Randy terduduk lemas di depan pintu ruangan IGD, yang mana di dalam sana Dara sedang ditangani oleh tim Dokter. Tak jauh dari tempat Randy berada bik Surti duduk di sebuah kursi, ia juga sangat mengkhawatirkan keadaan istri majikannya itu.
Randy sangat menyesali sikap kasarnya pada Dara tadi pagi, ia sangat marah dan merasa cemburu melihat Dara disentuh oleh lelaki lain sehingga ia tak bisa mengontrol emosinya dan membentak Dara.Randy mendongakkan kepalanya saat mendengar langkah dua orang yang mendekat kearahnya. "Bagaimana keadaan, Dara?" Tanya Ayah yang sudah berdiri di depan Randy."Belum tahu, yah. Masih ditangani Dokter di dalam," jawab Randy dengan pelan."Apa yang terjadi pada Dara nak Randy?" Cecar Bunda. Randy menggelengkan kepalanya lemah, ia tak sanggup mengatakan pada kedua mertuanya kalau ini terjadi karena kesalahannya. Ah, kini Randy benar-benar menyesal, seandainya tadi pagi ia tak mengabaikan Dara, dan mendengarkan pSudah satu minggu berlalu pasca keguguran yang dialami oleh Dara, kini Dara sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Randy membereskan beberapa pakaian kotor dan barang-barang lainnya ke dalam sebuah koper, sedangkan Bunda membantu Dara bersiap-siap. Tadinya Randy yang ingin membantu istrinya itu, tetapi Dara menolak. Selama Dara dirawat di rumah sakit, selama itu pula Randy berada di sana, untuk urusan kantor ia serahkan pada asistennya, jika ada hal yang sangat penting dan mendesak barulah Randy yang turun tangan.Selama berada di rumah sakit, Dara lebih banyak diam. Randy benar-benar merasa bersalah atas apa yang dialami oleh Dara, ia pun paham jika akhirnya Dara mendiamkannya, dan tak mau berbicara padanya.Tapi ia lebih suka jika Dara marah, mencacinya, bahkan memukulnya daripada didiamkan seperti ini. Randy berharap semoga Dara bisa memaafkannya.Randy menuntun Dara berjalan keluar dari rumah sakit, tadinya Randy ingin menggendongnya, tetapi Dar
Pagi ini Dara terbangun dari tidurnya, ia melirik jam yang ada di atas nakas samping tempat tidur, sudah jam 08.30 pagi. Lalu pandangannya mengarah pada sofa yang ada di kamar tersebut, ya sejak Dara pulang dari rumah sakit, Randy tidur di sofa, karena Dara menolak tidur berdua di atas ranjang yang sama. Di atas sofa terlihat Randy masih tertidur sambil meringkuk bergelung dengan selimutnya. Tumben sekali suaminya itu belum bangun, biasanya jam segini Randy sudah berangkat ke kantor, Apakah Randy tak pergi ke kantor hari ini?Dara turun dari ranjang, dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan mengosok gigi terlebih dahulu. Saat Dara keluar dari kamar mandi, Dara menoleh ke arah sofa tempat Randy tidur di sana Randy masih tidur dengan posisi sama dengan yang tadi."Kok, gak bangun-bangun, sih?" Gumam Dara, padahal sudah mau jam 9 pagi.Tak ingin menganggu Randy yang masih tertidur, Dara pun memilih untuk keluar dari kamar dan sarapan.
"Mas sarapan dulu!" Dara masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan yang di atasnya ada semangkuk bubur dan juga segelas air putih."Bubur lagi?" Tanya Randy."Hmm,""Gak ah, gak mau!" Tolak Randy, Randy sangat tidak menyukai makanan bertekstur lembut tersebut. Kemaren saja dengan terpaksa Randy memakannya, karena paksaan dari Dara."Ih, makan dulu baru minum obatnya, katanya mau cepat sembuh!" Bujuk Dara."Tapi mas gak suka bubur, sayang," renggek Randy manja."Hmm, ini terakhir deh. Besok-besok gak lagi, lagiankan sayang udah dibikin juga, kan mubazir mau dibuang," ucap Dara."Aa..." Dara mendekatkan sendok yang berisi bubur ke mulut Randy, dengan terpaksa Randy pun menerima suapan dari Dara.Suapan demi suapan ia terima, saat bubur yang ada di mangkuk sisa separuh, Randy pun menolak untuk kembali disuapi oleh Dara."Udah." Ucap Randy.Dara meletakan mangkuk yang masih berisi separuh bubur tersebut ke atas meja, ia mera
Warning!!21+ Cerita ini mengandung adegan dewasa, harap bijak memilih bacaan! Yang gak suka boleh diskip, yang belum cukup umur harap jangan baca!!Sesampainya di rumah, Dara dan Randy langsung masuk ke dalam kamar mereka."Mas mandi dulu, gih!" Kata Dara, seraya memberikan sebuah handuk pada Randy."Hmm, ntar dulu, yank," ucap Randy.Randy duduk di atas sofa yang berada di kamar sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, lalu mengendurkan ikatan dasinya."Capek, ya?" Dara berjalan mendekati suaminya yang terlihat lelah, lalu melepaskan dasi serta sepatu yang di pakai Randy."Hmm, iya, yank. Tiga hari gak masuk kerja, kerjaan mas jadi numpuk," ujar Randy, sambil memejamkan matanya.Ternyata selama tiga hari tak masuk ke kantor membuat pekerjaan Randy di kantornya menumpuk. Tadinya Randy ingin lembur mengerjakan pekerjaannya, tetapi teringat janjinya yang akan menjemput istrinya itu di rumah mertuanya, membuat Randy mengurungkan niatnya
Dara keluar dari kamar mandi dengan handuk membungkus rambutnya yang basah."Mas, bangun...!" Dara membangunkan Randy yang masih tertidur pulas."Em, masih ngantuk, sayang," gumam Randy, lalu membenamkan kembali wajahnya di bawah bantal."Memangnya mas gak ke kantor hari ini?" Tanya Dara, karena melihat suaminya yang malas-malasan untuk bangun."Ke kantor, Sayang. Tapi mas agak siangan aja deh berangkatnya, ngantuk banget," sahut Randy, lalu kembali memejamkan matanya.Hmm, baiklah. Dara melepaskan handuk yang sejak tadi membungkus rambut basahnya, dan menyisir rambutnya."Ya, udah. Aku mau ke bawah dulu," kata Dara, setelah ia sudah menyisir rambut basahnya."Hmm," gumam Randy.Karena Randy meneruskan tidurnya kembali, Darapun memilih untuk ke dapur.Di dapur, Dara menemui Bik Surti yang sedang membuat sarapan untuk mereka."Bibik masak apa?" Tanya Dara."Eh, Non Dara. Ini Non, Bibik mau bikin sup ayam kesukaannya mas R
Taksi yang ditumpangi Dara berhenti di depan Kantor Randy, setelah membayar ongkos taksinya Dara turun dari taksi sambil menenteng tas yang berisi bekal makan siang untuk Randy.Dara melangkahkan kakinya memasuki kantor tersebut, saat ia sudah sampai di Lobi, Dara menghentikan langkahnya karena ada seseorang yang memanggil namanya."Dara..." panggil Sinta, sahabat sekaligus rekan kerjanya saat ia bekerja di perusahaan itu."Ya Ampun, Dara. Gue kangen, loe, udah lama banget gak lihat loe." Pekik Sinta, sambil memeluk Dara."Ish lebay, loe aja yang sibuk kerja, gak mau jengukin gue," decih Dara."Ya, maaf. Gimana sekarang loe udah lebih baik'kan. Maafin gue kemaren saat loe kena musibah gue gak bisa jengukin, loe.?" Ujar Sinta seraya melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah Dara sebentar. Sinta tak enak hati karena saat Dara mengalami keguguran Sinta belum sempat menjenguknya."Ya gak apaa-apa, gue udah baik-baik aja kok sekarang." Sahut Dara, sera
Randy keluar dari ruang kerjanya bersama Dara. Randy berjalan sambil memeluk pinggang Dara dengan mesra saat mereka keluar dari ruangan Randy, sesekali Randy memberikan kecupan di kepala Dara.Pemandangan itu tak luput dari pandangan Shela yang sejak tadi menatap horor ke arah pasangan yang baru saja melewatinya itu. Shela sungguh penasaran ada hubungan apa Bosnya itu dengan perempuan yang bernama Dara tersebut."Ada hubungan apa sih, mereka?" Gumam Shela pelan.Selama ini yang Shela ketahui Bosnya itu tak pernah dekat dengan perempuan, apalagi bersikap mesra seperti yang ia lihat tadi pada Dara.Sesampainya di lobi, Randy dan dara pun menjadi pusat perhatian para karyawan yang ada di sana, ada yang berbisik-bisik, ada yang penasaran dan bertanya-tanya ada hubungan apa mantan karyawan Wijaya Group dan juga Direktur Wijaya Group tersebut. Tak ada yang tahu bahwa Randy dan Dara adalah pasangan suami istri, kecuali Sinta, sahabat sekali
Hari sudah mulai beranjak sore, tetapi Dara yang sedang duduk di balkon kamarnya pun masih betah berada di sana sambil menatap langit yang mulai menggelap.Dara mengelus perut ratanya, sudah 10 bulan saat ia mengalami keguguran. Dan selama itu pula belum ada tanda-tanda ia hamil lagi. Hatinya gusar dan gelisah bagaimana jika ia tak bisa mempunyai anak lagi? Oh, tidak mungkin, ia yakin akan bisa hamil kembali.Saat Dara tengah sibuk dengan segala pikirannya, sebuah tangan kekar menyentuh punggungnya dari belakang. Ia pun kaget dan langsung membalikkan badannya."Eh, Mas sudah pulang?" tanya Dara seraya tersenyum pada suaminya."Udah, kamu aja yang sibuk melamun sampe gak dengar pun mas panggil-panggil," ucap Randy."Ya, maaf." kata Dara dengan suara lirih, lalu mencium punggung tangan Randy."Iya gak apa-apa. Istri Mas kenapa sih, kok melamun sendirian di sini?" tanya Randy, lalu ia ikut duduk di samping Dara."Mas...
Saat mobil melaju menuju rumah, suasana di dalamnya masih tenang. Baby Revan sudah tertidur nyenyak di pelukan Dara, mungkin kelelahan setelah imunisasi. Dara mengusap kepala bayi mereka dengan lembut, tatapannya penuh kasih sayang. Namun, di hatinya masih ada sedikit rasa cemas, meskipun imunisasi sudah selesai.Randy, yang sedang fokus mengemudi, sesekali melirik Dara dan Revan melalui kaca spion. “Kamu kelihatan masih tegang, Sayang. Apa yang kamu pikirkan?” tanya Randy, memecah keheningan.Dara menoleh, tersenyum lemah. "Aku masih memikirkan Revan. Takut dia demam nanti, atau rewel sepanjang malam," jawabnya jujur.Randy mengangguk, mengerti kekhawatiran istrinya. "Tenang saja. Kalau pun Revan demam, kita sudah siap obatnya. Lagi pula, aku di sini. Kita hadapi sama-sama, ya?" ucap Randy menenangkan.Dara menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikirannya. “Iya, aku tahu. Cuma… aku selalu merasa khawatir kalau soal Revan. Dia anak pertama kita, Mas. Aku belum terbiasa,” ujarnya d
Pagi harinya, suasana rumah Randy dan Dara dipenuhi keceriaan. Sinar matahari menerobos tirai jendela, memberikan nuansa hangat di kamar mereka. Dara sedang menyiapkan keperluan Baby Revan untuk imunisasi hari ini. Di sisi lain, Randy tampak sedang berusaha menenangkan Revan yang rewel karena lapar."Mas, sudah siap? Revan sudah selesai mandi?" tanya Dara dari dalam kamar sambil memasukkan beberapa perlengkapan bayi ke dalam tas.Randy menoleh, menggoyang-goyangkan Revan yang berada di gendongannya. "Sudah, Sayang. Tapi dia sepertinya lapar lagi. Perlu disusui dulu, nih," jawab Randy dengan senyum sabar, lalu berjalan mendekati Dara yang sudah selesai merapikan barang-barang.Dara mengambil Revan dari pelukan Randy dengan lembut. "Iya, aku susui dulu sebentar ya. Setelah itu kita langsung berangkat," katanya, kemudian duduk di kursi dan mulai menyusui Revan.Randy berdiri di dekatnya, mengusap punggung Dara dengan lembut. "Ambil waktu saja, Sayang. Kita tidak perlu terburu-buru," ucap
Kehidupan di rumah Randy dan Dara kini berubah. Kelahiran bayi mereka, yang diberi nama Revan Aditya Pratama, membawa kegembiraan dan kesibukan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Kehadiran Revan benar-benar menjadi pusat dunia mereka, terutama bagi Dara yang kini menjalani peran baru sebagai seorang ibu.Pagi hari di rumah itu selalu dipenuhi dengan suara tangisan bayi. Dara terbangun lebih awal dari biasanya, menggendong Revan sambil menyusui. Matanya terlihat lelah, namun terpancar sinar kebahagiaan setiap kali melihat wajah mungil putranya.Randy juga tak kalah sibuk. Kini, sebelum berangkat kerja, ia rutin membantu Dara mempersiapkan segala kebutuhan bayi. Ia memastikan popok, baju, dan peralatan mandi Revan sudah siap. Meskipun pekerjaan di kantor semakin menumpuk, ia selalu menyempatkan diri untuk terlibat langsung dalam merawat anaknya.# Randy sedang menggendong Revan yang rewel karena sulit tidur. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil menggoyangkan badanny
Dua minggu berlalu sejak pertengkaran itu. Dara kini terlihat lebih ceria. Perutnya semakin membesar, dan ia merasakan bayi di dalam kandungannya semakin aktif. Setiap pagi, Randy tak pernah absen menemani istrinya berjalan-jalan keliling kompleks, meski kadang-kadang Dara terlihat lelah dan ingin tidur lebih lama. Namun, mereka tetap melakukannya demi kesehatan dan kelancaran proses kelahiran nanti.Pagi itu, Dara duduk di meja makan sambil menikmati sarapan bersama Bunda Ayu. Randy baru saja masuk ke dapur sambil mengenakan kemeja biru, siap berangkat ke kantor."Mas, nanti pulangnya cepat, ya," ucap Dara sambil menyuapkan roti ke mulutnya."Lho, emangnya kenapa?" tanya Randy sambil meraih segelas kopi."Aku mau ke dokter kandungan, kan ini udah bulan kesembilan. Kita harus periksa, mau tanya juga tentang proses lahirannya nanti," jawab Dara.Randy tersenyum. "Oh, iya, aku hampir lupa. Tenang aja, sayang, aku bakal pulang cepat, nanti kita langsung berangkat."Bunda Ayu yang duduk d
Dara berlari ke luar dari gedung kantor Randy. Saat ia akan menghentikan sebuah taksi yang lewat. Dari arah belakang Randy menarik tangannya."Lepas ….!" Teriak Dara, wajahnya terlihat merah."Tolong, jangan pergi, kamu sedang emosi! Beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya!" Pinta Randy."Apa yang ingin kamu jelaskan? Aku sudah lihat dengan mata kepala aku sendiri perempuan murahan itu duduk di pangkuanku kamu, dan kamu sepertinya sangat menikmati," ucap Dara, ia mencoba menghempaskan tangan Randy yang masih menggenggam tangannya."Lepas ….!" pekik Dara saat Randy membawanya ke arah parkiran mobil, ia membuka pintunya dan menyuruh Dara untuk masuk."Gak, lepas, aku mau pulang sendiri!" Dara masih berusaha untuk melepaskan tangan suaminya dari lengannya.Randy yang sudah terlihat lelah dengan penolakan istrinya pun, memaksa Dara untuk segera masuk ke mobil. Apalagi terlihat beberapa karyawan melihat adegan drama rumah tangga tersebut. Ada yang berbisik-bisik dan juga ada yang menatap
Saat ini Randy tengah menatap istrinya yang sedang lahap memasukan satu persatu potongan buah mangga muda ke dalam mulutnya. Ia sendiri pun bergidik ngeri membayangkan rasa asam dari mangga tersebut."Enak?" tanya Randy."Hu'um, Mas mau?" tawar Dara, lalu Randy pun menggelengkan kepalanya dengan cepat."Gak, buat kamu aja!" sahut Randy sambil meringis."Yakin, gak mau? Ini enak lho, Mas!" "Gak, Sayang. Besok kamu pengen makan apalagi?" tanya Randy, seraya memeluk Dara dari belakang, lalu tangannya membelai lembut perut Dara yang kini sudah sedikit terlihat membuncit."Hmm, ya belum tau, Mas. Emangnya kenapa?" "Ya gapapa, biar Mas siap-siap aja nyariin apa yang kamu pengen," ucap Randy sambil terkekeh kecil."Oh, ya lihat aja besok!" "Kalo, emm, itu mau gak?" Bisik Randy di telinga Dara dengan nada menggoda. Tangan yang tadi membelai perut Dara pun kini sudah mulai naik merambat ke bagian dada istriny
Kini usia kandungan Dara sudah menginjak usia empat bulan. Randy membelai dan mengelus perut istrinya tersebut. Dokter kandungan pun mengatakan jika janin yang ada di dalam perut Dara kini sudah semakin kuat dan sehat.Saat usia kandungan Dara belum genap empat bulan, Randy belum berani menyentuh istrinya, karena kandungan Dara lemah, dan ia sendiri pun takut terjadi apa-apa dengan janin yang ada di kandungan Dara.Hingga kini usia kandungan istrinya sudah menginjak usia empat bulan, barulah Randy berani untuk menggauli istrinya tersebut."Mas kangen banget, udah lama kita gak begini," ucap Randy seraya mengecup bibir Dara dengan lembut."Hu'um," lirih Dara.Mereka baru saja selesai bercinta dan melepas rindu, setelah sekian lama menahan hasrat, akhirnya hari ini Randy kembali mendapatkan jatahnya."Mau mandi, apa mau lanjut lagi nih?" goda Randy, yang membuat wajah Dara menjadi bersemu merah."Mandiin," ucap Dara manja."Okay, tapi sekali lagi ya," Randy
Randy keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya, ia mengambil pakaian ganti yang tadi sudah disiapkan oleh Dara. Selesai menggunakan baju ia pun menghampiri istrinya yang tengah duduk di sofa sambil membaca novel. Randy duduk di samping Dara, "Sayang, tadi katanya mau kasih tau mas sesuatu," ucap Randy.Dara pun mengalihkan pandangannya pada Randy, kemudian menutup novel dan meletakkannya di atas meja. " Sini….!" kata Dara, ia menyuruh suaminya itu untuk duduk lebih dekat lagi."Hmm, kamu mau kasih tau apaan sih, Mas jadi penasaran," kini Randy sudah duduk mepet dengan tubuh Dara.Dara mengeluarkan sesuatu dari saku baju dan memberikannya pada Randy."Ini, … kamu hamil, Sayang?" pekik Randy, setelah ia melihat alat test kehamilan serta foto hasil USG yang di berikan oleh Dara tadi.Dara mengangguk seraya tersenyum ke arah Randy."Alhamdulillah, ya Allah. Terimakasi
Randy memarkirkan mobilnya di depan rumah, ia baru saja pulang dari kantor, lalu ia pun keluar dan berjalan masuk ke dalam rumah. Kini Randy dan Dara sudah kembali ke rumah mereka sendiri.Randy menaiki anak tangga sambil berlari, ia sudah tidak sabar ingin bertemu istri cantiknya. Sesampainya di lantai dua, dengan pelan ia membuka pintu kamar, kosong! Tetapi kemudian ia mendengar suara seseorang yang sedang muntah dari dalam kamar mandi. Randy pun bergegas menuju kamar mandi dan membuka pintunya, di sana terlihat Dara yang tengah berjongkok di depan wastafel dengan wajah yang nampak terlihat pucat."Sayang, kamu kenapa?" tanya Randy khawatir, ia pun mendekati istrinya tersebut dan langsung merangkul bahunya."Perut aku mual banget rasanya, Mas!" ucap Dara pelan, sambil melap mulutnya dengan punggung tangan. Tubuhnya terasa sangat lemas saat ini."Sekarang masih mual? Kita periksa ke dokter aja, yuk!" ajak Randy, ia sangat khawatir pada