Dimusim panas yang panasnya membuat semua orang enggan untuk keluar ruangan, yang panasnya membuat dahaga semua orang dan panasnya membuat semua tanaman layu kekeringan terlihat seorang perempuan bernama Vania, tengah serius membaca buku untuk referensi penelitiannya. Di laboratorium yang banyak tanaman uji coba tersebut, Vania memfokuskan pikirannya. Kali ini Dia ingin meneliti tanaman Echinacea yang katanya bisa dimanfaatkan untuk menurunkan demam bagi orang dari negara di daerah tengah. Vania yang studinya berfokus pada ilmu botani itu selalu saja meneliti tanaman-tanaman langka atau aneh yang belum ada dibuku, sehingga semua penelitiannya selalu menghabiskan banyak waktu. Saat dia sibuk membaca referensi mengenai tanaman Echinacea, terdengar pintu yang dibuka dengan paksa.
"Braak....."
Suara keras yang tiba-tiba tersebut membuat Vania kaget.
"Astaga..." Vania yang kaget bahkan menjatuhkan bukunya yang berharga ke lantai.
"Vania, Aku sudah mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban sama sekali, meskipun Aku yakin kalau Kamu pasti ada di dalam ruangan ini" kata Amel dengan wajah cemberut. Amel adalah sahabat Vania di Akademi Kiloa, makanya kedua sudah memanggil nama masing-masing. Amel tahu betul kalau Vania tidak ada di kamar, pasti Dia ada di perpustakaan atau ada di laboratorium botani akademinya. Hidupnya monoton, jadwalnya itu sudah sangat dihafal oleh Amel.
"Ah... maafkan Aku Mel, sepertinya aku sangat fokus dalam membaca sehingga tidak mendengar suara ketukan pintu berkali-kali."
Vania bangkit dari tempat duduknya dan mengambil bukunya yang jatuh.
"Ah.. ya tidak masalah," kata Amel kemudian.
"Lalu, ada apa Kamu kemari?"
Mendengar pertanyaan Vania, Amel menjadi lupa tujuan awal Dia menghampiri Vania. "Ya? oh Aku melupakan ini," kata Amel sambil menyerahkan sebuah amplop surat berwarna coklat. Diatas surat tersebut tersegel cap dari Duchy of Ansel, kediaman keluarga Vania.
"Ini titipan dari Guru, katanya seorang utusan Duchy of Ansel mengirim surat dengan buru-buru."
Vania mengerutkan keningnya, Dia menerima amplop tersebut dengan tatapan curiga.
"Ini aneh!" kata Vania sembari membolak-balikkan surat tersebut.
"Apanya yang aneh? masak surat dari keluarga dibiilang aneh!"
"Biasanya kakak laki-lakiku akan mengirim surat setiap bulan di tanggal 15." Vania mencoba membuka amplop tersebut dengan bantuan pisau kertas yang sudah ada di meja depannya..
"Ini masih tanggal 25, bukankah ini aneh?"
"Ya... mungkin saja ada keperluan mendadak!"
"Ya bisa jadi," Vania hanya menanggapi seadanya. Lalu dengan segera mengeluarkan isi surat tersebut . Setelah membuka dan membaca isi suratnya, Vena kaget dan hampir menangis.
"Astaga..." teriak Vania yang membuat Amel kaget. Tanggan gematar lalu diikuti badannya. Itu adalah isyarat orang syok.
"Kaget...!" kata Amel sembari tangannya memegang dadanya mencoba menenangkan diri.
"Ada apa Van?" Tanya Amel penasaran.
"Aku harus segera kembali ke Duchy," jawab Vania buru-buru melangkah pergi. Amel yang berusaha untuk mengejar karena rasa penasarannya yang belum terjawab.
"Ada apa Van?" langkah kaki Amel ikut melangkah dengan cepat mengikuti langkah kaki Vena.
"Kakakku dan Kakak iparku mengalami kecelakaan, keduanya mengalami kondisi kritis Mel. Aku harus segera pulang ke Duchy" kata Vania memberikan keterangan.
Keduanya melangkah menuju asrama siswa. Begitu sampai di kamar yang ditempat Vania, Vania langsung meraih kopernya dan mengemasi barangnya dengan buruk. Tidak kerapian sama sekali. Hal ini bisa dimaklumi karena Vena sedang terburu-buru.
"Tapi kamu sedang mengerjakan tesismu Van"
"Keluargaku lebih penting daripada tesisku Mel"
Amel membuka mulutnya lagi, "Iya, Kamu benar, semoga saja kedua kakakmu tidak kenapa-napa"
"Iya mudah-mudahan saja," Vania mengobrol sambil mengemasi barangnya.
"Lalu kapan kamu akan kembali Van?" Tanya Amel.
"Aku juga tidak tahu Mel." Kehidupan yang tidak menentu itu tentu saja tidak bisa diprediksi. Kelahiran dan kematian hanya milik Sang Pencipta. Manusia mana bisa mengetahui masa depan.
Setelah selesai mengemasi barangnya, Vania menulis surat untuk Profesor Adin, gurunya. Dia menitipkannya kepada Amel. Lalu keduanya berpelukan melepas kepergian.
Vania segera pergi menaiki kereta yang sudah di pesankan oleh perwakilan Duchy yang tadi mengantar surat. Vania naik dengan hati yang tak karuan, mendengar kata kritis mengingatkan Vena pada kedua orang tuanya. Mereka juga meninggal karena kecelakaan kereta. Dalam hati Dia berdoa, semoga kejadian kehilangan orang tuanya tak dialami olehnya. Dalam perjalanan yang memakan waktu 2 hari tersebut Dia tak bisa tidur, hanya perasaan gelisah yang bergelanyut dan menempel pada dirinya.
Perasaan yang was-was itu terus tumbuh dengan pasti, seperti tidak bisa dicegah. Dia hanya berharap doa yang tak pernah putus Ia panjatkan semoga terkabul. Perasaan yang gelisah tanpa ada obatnya itu terus menempel pada Vania. Dia ingin menolaknya tapi tidak bisa. Vania hanya berharap kalau keajaiban itu ada dan semoga saja, keajaiban yang Dia harapkan akan singgah ke hidupnya.
Sesampainya di Duchy, Vania langsung menuju mansion utama tempat Kakaknya tinggal. Barang-barangnya pasti akan ditangani oleh para karyawan dengan baik.Langkahnya buru-buru dan tergesa-gesa seperti tengah dikejar sesuatu yang menakutkan. Ketika sampai dan melihat kondisi Kakaknya, kaki Vania lemas tak berdaya, Dia terjatuh di lantai yang dingin. Matanya langsung berair, air matanya merembes keluar jatuh ke pipinya. Vania tak percaya dengan apa yang dilihatnya lalu dia mencoba mencubit lengannya dengan sangat keras.'Sakit...' Maka itu adalah kenyataan dan bukan khayalan. Hatinya meratapi nasib Kakaknya. Kakak satu-satunya dan keluarga satu-satunya. Dokter Allen yang berdiri di samping ranjang tempat Kakaknya berada hanya bisa memandangi Vania dengan kaget. Ketika Dokter Alen tahu Vania jatuh di lantai yang dingin, Dia reflek bergegar menuju ke arahnya untuk membantunya berdiri.Vania melihat tidak ada harapan. Mata kakaknya terpejam, seluruh tubuhnya penuh luka, sepertinya tulang ka
Setelah Duke dan Duchess of Ansel dinyatakan meninggal. Pemakaman segera diadakan selama beberapa hari. Banyak pelayat berdatangan ikut berduka. Suasana hari itu juga kelam, langit yang mendung juga menandakan bahwasanya mereka juga ikut berkabung melepas 2 orang tersebut. Gerimis kecil ikut mengiri kepergian dua orang tersebut. Para pelayat yang membawa payung hitam segera membuka lebar untuk melindungi diri.Dalam suasana berkabung tersebut para pengikut Duke of Ansel ribut untuk menanyakan siapa yang berhak mewarisi Duchy tersebut. Karena posisi Duke tidak boleh kosong terlalu lama, bahkan kalau itu barang 1 atau dua hari.'Beraninya mereka meributkan hal itu disini.' Vania geram tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.Vania bahkan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Untuk bisa berdiri dengan tegak saja Dia harus dibantu Ani di sepanjang pemakaman. Kedua keponakannya malah justru terlihat sangat tegar. Mereka semua berdiri tegak sepanjang pemakaman. Bahkan air mata saja tida
Nedd, tahu betul sifat Duke. Dia pasti menuliskan wasiat tersebut dengan berfikir jauh. Surat wasiat Duke ditulis saat anak kedua lahir. Saat itu peperangan kerap terjadi dan Dia juga kerap dikirim untuk pergi berperang. Dia menulis surat wasiat tersebut saat di kirim ke perang melawan Kerajaan Exaliban. Duke pasti mengira bisa saja Dia pulang tinggal nama karena Kerajaan tersebut terkenal sangat kejam dan kekuatan militernya yang luas biasa. Kerajaan Merden bisa menang berkat bantuan Pasukan Jedi, tentara bayaran yang pasukannya lebih tangguh ketimbang pasukan dari Exaliban. Duke pasti sudah tahu kalau pihak dari keluarga Istrinya akan ikut campur. Istrinya, Elis berasal dari keluarga Count yang miskin. Mereka bisa menikah karena bertemu di akademi. Gama yang tidak mempermasalahkan asal keluarga Elis pun menikah setelah kedua lulus dari akademi, meski mendapatkan pertentangan dari para tetua, Gama tetap menikahi Elis dengan sederhana. Setahun setelah menikah, para tetua akhirnya bungk
Pikiran Vania campur aduk. Bagaimana mungkin dalam sehari dirinya menjadi seorang penguasa wilayah dan bahkan sekarang Dia akan punya dua orang anak untuk dibesarkan. Vania tidak pernah terpikirkan untuk menikah atau memiliki anak bahkan di usia muda. Vania yang bercita-cita melajang seumur hidup tidak pernah terpikirkan untuk memiliki pasangan dan anak. Karena hal tersebut menurutnya sedikit memusingkan dan cukup merepotkan. Negaranya adalah negara dimana seorang perempuan hanya harus melayani laki-laki dan anaknya, tanpa mempertimbangkan keinginan dan potensinya. Perempuan hanya tahu kalau Dia harus cantik, merawat diri dan keluarganya saja. Potensinya terkubur dalam kebiasaan masyarakat yang merugikan perempuan. Vania yang ingin mandiri tanpa harus mengandalkan laki-laki untuk hidup itu bersikeras untuk mengubah kebiasaan negaranya itu. Cukup nyentrik memang idenya tapi juga agak ekstrim mengingat hal tersebut tidak umum di masyarakat.Vania mengerutkan keningnya. Sekarang, dir
Sudah waktunya makan siang, tapi Vania masih berkomunikasi dengan Pengacara Nedd. Sejauh ini, semua agendanya berjalan lancar. Berbicara dengan Butler Jeff juga lancar. Karena Dulu Duke Gama dibantu Duchess Elis dalam mengelola mansion, Vania meminta bantuan Butler Jeff dalam mengelola mansion. Urusan internal mansions tidak sepenuhnya bisa Dia pegang, jadi Dia ingin mempercayakan Jeff untuk mengelola mansion. Tentu Dia tidak akan tinggal lempar, Vena hanya akan memantau untuk memastikan semuanya berjalan baik tanpa ada kendala. Vania masih butuh waktu untuk adaptasi dan belajar bagaimana cara mengelola mansion yang luas ini, apalagi terkait anggaran, Vania masih belum terbiasa.Sebetulnya Vania sangat pandai berhitung, tapi karena Dia tidak pernah menerima pendidikan suksesi maka semuanya adalah hal baru bagi Vania."Kruuuuk..." perut Vania berbunyi cukup nyaring. Bunyi tersebut membuat Vania malu, Dia bahkan menundukkan kepalanya karena malu jika harus bertatapan dengan Viscount Ned
Semua jadwal padat Vania yang melelahkan bisa dilalui Vania dengan sangat baik. Ini bukan pertama kalinya Vania mendapatkan jadwal yang padat. Saat dia mulai bersekolah di akademi hingga menjadi siswi menengah, Vania sudah mendaftar sebagai asisten profesor sehingga jadwal padat sehari-hari bukanlah sesuatu yang baru baginya. Itu adalah makanan sehari-harinya. Dia bisa menyesuaikan hal tersebut dengan baik. Mengatur waktunya dengan menyelesaikan permasalah Duchy satu persatu menjadi rutinitasnya. Tapi ini pertama kalinya, kepalanya dipenuhi oleh hal-hal baru dan semua hal baru tersebut penuh dengan tanggung jawab. Ada banyak orang yang akan bergantung dengan dirinya untuk kedepannya. Dia bahkan harus memikirkan nasib orang yang tidak pernah Ia kenal hanya karena mereka menjadi rakyat Kadipaten of Ansel. Tukang daging, tukang roti, penjual bunga, tukang kayu, tukang gerabah sampai bayi yang baru lahir pun kini jadi tanggung jawabnya selama Dia menjadi rakyat Duchy of Ansel.'Bukanka
Pagi itu Vania juga sarapan di kamarnya. Hara datang seperti biasa untuk melayaninya. Tapi hari ini Vania mendapatkan kabar dari Hara bahwa, Lalisa akan datang ke kadipatennya.'Ini adalah awal hari yang buruk,' mendengar kabar tersebut membuat Vania jadi kehilangan semangatnya. Saat mengingat jadwalnya hari ini, Vania sadar bahwa jadwalnya hari ini lumayan berat dan melelahkan. Hari ini Dia menjadwalkan untuk berkeliling dan meninjau beberapa pabrik textile peninggalan mendiang Duke.'Bukankah pemakaman saja Dia tidak datang, tapi setelah dapat surat Ayahnya dia langsung datang kemari.'Tindakan semacam tidak tahu diri itu sepertinya sangat melekat di keluarga Zergnet.Lalisa Zergnet adalah seorang perempuan yang usianya 4 tahun lebih muda dari Vania, itu artinya Dia sekarang berusia 18 tahun. Dia bersekolah di Akademi Zen yang ada di Kerajaan Beshy.Vania pernah bertemu sesekali dengan Lalisa, terakhir sekitar 2 tahun yang lalu. Vania yang saat itu menjadi perwakilan delegasi dari
Badan Vania sudah sangat lelah, bahkan makan siangnya tadi di restoran yang terkenal dengan kemewahan dan rasa hidangannya tidak begitu terasa nikmat. Setelah berkeliling beberapa pabrik dan mendengarkan keluh kesah dari masing-masing penanggung jawab pabrik, Vena menjadi kelelahan secara mental. Dia terlalu banyak mendengarkan keluahan sehingga pikiran negatif menumpuk di kepalanya.Di dalam kereta Dia membayangkan, setelah sampai Dia akan berendam dengan air hangat yang ditaburi bunga mawar. Rasanya pasti sangat nikmat. Setelah itu Dia baru makan dan tidur dalam pelukan kasur empuknya. Ya, Vania cukup merindukan kasur empuknya itu.'Astaga, apa sedang aku pikirkan' kata Vania tersadar, Dia hari ini juga harus meninjau dokumen wilayah Hydra yang terkenal dengan ekspor furnitur. Dia harus membuat peraturan mengenai ekspor furnitur agar gampang mengirim ke luar Kerajaan Merden. Banyak sekali pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Hidupnya menjadi lebih sibuk. Setiap akan tidur Dia
Dalam suasana sepi, Marquis terus menyelinap masuk, seolah segalanya terasa sangat mudah. Dia hanya tidak tahu bahwa sebenarnya semua gerak geriknya sudah di incar. Tepat saat dia hendak masuk ke sebuah kamar, dia dihalang oleh beberapa orang. "Sialan!!"Ternyata semua ini hanya sebuah jebakan.Dia segera memberi perintah pada monster buatannya itu.Kuda dengan gigi tajam dan mengeluarkan air liur menjijikkan itu maju."Dia sudah menciptakan monster rupanya!"Donald yang awalnya merasa bosan kini merasa sangat bersemangat. Sudah lama tidak mendapatkan pengalaman baru."Dia monster dengan mana yang kuat." Loka sedang memberitahu."Aku akan menguji semua eksperimen ku!" Katanya bersemangat.Ben sendiri juga sudah bersiap."Dia cukup gila rupanya, datang sendirian!"Tapi Marquis juga sebenarnya sudah bersiap kalau kalau dia mengalami gangguan.Saat kuda itu hendak menyerang, Donald melemparkan mercon bubuk ke arah kuda itu, alhasil kuda itu kelimpungan."Apa yang kau lempar kan?""Hany
"Kalau kasus yang tengah ditangani pangeran Jehu ternyata terbukti benar bahwa Duke Gama dan guru besar bekerja sama. Aku yakin pelakunya sama." "Pasti dia sudah mendengar tentang anak yang memiliki mana melimpah." "Kita bisa menjebaknya!" "untuk jaga jaga, kita kosongkan menara!" "Memangnya mereka mau kesini hanya untuk berjaga." Loka sam Arvel terlihat sedang berdebat satu sama lain. masih ada ketiga teman penyihir di menara, kalau mereka ikut kesini pasti mereka tidak mau. "Tapi kalau kita bahas kematian guru, pasti mereka mau." Mau bagaiman pun mereka menyayangi guru mereka. Master menara tidak pernah pelit dalam berbagi ilmu, kadang kala dia hanya menguji seberapa kuat kemauan kita untuk belajar . "coba saja kalau begitu." Lalu dipanggil lah mereka semua. Donald , Kevin dan Ben. Mereka tampak sangat kesal. "Awas saja kalau Tidak ada yang menarik malam ini!" Donald si pecinta adrenalin menekankan hal itu kepada Loka. "Aku Tidak janji ya!" *** Malam i
Kasus itu adalah sederet kasus penculikan orang di daerah kumuh. Ketika ditemukan Mayat mereka pucat, mereka kehabisan daya hidup. pengambilan mana secara paksa. "Tapi untuk apa?" Jehu bertanya tanya. Sementara dia masih menyelidiki kasus tersebut. Di kediaman Ansel mereka juga akhirnya bisa mengurai isi perkamen tersebut. Mantra itu ada dan yang perlu disiapkan adalah menyiapkan ritual tersebut . "Benar kalau Duchess Vania tidak memiliki mana sejak kecil?" "Sejak lahir malah." Tapi dia masih bertahan Hidup. Bukankah dia seperti fosil? Lihat saja kasus yang tengah terjadi, mereka semua mati ketika mana nya tersedot. Daya hidup mereka juga seperti tersedot. Kalau Duchess saja bisa hidup, bukankah mereka harusnya juga bisa hidup. "Ini kasus langka." Kata Loka . dia langsung melihat Duchess sebagai objek penelitian. "Apa?" Vania mulai ketakutan. "Tapi bagaimana kalau gagal? bukankah ini lebih seperti tikus percobaan?" Erick menyampaikan pendapatnya. Vania juga ng
Elia pergi ke kedai tempat Jehu bersenang senang, dan benar saja dia tidak mendapati Jehu. Memang benar bahwa Jehu selalu kesana sana rumor mengatakan dia akan minum sampai teler dan kemudian bersenang senang dengan para pelacur. Tapi tidak ada Jehu dimana mana. sejujurnya, tempat ini adalah milik Jehu sendiri. Dia juga yang mengola para pelacur itu. Setidaknya dia tidak mengekploitasi dan mengamankan mereka dari para pelanggan nakal yang suka main kasar. Di kalangan pelacur, Jehu adalah orang yang paling di hormati. Elia dengan otoritas nya menggeledah setiap ruangan dan tibalah dia di ruangan paling ujung. Disana tengah terlihat Jehu dan beberapa ksatria tengah mengerjakan sesuatu. Rupanya jehu sudah membagi para ksatria menjadi dua shift. Pertama mereka yang akan bertugas mabuk di depan, harus Tidka boleh sampai mabuk dan masih dalam kondisi sadar. Mereka lah yang akan dipandang sebagai pasukan Jehu. Mereka harus terlihat bersenang senang. "Kakak...." Ucap Jehu spontan.
Sang Raja pikir, Jehu, Pangeran problematik itu hanya main main. Tapi untuk pertama kalinya dia diberikan perintah, dia langsung bekerja siang dan malam. Dia benar benar menumpahkan semua usaha nya dalam kasus tersebut. "Ini adalah pembunuhan massal."Untungnya Elia berbaik hati, Jehu yang banyak bertanya pada Sir Bruno pun lancar. Elia mempersilahkan Bruno untuk berkomunikasi dengan Jehu. "Sir.... ini bukan kasus kecil. Ini adalah sindikat."Mereka pikir dengan membunuh rakyat itu sama saja. Nyawa sama berharganya dengan apapun, baik itu rakyat biasa maupun para bangsawan. Ternyata orang yang dulu sempat menyelidiki kasus ini adalah Duke Gama. Itu Jehu temukan saat seorang warga berkata bahwa dulu ada sekelompok orang yang juga melakukan interview kepada mereka. Orang orang itu membawa lambang sebuah wilayah. "Nah itu... seperti sapu tangan milik Tuan."Jehu kaget, sebab sapu tangan miliknya berasal dari Ansel. Saat dia pergi kediaman Ansel kemarin, dia melihat saputangan jatuh.
Interaksi mereka berjalan baik. Elia segera kembali ke kerajaan untuk mengurus permanen yang dia temukan. dia harus kembali ke Ansel untuk menyerahkan perkamen yang dia temukan kepada para penyihir. Tapi Elia tidak mau membicarakan ini dengan Ayahnya. Entah kenapa dia punya firasat kalau Ayahnya sedang menyembunyikan sesuatu. Entahlah apa itu, yang jelas dia hanya punya firasat buruk. Tapi sebelum dia pergi, dia telah dipanggil Ayahnya. "Saya menghadap Matahari penerang." "Berkah dewa menyertaimu!" Elia menunduk, kemudian setelah Ayahnya berbicara dia mengangkat kepalanya. "Jadi bagaimana Putra Mahkota?" "Duchess Ansel menyambut saya dengan baik dan komunikasi kami berjalan dengan lancar." "Benarkah?" "Apa kamu tidak menemukan sesuatu?" Jujur saya Elia bingung, sesuatu yang dimaksud ini apa? apakah itu penyakit keluarga Ansel. "Hampir tidak ada apa apa disana yang mulia, kecuali aktivitas Duchess dan kedua keponakannya!" "Aku dengar ada peneliti yang mampir dan singgah di m
Elia benar benar peduli dengan kondisi Kesha sehingga dia dia dia melakukan teleportasi dengan portal untuk kembali ke istana. Semalaman dia perpustakaan mencari banyak hal mengenai mana. Akhirnya dia teringat gulungan perkamen yang membahas soal mana. Setengahnya sudah diartikan oleh orang bayaran kepercayaannya. Gulungan itu belum dibacanya dan hanya dilihatnya sekilas waktu itu.Elia membaca dengan serius. "Ketemu!" Elia kegirangan.Dia segera menggulung perkamen tersebut dan membawanya kembali ke kediaman Ansel. Dia kembali ke kamarnya dengan perasaan sumringah. Elia tak sabar untuk bertemu pagi dan membawakan kabar baik ini kepada Vania. Saking antusiasnya, Elia bahkan tidak tidur lagi. Dia hanya tiduran di ranjang menatap langit langit kamar. Keesokan paginya, Elia sudah menunggu di meja makan. Dia orang no 1 yang datang paling awal. Benar, paling awal. Sampai-sampai sang kepala Koki yaitu Piton sibuk untuk membuatkan makanan ringan sembari menunggu jam makan
Elia juga berpikir sejenak, dia ingin membantu karena dia sudah terlanjur tahu. "Bagaimana kalau Tuan penyihir bekerja sama untuk menerjemahkan perkamen gulungan sihir yang saya temukan?"Tiba tiba saja, hal itu membuat Loka dan Arvel melongo.Ajakan itu sangat tidak bisa dipercaya, "Saya bersungguh sungguh," melihat kesungguhan tersebut, Arvel langsung menjawab, "Terimakasih atas tawarannya Yang Mulia, sungguh tawaran yang sangat berarti bagi kami para penyihir," Arvel yang menatap Loka pun seperti berbicara lewat matanya. Menerjemahkan perkamen gulungan sihir bagi para penyihir merupakan anugerah, informasi kuno yang bahkan belum ada dibuku biasa nisa ditemukan, jadi Arvel dan Loka pasti tidak akan melewatkan ajakan yang sangat menggiurkan.Disini orang yang paling tidak percaya adalah Vania, bukankah Kerajaan hendak melakukan merger? mengambil alih menara sihir, tapi dengan sikap Elia yang santai seolah dia tidak ada masalah apa apa dengan isu yang sudah beredar santer tersebut.T
Singkatnya, Vania mengatakan kalau ini bukanlah urusan Elia yang terlihat sangat ingin tahu urusan kenapa ada banyak orang berkumpul untuk menangani Nona Muda Ansel, tapi Elia yang juga bersikeras hendak membantu itu malah menimbulkan tanda tanya bagi Vania. "Apakah perkamen tersebut sudah diterjemahkan?" Tanya Arvel penasaran."Belum, itu karena bahasanya sangat kuno sehingga sulit untuk tahu arti perkamen dan juga beberapa kegunaan alat sihir yang kegunannya juga belum jelas," balas Elia.Bahasa kuno terdahulu sangatlah langka sekarang, itu sebabnya hanya qda beberapa ahli yang bisa bahasa kuno dan kebanyakan yang bisa melangkah penyihir yang berdedikasi untuk mempelajari bahasa kuno tersebut. Jadi kalau di Kerajaan pasti juga bisa dipastikan orang yang ahli adalah orang yang punya kemampuan langka. "Kalau boleh tahu, siapa orang yang menerjemahkan perkamen tersebut?" kali ini Loka yang ternyata."Aku sendiri," sahut Elia bangga. Elia di didik Ibunya sangat keras karena sadar haru