang sadar hanya Suri, sang Pengasuh.Mata Suri membelalak kaget, dia ingin memberitahu Duchess Vania, tapi Vania tampak serius memperhatikan ketiga orang yang sedang memegangi Kesha. Tapi Suri tak tahan, sehingga dia segera menghadap Vania dan membisikkannya sesuatu. Setelah Suri membisikkan sesuatu, Vania menoleh ke arah pintu berada. Saat wajahnya berputar dan mengenali sosok tersebut, tubuh Vania menegang.Sosok tersebut tersenyum ramah alih alih kaget dan penasaran. Dia sangat pandai berakting."Yang Mulia..." kata Vania cukup keras. Atas kalimat tersebut, ketiga orang yang tadinya sibuk memegangi tubuh Kesha pun kini menoleh. Mereka heran karena kenapa bisa Putra Mahkota datang ke lantai 5 dan memergoki mereka.Di sisi lain, Elia merasa tenang karena tamu misteriu
Setelah acara makan malam yang damai tersebut, Putra Mahkota berujar kalau Dia hendak beristirahat, maka dengan senang hati Vania mengantarkan Putra Mahkota ke kamarnya sembari mengobrol di jalan."Bulan depan akan ada kongres, saya harap Duchess bisa berpartisipasi,""Ya Yang Mulia," Vania tersenyum. Elia benar benar memperhatikan Vania, biasanya para Lady bangsawan akan senang terbar pesona atau berlagak merayunya karena Putra Mahkota yang tampan itu masih single dan posisi Putri Mahkota masih kosong. Tapi Vania berbeda, dia hanya menjalankan SOPnya sebagai Tuan rumah yang menyambut kunjungannya, tidak lebih. Semua perlakukannya formal dan seperti formalitas, bahkan tidak ada percakapan yang mengandung unsur pribadi. Setelah sampai di depan kamar tempat Putra Mahkota tinggal, Vania pamit undur diri. Elia tersenyum dengan perpisahannya tersebut.Setelah masuk kamar, wajah yang tadi tersenyum kini segera berubah jadi datar. "Siapkan operasi malam ini," ucap Elia. Di kamarnya sudah ad
"Kenapa tertawa?"Sontak Ani menghentikan aktivitas tertawanya, "Maafkan saya Tuan, saya hanya merasa lucu.""Lucu?""Benar, soalnya Tuan adalah orang pertama yang merasa risih karena diperlakukan seperti umumnya para bangsawan,""Yah, itu tidak salah. Saya lahir dan tumbuh sebagai orang biasa, lalu dibawa Master Rodeo ke menara sihir sejak usia dini. Di menara sihir juga para penyihir hidup mandiri, jadi kalau tiba-tiba dilayani seperti ini rasanya sangat aneh dan hidup seperti kutu kain yang hanya bisa makan dan tidur saja." Arvel menyelesaikan kalimatnya dengan penuh helaan nafas seakan sedang mengeluh karena tiba-tiba menjadi seorang bangsawan. Ani yang menyimak pernyataan Arvel hanya manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu, karena sudah tidak ada keperluan. Silahkan beristirahat, saya perhatikan Nona banyak terjaga karena memperhatikan saya,""Tolong panggil saya Ani saja Tuan. Saya tidak pantas dipanggil Nona," Ani tersenyum ramah."Semua manusia terlahir sama, meskipun pada ak
Ada banyak hal yang selalu Bruno Gelatrix lakukan. Sekuat itu adalah perintah alasannya yaitu Putra Mahkota Elia. Dari hal yang masuk akal sampai hal yang berbau mengancam nyawa semua dia kerjakan. Laki-laki yang bergelar Viscount itu suka rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh majikannya. Dia mengikuti Putra Mahkota dengan setia karena telah melihat kemampuan dan kebaikan hati Elia. Peran Bruno cukup urgensi dalam menyusun kekuatan Elia, anak dari Permaisuri dari Kerajaan asing. Kali ini Elia menyuruh Bruno untuk menyelidiki hubungan menara sihir dengan kediaman Ansel serta maksud dan tujuan kedatangan Jehu yang terkuhat mencurigakan dan misterius."Aku harus meminta kenaikan gaji!" gumam Bruno seorang diri. Semakin lama semakin banyak yang dia kerjakan. Pertarungan politik semakin tidak stabil, apalagi dengan Raja yang kini melibatkan Pangeran Jehu dalam menyelesaikan masalah Kerajaan membuat kubu Duke Ibet semakin merasa senang dan berada di atas angin. Meskipun Pengeran Je
"Grr...grrr....grrrr...." erangan hewan dalam kurungan jeruji yang sudah dipasang sihir pengaman itu memenuhi ruangan bawah tanah tersebut. Mulutnya menganga memperlihatkan taring dan air libur yang menetes. Pemandangan itu terlihat seram sekaligus menjijikkan. Ada puluhan spesimen hewan hidup yang seperti itu. Pemiliknya adalah kepala penelitian dan pengembangan sihir dibawah komando seorang Marquess. Dia punya obsesi dan ambisi yang mengerikan sehingga bisa disebut hal tersebut tidaklah normal. "Tuan... spesimen di sel no 6 mengalami kejang dan mati dalam kurun waktu 30 detik," kata salah seorang penelitinya memberikan laporan perkembangan."Yah... tidak masalah, langsung ganti dengan hewan baru, stok mana kita melimpah," katanya memberikan instruksi. Ruangan bawah tanah itu luas dan terbagi menjadi beberapa bagian, tempat eksperimen, tempat menyimpan mana, tempat para hewan yang akan dijadikan eksperimen dan satu laboratorium besar. Dia membangun itu semua hanya dengan modal propo
Urusan mansion sudah ditangani Jeff.Urusan wilayah sudah ditangani Andrew.Urusan Kesha yang kini prioritasnya bahkan ditangani oleh banyak orang, mulai dari dua orang penyihir, seorang peneliti ramuan yaitu Erick Jamamiel dan bahkan temannya Amel rajin mengiriminya surat yang berisi makalah atau artikel terkait mana dari luar negeri. Sekarang kasus kematian Kakak dan Iparnya yang tiba-tiba saja disimpulkan oleh kasus pembunuhan. Vania berharap kalau ini semua mimpi dan akan berakhir saat dia terbangun nanti. Sayangnya harapan itu sia-sia. Semuanya adalah kenyataan. Semua kemalangan itu tiba-tiba saja menimpa dirinya.Jehu menatap Vania lagi dengan iba. Wajah garang Vania tiba-tiba saja menjadi pucat seakan semua darahnya terkuras. "Maaf kalau kedatangan saya membebani Duchess," Jehu meminta maaf dengan tulus, dia juga tidak mau kalau berita itu menganggu Vania, tapi temuannya adalah hal yang tidak ditemukan oleh penyelidik, jadi mana mungkin dia akan bungkam dan membiarkannya begitu