Satu minggu telah berlalu, di mana hari ini Alex dan Susan akan melaksanakan pernikahan untuk kedua kalinya. Vania meneteskan air mata saat telinganya mendengar kata ijab kabul terucap dari mulut suaminya itu. Walaupun ia tahu kalau Alex melakukan pernikahan ini karena terpaksa ! Tetapi Vania tetap saja merasa cemburu dan sakit hati."Bagaimana para saksi, sah" ucap penghulu."Sah, sah, sah" semua mengucap sah, hanya Vania yang tidak membuka mulut. Entah mengapa bibirnya tiba-tiba terasa berat untuk dibuka. Apakah karena dia tidak ikhlas atau karena terlalu tertekan ? Hanya Vania lah yang tahu itu. Yang pastinya Vania tidak sanggup terlalu lama di sana, ia bangkit dari tempatnya dan melangkah menuju kamar pribadinya dengan Alex.Setelah ijab kabul selesai, Alex langsung meninggalkan tempat itu dan melangkah menaiki anak tangga untuk menemui Vania. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia langsung membukanya."Sayang" Alex memeluk Vania yang sedang menagis di atas tempat tidur. "Jika k
Karena paksaan dari Vania, akhirnya Alex bangkit dari tempat tidur. Ia mengikuti Susan masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan. Tanpa membuka mulut, Alex meraih bantal dan selimut, lalu tidur di atas sofa. "Mas, apa kamu akan tidur di sana ?" Ucap Susan."Iya" sahut singkat Alex."Mas, aku inikan istri kamu. Malam ini adalah malam pertama kita, jadi enggak lucu dong jika kita tidur terpisah" "Susan, ini bukan malam pertama kita. Kita sudah pernah menikah, dan kita sudah memiliki satu orang putri dari hasil pernikahan itu" bantah Alex. Ia merasa risih dengan ucapan Susan, yang mengatakan kalau ini adalah malam pertama mereka. Lagi pula dia menikahi Susan bukan karena dasar cinta, tetapi karena paksaan dari Vania. Entah mengapa cinta Alex tiba-tiba hilang begitu saja kepada Susan, padahal waktu dulu Susan itu adalah separuh nyawanya."Iya aku tahu itu mas. Yang aku maksud, ini adalah malam pertama kita setelah 10 tahun terpisah" jawab Susan, ia meralat ucapannya agar Alex mengerti a
"aku akan menjadikan Dita sebagai santapan Buaya, jika kamu berani berbohong dan mengingkari perjanjian itu" Susan melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Vania dengan kasar, yang membuat Vania hampir tersungkur ke lantai. Untung saja pelayan Siti segera menangkap Vania, sehingga wanita hamil itu terhindar dari bahaya yang akan menimpah dirinya dan janin yang ada di dalam kandungannya."Nyonya tidak apa-apa" ucap pelayan."Tidak apa-apa bi. Terima kasih sudah menolongku" ucap Vania. Sedangkan Susan melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya tanpa peduli dengan Vania.Begitu juga dengan Donna yang saat ini sedang duduk di ruang tamu, ia hanya bisa menyaksikan pertunjukan antar ibu dan anak angkat, yang saat ini berubah menjadi musuh besar karena memperebutkan satu pria. "Pertunjukan yang menyenangkan" ucapnya dengan lembut sambil tersenyum. "Aku antar nyonya ke kamar ya ?" Ucap pelayan."Hm..." Sahut singkat Vania. Ia tidak menolak tawaran Siti, karena memang saat ini kepalanya
Dua hari telah berlalu, selama dua hari ini Susan tidak bisa tenang, bahkan ia tida selera untuk makan dan ia juga tidak bisa tidur dimalam hari. Pikiran susah benar-benar kacau setelah berdebat dengan Donna. Ia tidak menyangka kalau sahabatnya itu mengetahui rahasia terbesarnya.Susan hanya berdiam diri di dalam kamar sambil memikirkan rencana apa yang harus ia lakukan untuk menutup mulut Donna, bahkan selama dua hari ini Susan tidak mengunjungi butik kesayangannya. Biasanya ia selalu menghabiskan waktu di sana. Tetapi pikirannya yang kacau seperti serpihan kaca, membuat ia melupakan usaha kesayangannya itu. Ditambah lagi karena Alex yang mengikuti Vania kembali ke apartemen, membuat wanita berusia 42 tahun ini semakin stres.Tok...tok...tok..."Masuk" jawab Susan dari dalam kamar."Nyonya makan malam sudah siap" ucap pelayan. Siti terpaksa memanggil Susan ke kamar, karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, tetapi majikannya itu belum juga turun ke meja makan."Aku sudah katakan,
Di bab ini masih sedikit panas, jadi bijaklah dalam membaca karena cerita ini untuk usia 18 tahun ke atas. Bukan untuk anak-anak atau ABG.Yang belum cukup umur ! Monggo mundur, ini bukan jalur anda. Hehehehe......................."AW....ini sungguh nikmat abang" ucap Vania, ia menggoyangkan pinggul dengan liar, sambil jari tangannya menggenggam rambut Alex, ia menekan kepala pria tampan itu ke dadanya. Agar Alex semakin agresif untuk menghisap ujung dari gunung kembar miliknya.Tidak puas hanya di atas tempat tidur, Vania menarik tangan Alex menuju sofa. Ia menaikkan satu kali ke atas sofa lalu menundukkan tubuhnya. Alex yang mengerti maksud dari istrinya ! Langsung mengambil posisi tepat di belakang Vania. Sebelum memasukkan miliknya ke dalam goa Vania ! Ia terlebih dahulu memainkan lidahnya, pria tampan itu benar-benar tidak merasa jijik atau geli, ia menyedot cairan kental yang ada di sana, sesekali ia mengigit ujung daging yang ada di tengah goa itu."Ah...ow....Hm...." Desah k
Sebelum tiba di apartemen, Alex menerima telepon dari seorang pelayan di kediaman Winata.Ting-nong ting-nong..... Suara nyaring ponsel Alex."Sebentar ya sayang" ucap Alex. Ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Vania, lalu meraih ponsel dari saku celana.Alex mengerutkan mata, saat melihat nomor yang muncul di layar ponselnya adalah nomor telepon rumah kediaman Winata."Kenapa enggak diangkat abang ?" Tanya Vania."Ini telepon dari rumah" jawab Alex, sambil memandang layar ponselnya. Ia bukan tidak mau menerima telepon yang masuk di ponselnya, hanya saja Alex malas, karena ia berpikir kalau yang menghubunginya saat ini pasti Susan. Soalnya sejak kembali ke apartemen ! Alex tidak pernah menerima telepon dari Susan, ia juga tidak pernah membalas pesan dari Susan."Diangkat saja abang, mana tahu ada yang penting" desak Vania.Alex mengusap layar ponselnya. "Iya" ucapnya dengan singkat."Tu....tu....tu...tuan" suara pelayan dengan gugup dari seberang sana."Iya, ada apa ? Apa yan
Satu malam Alex tidak kembali ke apartemen, ia menginap di rumah sakit untuk menemani Tia menjaga Susan. Tadinya ia ingin pulang ke apartemen, tetapi Alex tidak tega menolak permintaan Tia.Tepat pukul 6 pagi, Alex sudah meninggalkan rumah sakit dan kembali ke apartemen, ia sudah takut jika Vania akan marah kepadanya. Namun dugaan Alex salah, justru Vania menyambutnya dengan senyuman manis."Abang sudah pulang ?" Ucap Vania."Iya sayang" Alex mencium kening dan bibir Vania sekilas."Bagaimana keadaan i..." Vania menghentikan ucapannya. "Bagaimana keadaan Susan ?" Lanjutnya.Alex melingkarkan satu tangan kekarnya di pinggang Vania yang sudah semakin melebar karena mengandung. "Susan baik-baik saja sayang. Dia tidak apa-apa, bahkan dokter sudah mengizinkannya untuk pulang hari ini" "Benarkah ?" Tanya Vania."Iya sayang, luka di tangan Susan tidak begitu dalam. Yang membuat dia tidak sadarkan diri, karena terlalu lemah. Soalnya selama tiga hari ini Susan tidak makan" ucap Alex dengan ju
Hujan deras membuat suasana di pagi hari terasa dingin, namun berbeda dengan suasana hati Vania. Wanita cantik yang tengah hamil 5 bulan itu, merasa panas akibat kebohongan suaminya. Bahkan satu malam ini ia tidak bisa tidur. Vania penasaran kenapa Alex harus berbohong kepadanya, sedangkan ia sudah terlebih dahulu mengajak Alex untuk melihat keadaan Susan ke kediaman Winata.Ting....suara pesan masuk di ponsel Vania. Ia dengan lembut meraih ponsel miliknya dari atas meja kecil yang terletak di samping tempat tidur.Setelah mengusap layar ponselnya ! Seketika butiran bening menetes dari kedua bola mata Vania. Susan mengirimkan sesuatu, bukan pesan melainkan sebuah foto."Aku tidak boleh egois, ibu Susan adalah istri bang Alex" ucap Vania dengan lembut. Ia berusaha mengusir rasa cemburu yang ada di dalam hatinya. Vania mematikan ponsel lalu menaruhnya kembali ke atas meja. Ia menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah