Dimusim panas yang panasnya membuat semua orang enggan untuk keluar ruangan, yang panasnya membuat dahaga semua orang dan panasnya membuat semua tanaman layu kekeringan terlihat seorang perempuan bernama Vania, tengah serius membaca buku untuk referensi penelitiannya. Di laboratorium yang banyak tanaman uji coba tersebut, Vania memfokuskan pikirannya. Kali ini Dia ingin meneliti tanaman Echinacea yang katanya bisa dimanfaatkan untuk menurunkan demam bagi orang dari negara di daerah tengah. Vania yang studinya berfokus pada ilmu botani itu selalu saja meneliti tanaman-tanaman langka atau aneh yang belum ada dibuku, sehingga semua penelitiannya selalu menghabiskan banyak waktu. Saat dia sibuk membaca referensi mengenai tanaman Echinacea, terdengar pintu yang dibuka dengan paksa.
"Braak....."
Suara keras yang tiba-tiba tersebut membuat Vania kaget.
"Astaga..." Vania yang kaget bahkan menjatuhkan bukunya yang berharga ke lantai.
"Vania, Aku sudah mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban sama sekali, meskipun Aku yakin kalau Kamu pasti ada di dalam ruangan ini" kata Amel dengan wajah cemberut. Amel adalah sahabat Vania di Akademi Kiloa, makanya kedua sudah memanggil nama masing-masing. Amel tahu betul kalau Vania tidak ada di kamar, pasti Dia ada di perpustakaan atau ada di laboratorium botani akademinya. Hidupnya monoton, jadwalnya itu sudah sangat dihafal oleh Amel.
"Ah... maafkan Aku Mel, sepertinya aku sangat fokus dalam membaca sehingga tidak mendengar suara ketukan pintu berkali-kali."
Vania bangkit dari tempat duduknya dan mengambil bukunya yang jatuh.
"Ah.. ya tidak masalah," kata Amel kemudian.
"Lalu, ada apa Kamu kemari?"
Mendengar pertanyaan Vania, Amel menjadi lupa tujuan awal Dia menghampiri Vania. "Ya? oh Aku melupakan ini," kata Amel sambil menyerahkan sebuah amplop surat berwarna coklat. Diatas surat tersebut tersegel cap dari Duchy of Ansel, kediaman keluarga Vania.
"Ini titipan dari Guru, katanya seorang utusan Duchy of Ansel mengirim surat dengan buru-buru."
Vania mengerutkan keningnya, Dia menerima amplop tersebut dengan tatapan curiga.
"Ini aneh!" kata Vania sembari membolak-balikkan surat tersebut.
"Apanya yang aneh? masak surat dari keluarga dibiilang aneh!"
"Biasanya kakak laki-lakiku akan mengirim surat setiap bulan di tanggal 15." Vania mencoba membuka amplop tersebut dengan bantuan pisau kertas yang sudah ada di meja depannya..
"Ini masih tanggal 25, bukankah ini aneh?"
"Ya... mungkin saja ada keperluan mendadak!"
"Ya bisa jadi," Vania hanya menanggapi seadanya. Lalu dengan segera mengeluarkan isi surat tersebut . Setelah membuka dan membaca isi suratnya, Vena kaget dan hampir menangis.
"Astaga..." teriak Vania yang membuat Amel kaget. Tanggan gematar lalu diikuti badannya. Itu adalah isyarat orang syok.
"Kaget...!" kata Amel sembari tangannya memegang dadanya mencoba menenangkan diri.
"Ada apa Van?" Tanya Amel penasaran.
"Aku harus segera kembali ke Duchy," jawab Vania buru-buru melangkah pergi. Amel yang berusaha untuk mengejar karena rasa penasarannya yang belum terjawab.
"Ada apa Van?" langkah kaki Amel ikut melangkah dengan cepat mengikuti langkah kaki Vena.
"Kakakku dan Kakak iparku mengalami kecelakaan, keduanya mengalami kondisi kritis Mel. Aku harus segera pulang ke Duchy" kata Vania memberikan keterangan.
Keduanya melangkah menuju asrama siswa. Begitu sampai di kamar yang ditempat Vania, Vania langsung meraih kopernya dan mengemasi barangnya dengan buruk. Tidak kerapian sama sekali. Hal ini bisa dimaklumi karena Vena sedang terburu-buru.
"Tapi kamu sedang mengerjakan tesismu Van"
"Keluargaku lebih penting daripada tesisku Mel"
Amel membuka mulutnya lagi, "Iya, Kamu benar, semoga saja kedua kakakmu tidak kenapa-napa"
"Iya mudah-mudahan saja," Vania mengobrol sambil mengemasi barangnya.
"Lalu kapan kamu akan kembali Van?" Tanya Amel.
"Aku juga tidak tahu Mel." Kehidupan yang tidak menentu itu tentu saja tidak bisa diprediksi. Kelahiran dan kematian hanya milik Sang Pencipta. Manusia mana bisa mengetahui masa depan.
Setelah selesai mengemasi barangnya, Vania menulis surat untuk Profesor Adin, gurunya. Dia menitipkannya kepada Amel. Lalu keduanya berpelukan melepas kepergian.
Vania segera pergi menaiki kereta yang sudah di pesankan oleh perwakilan Duchy yang tadi mengantar surat. Vania naik dengan hati yang tak karuan, mendengar kata kritis mengingatkan Vena pada kedua orang tuanya. Mereka juga meninggal karena kecelakaan kereta. Dalam hati Dia berdoa, semoga kejadian kehilangan orang tuanya tak dialami olehnya. Dalam perjalanan yang memakan waktu 2 hari tersebut Dia tak bisa tidur, hanya perasaan gelisah yang bergelanyut dan menempel pada dirinya.
Perasaan yang was-was itu terus tumbuh dengan pasti, seperti tidak bisa dicegah. Dia hanya berharap doa yang tak pernah putus Ia panjatkan semoga terkabul. Perasaan yang gelisah tanpa ada obatnya itu terus menempel pada Vania. Dia ingin menolaknya tapi tidak bisa. Vania hanya berharap kalau keajaiban itu ada dan semoga saja, keajaiban yang Dia harapkan akan singgah ke hidupnya.
Sesampainya di Duchy, Vania langsung menuju mansion utama tempat Kakaknya tinggal. Barang-barangnya pasti akan ditangani oleh para karyawan dengan baik.Langkahnya buru-buru dan tergesa-gesa seperti tengah dikejar sesuatu yang menakutkan. Ketika sampai dan melihat kondisi Kakaknya, kaki Vania lemas tak berdaya, Dia terjatuh di lantai yang dingin. Matanya langsung berair, air matanya merembes keluar jatuh ke pipinya. Vania tak percaya dengan apa yang dilihatnya lalu dia mencoba mencubit lengannya dengan sangat keras.'Sakit...' Maka itu adalah kenyataan dan bukan khayalan. Hatinya meratapi nasib Kakaknya. Kakak satu-satunya dan keluarga satu-satunya. Dokter Allen yang berdiri di samping ranjang tempat Kakaknya berada hanya bisa memandangi Vania dengan kaget. Ketika Dokter Alen tahu Vania jatuh di lantai yang dingin, Dia reflek bergegar menuju ke arahnya untuk membantunya berdiri.Vania melihat tidak ada harapan. Mata kakaknya terpejam, seluruh tubuhnya penuh luka, sepertinya tulang ka
Setelah Duke dan Duchess of Ansel dinyatakan meninggal. Pemakaman segera diadakan selama beberapa hari. Banyak pelayat berdatangan ikut berduka. Suasana hari itu juga kelam, langit yang mendung juga menandakan bahwasanya mereka juga ikut berkabung melepas 2 orang tersebut. Gerimis kecil ikut mengiri kepergian dua orang tersebut. Para pelayat yang membawa payung hitam segera membuka lebar untuk melindungi diri.Dalam suasana berkabung tersebut para pengikut Duke of Ansel ribut untuk menanyakan siapa yang berhak mewarisi Duchy tersebut. Karena posisi Duke tidak boleh kosong terlalu lama, bahkan kalau itu barang 1 atau dua hari.'Beraninya mereka meributkan hal itu disini.' Vania geram tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.Vania bahkan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Untuk bisa berdiri dengan tegak saja Dia harus dibantu Ani di sepanjang pemakaman. Kedua keponakannya malah justru terlihat sangat tegar. Mereka semua berdiri tegak sepanjang pemakaman. Bahkan air mata saja tida
Nedd, tahu betul sifat Duke. Dia pasti menuliskan wasiat tersebut dengan berfikir jauh. Surat wasiat Duke ditulis saat anak kedua lahir. Saat itu peperangan kerap terjadi dan Dia juga kerap dikirim untuk pergi berperang. Dia menulis surat wasiat tersebut saat di kirim ke perang melawan Kerajaan Exaliban. Duke pasti mengira bisa saja Dia pulang tinggal nama karena Kerajaan tersebut terkenal sangat kejam dan kekuatan militernya yang luas biasa. Kerajaan Merden bisa menang berkat bantuan Pasukan Jedi, tentara bayaran yang pasukannya lebih tangguh ketimbang pasukan dari Exaliban. Duke pasti sudah tahu kalau pihak dari keluarga Istrinya akan ikut campur. Istrinya, Elis berasal dari keluarga Count yang miskin. Mereka bisa menikah karena bertemu di akademi. Gama yang tidak mempermasalahkan asal keluarga Elis pun menikah setelah kedua lulus dari akademi, meski mendapatkan pertentangan dari para tetua, Gama tetap menikahi Elis dengan sederhana. Setahun setelah menikah, para tetua akhirnya bungk
Pikiran Vania campur aduk. Bagaimana mungkin dalam sehari dirinya menjadi seorang penguasa wilayah dan bahkan sekarang Dia akan punya dua orang anak untuk dibesarkan. Vania tidak pernah terpikirkan untuk menikah atau memiliki anak bahkan di usia muda. Vania yang bercita-cita melajang seumur hidup tidak pernah terpikirkan untuk memiliki pasangan dan anak. Karena hal tersebut menurutnya sedikit memusingkan dan cukup merepotkan. Negaranya adalah negara dimana seorang perempuan hanya harus melayani laki-laki dan anaknya, tanpa mempertimbangkan keinginan dan potensinya. Perempuan hanya tahu kalau Dia harus cantik, merawat diri dan keluarganya saja. Potensinya terkubur dalam kebiasaan masyarakat yang merugikan perempuan. Vania yang ingin mandiri tanpa harus mengandalkan laki-laki untuk hidup itu bersikeras untuk mengubah kebiasaan negaranya itu. Cukup nyentrik memang idenya tapi juga agak ekstrim mengingat hal tersebut tidak umum di masyarakat.Vania mengerutkan keningnya. Sekarang, dir
Sudah waktunya makan siang, tapi Vania masih berkomunikasi dengan Pengacara Nedd. Sejauh ini, semua agendanya berjalan lancar. Berbicara dengan Butler Jeff juga lancar. Karena Dulu Duke Gama dibantu Duchess Elis dalam mengelola mansion, Vania meminta bantuan Butler Jeff dalam mengelola mansion. Urusan internal mansions tidak sepenuhnya bisa Dia pegang, jadi Dia ingin mempercayakan Jeff untuk mengelola mansion. Tentu Dia tidak akan tinggal lempar, Vena hanya akan memantau untuk memastikan semuanya berjalan baik tanpa ada kendala. Vania masih butuh waktu untuk adaptasi dan belajar bagaimana cara mengelola mansion yang luas ini, apalagi terkait anggaran, Vania masih belum terbiasa.Sebetulnya Vania sangat pandai berhitung, tapi karena Dia tidak pernah menerima pendidikan suksesi maka semuanya adalah hal baru bagi Vania."Kruuuuk..." perut Vania berbunyi cukup nyaring. Bunyi tersebut membuat Vania malu, Dia bahkan menundukkan kepalanya karena malu jika harus bertatapan dengan Viscount Ned
Semua jadwal padat Vania yang melelahkan bisa dilalui Vania dengan sangat baik. Ini bukan pertama kalinya Vania mendapatkan jadwal yang padat. Saat dia mulai bersekolah di akademi hingga menjadi siswi menengah, Vania sudah mendaftar sebagai asisten profesor sehingga jadwal padat sehari-hari bukanlah sesuatu yang baru baginya. Itu adalah makanan sehari-harinya. Dia bisa menyesuaikan hal tersebut dengan baik. Mengatur waktunya dengan menyelesaikan permasalah Duchy satu persatu menjadi rutinitasnya. Tapi ini pertama kalinya, kepalanya dipenuhi oleh hal-hal baru dan semua hal baru tersebut penuh dengan tanggung jawab. Ada banyak orang yang akan bergantung dengan dirinya untuk kedepannya. Dia bahkan harus memikirkan nasib orang yang tidak pernah Ia kenal hanya karena mereka menjadi rakyat Kadipaten of Ansel. Tukang daging, tukang roti, penjual bunga, tukang kayu, tukang gerabah sampai bayi yang baru lahir pun kini jadi tanggung jawabnya selama Dia menjadi rakyat Duchy of Ansel.'Bukanka
Pagi itu Vania juga sarapan di kamarnya. Hara datang seperti biasa untuk melayaninya. Tapi hari ini Vania mendapatkan kabar dari Hara bahwa, Lalisa akan datang ke kadipatennya.'Ini adalah awal hari yang buruk,' mendengar kabar tersebut membuat Vania jadi kehilangan semangatnya. Saat mengingat jadwalnya hari ini, Vania sadar bahwa jadwalnya hari ini lumayan berat dan melelahkan. Hari ini Dia menjadwalkan untuk berkeliling dan meninjau beberapa pabrik textile peninggalan mendiang Duke.'Bukankah pemakaman saja Dia tidak datang, tapi setelah dapat surat Ayahnya dia langsung datang kemari.'Tindakan semacam tidak tahu diri itu sepertinya sangat melekat di keluarga Zergnet.Lalisa Zergnet adalah seorang perempuan yang usianya 4 tahun lebih muda dari Vania, itu artinya Dia sekarang berusia 18 tahun. Dia bersekolah di Akademi Zen yang ada di Kerajaan Beshy.Vania pernah bertemu sesekali dengan Lalisa, terakhir sekitar 2 tahun yang lalu. Vania yang saat itu menjadi perwakilan delegasi dari
Badan Vania sudah sangat lelah, bahkan makan siangnya tadi di restoran yang terkenal dengan kemewahan dan rasa hidangannya tidak begitu terasa nikmat. Setelah berkeliling beberapa pabrik dan mendengarkan keluh kesah dari masing-masing penanggung jawab pabrik, Vena menjadi kelelahan secara mental. Dia terlalu banyak mendengarkan keluahan sehingga pikiran negatif menumpuk di kepalanya.Di dalam kereta Dia membayangkan, setelah sampai Dia akan berendam dengan air hangat yang ditaburi bunga mawar. Rasanya pasti sangat nikmat. Setelah itu Dia baru makan dan tidur dalam pelukan kasur empuknya. Ya, Vania cukup merindukan kasur empuknya itu.'Astaga, apa sedang aku pikirkan' kata Vania tersadar, Dia hari ini juga harus meninjau dokumen wilayah Hydra yang terkenal dengan ekspor furnitur. Dia harus membuat peraturan mengenai ekspor furnitur agar gampang mengirim ke luar Kerajaan Merden. Banyak sekali pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Hidupnya menjadi lebih sibuk. Setiap akan tidur Dia
Elia benar benar peduli dengan kondisi Kesha sehingga dia dia dia melakukan teleportasi dengan portal untuk kembali ke istana. Semalaman dia perpustakaan mencari banyak hal mengenai mana. Akhirnya dia teringat gulungan perkamen yang membahas soal mana. Setengahnya sudah diartikan oleh orang bayaran kepercayaannya. Gulungan itu belum dibacanya dan hanya dilihatnya sekilas waktu itu.Elia membaca dengan serius. "Ketemu!" Elia kegirangan.Dia segera menggulung perkamen tersebut dan membawanya kembali ke kediaman Ansel. Dia kembali ke kamarnya dengan perasaan sumringah. Elia tak sabar untuk bertemu pagi dan membawakan kabar baik ini kepada Vania. Saking antusiasnya, Elia bahkan tidak tidur lagi. Dia hanya tiduran di ranjang menatap langit langit kamar. Keesokan paginya, Elia sudah menunggu di meja makan. Dia orang no 1 yang datang paling awal. Benar, paling awal. Sampai-sampai sang kepala Koki yaitu Piton sibuk untuk membuatkan makanan ringan sembari menunggu jam makan
Elia juga berpikir sejenak, dia ingin membantu karena dia sudah terlanjur tahu. "Bagaimana kalau Tuan penyihir bekerja sama untuk menerjemahkan perkamen gulungan sihir yang saya temukan?"Tiba tiba saja, hal itu membuat Loka dan Arvel melongo.Ajakan itu sangat tidak bisa dipercaya, "Saya bersungguh sungguh," melihat kesungguhan tersebut, Arvel langsung menjawab, "Terimakasih atas tawarannya Yang Mulia, sungguh tawaran yang sangat berarti bagi kami para penyihir," Arvel yang menatap Loka pun seperti berbicara lewat matanya. Menerjemahkan perkamen gulungan sihir bagi para penyihir merupakan anugerah, informasi kuno yang bahkan belum ada dibuku biasa nisa ditemukan, jadi Arvel dan Loka pasti tidak akan melewatkan ajakan yang sangat menggiurkan.Disini orang yang paling tidak percaya adalah Vania, bukankah Kerajaan hendak melakukan merger? mengambil alih menara sihir, tapi dengan sikap Elia yang santai seolah dia tidak ada masalah apa apa dengan isu yang sudah beredar santer tersebut.T
Singkatnya, Vania mengatakan kalau ini bukanlah urusan Elia yang terlihat sangat ingin tahu urusan kenapa ada banyak orang berkumpul untuk menangani Nona Muda Ansel, tapi Elia yang juga bersikeras hendak membantu itu malah menimbulkan tanda tanya bagi Vania. "Apakah perkamen tersebut sudah diterjemahkan?" Tanya Arvel penasaran."Belum, itu karena bahasanya sangat kuno sehingga sulit untuk tahu arti perkamen dan juga beberapa kegunaan alat sihir yang kegunannya juga belum jelas," balas Elia.Bahasa kuno terdahulu sangatlah langka sekarang, itu sebabnya hanya qda beberapa ahli yang bisa bahasa kuno dan kebanyakan yang bisa melangkah penyihir yang berdedikasi untuk mempelajari bahasa kuno tersebut. Jadi kalau di Kerajaan pasti juga bisa dipastikan orang yang ahli adalah orang yang punya kemampuan langka. "Kalau boleh tahu, siapa orang yang menerjemahkan perkamen tersebut?" kali ini Loka yang ternyata."Aku sendiri," sahut Elia bangga. Elia di didik Ibunya sangat keras karena sadar haru
Seseorang muncul dari balik pintu kamar yang terbuka, tapi ke empatnya belum menyadari kehadiran sosok tersebut karena mereka fokus dalam menangani Kesha yang masih lemas terbaring di kasur tersebut. Satu satunya orang yang sadar hanya Suri, sang Pengasuh.Mata Suri membelalak kaget, dia ingin memberitahu Duchess Vania, tapi Vania tampak serius memperhatikan ketiga orang yang sedang memegangi Kesha. Tapi Suri tak tahan, sehingga dia segera menghadap Vania dan membisikkannya sesuatu. Setelah Suri membisikkan sesuatu, Vania menoleh ke arah pintu berada. Saat wajahnya berputar dan mengenali sosok tersebut, tubuh Vania menegang.Sosok tersebut tersenyum ramah alih alih kaget dan penasaran. Dia sangat pandai berakting."Yang Mulia..." kata Vania cukup keras. Atas kalimat tersebut, ketiga orang yang tadinya sibuk memegangi tubuh Kesha pun kini menoleh. Mereka heran karena kenapa bisa Putra Mahkota datang ke lantai 5 dan memergoki mereka.Di sisi lain, Elia merasa tenang karena tamu misteriu
Setelah acara makan malam yang damai tersebut, Putra Mahkota berujar kalau Dia hendak beristirahat, maka dengan senang hati Vania mengantarkan Putra Mahkota ke kamarnya sembari mengobrol di jalan."Bulan depan akan ada kongres, saya harap Duchess bisa berpartisipasi,""Ya Yang Mulia," Vania tersenyum. Elia benar benar memperhatikan Vania, biasanya para Lady bangsawan akan senang terbar pesona atau berlagak merayunya karena Putra Mahkota yang tampan itu masih single dan posisi Putri Mahkota masih kosong. Tapi Vania berbeda, dia hanya menjalankan SOPnya sebagai Tuan rumah yang menyambut kunjungannya, tidak lebih. Semua perlakukannya formal dan seperti formalitas, bahkan tidak ada percakapan yang mengandung unsur pribadi. Setelah sampai di depan kamar tempat Putra Mahkota tinggal, Vania pamit undur diri. Elia tersenyum dengan perpisahannya tersebut.Setelah masuk kamar, wajah yang tadi tersenyum kini segera berubah jadi datar. "Siapkan operasi malam ini," ucap Elia. Di kamarnya sudah ad
"Kenapa tertawa?"Sontak Ani menghentikan aktivitas tertawanya, "Maafkan saya Tuan, saya hanya merasa lucu.""Lucu?""Benar, soalnya Tuan adalah orang pertama yang merasa risih karena diperlakukan seperti umumnya para bangsawan,""Yah, itu tidak salah. Saya lahir dan tumbuh sebagai orang biasa, lalu dibawa Master Rodeo ke menara sihir sejak usia dini. Di menara sihir juga para penyihir hidup mandiri, jadi kalau tiba-tiba dilayani seperti ini rasanya sangat aneh dan hidup seperti kutu kain yang hanya bisa makan dan tidur saja." Arvel menyelesaikan kalimatnya dengan penuh helaan nafas seakan sedang mengeluh karena tiba-tiba menjadi seorang bangsawan. Ani yang menyimak pernyataan Arvel hanya manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu, karena sudah tidak ada keperluan. Silahkan beristirahat, saya perhatikan Nona banyak terjaga karena memperhatikan saya,""Tolong panggil saya Ani saja Tuan. Saya tidak pantas dipanggil Nona," Ani tersenyum ramah."Semua manusia terlahir sama, meskipun pada ak
Ada banyak hal yang selalu Bruno Gelatrix lakukan. Sekuat itu adalah perintah alasannya yaitu Putra Mahkota Elia. Dari hal yang masuk akal sampai hal yang berbau mengancam nyawa semua dia kerjakan. Laki-laki yang bergelar Viscount itu suka rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh majikannya. Dia mengikuti Putra Mahkota dengan setia karena telah melihat kemampuan dan kebaikan hati Elia. Peran Bruno cukup urgensi dalam menyusun kekuatan Elia, anak dari Permaisuri dari Kerajaan asing. Kali ini Elia menyuruh Bruno untuk menyelidiki hubungan menara sihir dengan kediaman Ansel serta maksud dan tujuan kedatangan Jehu yang terkuhat mencurigakan dan misterius."Aku harus meminta kenaikan gaji!" gumam Bruno seorang diri. Semakin lama semakin banyak yang dia kerjakan. Pertarungan politik semakin tidak stabil, apalagi dengan Raja yang kini melibatkan Pangeran Jehu dalam menyelesaikan masalah Kerajaan membuat kubu Duke Ibet semakin merasa senang dan berada di atas angin. Meskipun Pengeran Je
"Grr...grrr....grrrr...." erangan hewan dalam kurungan jeruji yang sudah dipasang sihir pengaman itu memenuhi ruangan bawah tanah tersebut. Mulutnya menganga memperlihatkan taring dan air libur yang menetes. Pemandangan itu terlihat seram sekaligus menjijikkan. Ada puluhan spesimen hewan hidup yang seperti itu. Pemiliknya adalah kepala penelitian dan pengembangan sihir dibawah komando seorang Marquess. Dia punya obsesi dan ambisi yang mengerikan sehingga bisa disebut hal tersebut tidaklah normal. "Tuan... spesimen di sel no 6 mengalami kejang dan mati dalam kurun waktu 30 detik," kata salah seorang penelitinya memberikan laporan perkembangan."Yah... tidak masalah, langsung ganti dengan hewan baru, stok mana kita melimpah," katanya memberikan instruksi. Ruangan bawah tanah itu luas dan terbagi menjadi beberapa bagian, tempat eksperimen, tempat menyimpan mana, tempat para hewan yang akan dijadikan eksperimen dan satu laboratorium besar. Dia membangun itu semua hanya dengan modal propo
Urusan mansion sudah ditangani Jeff.Urusan wilayah sudah ditangani Andrew.Urusan Kesha yang kini prioritasnya bahkan ditangani oleh banyak orang, mulai dari dua orang penyihir, seorang peneliti ramuan yaitu Erick Jamamiel dan bahkan temannya Amel rajin mengiriminya surat yang berisi makalah atau artikel terkait mana dari luar negeri. Sekarang kasus kematian Kakak dan Iparnya yang tiba-tiba saja disimpulkan oleh kasus pembunuhan. Vania berharap kalau ini semua mimpi dan akan berakhir saat dia terbangun nanti. Sayangnya harapan itu sia-sia. Semuanya adalah kenyataan. Semua kemalangan itu tiba-tiba saja menimpa dirinya.Jehu menatap Vania lagi dengan iba. Wajah garang Vania tiba-tiba saja menjadi pucat seakan semua darahnya terkuras. "Maaf kalau kedatangan saya membebani Duchess," Jehu meminta maaf dengan tulus, dia juga tidak mau kalau berita itu menganggu Vania, tapi temuannya adalah hal yang tidak ditemukan oleh penyelidik, jadi mana mungkin dia akan bungkam dan membiarkannya begitu