Dara dan Randy baru saja menikah, mereka menikah karena sesuatu yang harus menyebabkan mereka menikah, yaitu mereka dituduh berbuat mesum.
Semua bermula dari Dara yang berlibur di kampung tempat Neneknya bersama sepupunya. Entah bagaimana kejadiannya Dara dan Randy kepergok warga dan para warga menuduh mereka sedang berbuat mesum. Para warga pun marah dan membawa mereka berkumpul di rumah ketua Rt di desa tersebut.
"Bapak-bapak, ibu-ibu. Ini semua tidak seperti yang kalian kira, memang saya dan mas ini tadi sedang berdua saja, tapi kami tidak melakukan apa-apa. Tadi saya cuma minta tolong pada mas ini, untuk membantu saya membuang ulat bulu yang nyangkut di baju saya." Jelas Dara.
"Iya, semua yang dikatakan mba ini betul, Pak." Randy, membenarkan ucapan Dara.
Randy saja tidak mengenal wanita itu, tau namanya saja tidak. Dia cuma berniat menolong saja. Malah dituduh berbuat mesum. Para warga menuntut mereka untuk segera dinikahkan sesuai dengan hukum adat di kampung mereka. Jika ada yang ketahuan berbuat mesum akan dinikahkan saat itu juga.
Dara yang mendengar itu langsung menangis dan tubuhnya gemetar bagaimana bisa, dia akan menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dia kenal. Bertemu saja baru tadi.
Tetapi warga tidak percaya pada penjelasan dua orang anak manusia tersebut. Mereka bilang maling mana ada yang ngaku. Terdengar teriakan dan berbagai umpatan keluar dari mulut mereka. Dara hanya menduduk takut dan tubuhnya gemetar. Sinta sepupunya yang sedang menemaninya liburan, memeluk Dara.
Pak Rt dan pak Lurah, menyuruh Dara dan Randy untuk menghubungi orang tua mereka masing-masing untuk segera datang. Orang tua Dara berada di kota, dan jarak dari kota ke desa memakan waktu 5 jam perjalan. Sedangkan Randy sendiri, dia sudah yatim piatu.
Pak Rt dan Pak Lurah meminta para warga agar segera bubar. Dara memeluk Neneknya, dan menangis histeris. Pak Rt bilang besok mereka akan berkumpul lagi di rumah Neneknya Dara.
Dara menatap tajam ke arah Randy, ia merasa ini semua terjadi karena ulah Randy, padahal dia sendiri yang meminta pertolongan Randy.
Sedangkan Randy hanya menduduk dan diam saja. Ia benar-benar sok. Niatnya datang ke Desa ini, ingin mengunjungi makam kedua orang tuanya, malah dapat musibah begini.
======
Bunda dan Ayah Dara sudah tiba di rumah nenek Dara, orang tua Ayahnya Dara. Dara berlari dan menghambur ke pelukan Bundanya, lalu ia menangis dengan suara keras.
Dara menceritakan kejadian sebenarnya pada kedua orang tuanya secara jelas dan lengkap, tanpa ada yang tertinggal sedikit pun.
"Bunda ayah, tolong Dara. Dara gak mau nikah sama laki-laki itu. Dia orang kampung ayah. Aku gak mau jadi orang kampung dan tinggal di sini, Bunda." Dara semakin menangis dengan keras.
"Sudah, tenangkan dirimu, Sayang. Kita lihat saja nantin keputusan para warga dan aparat di desa ini." Kata Bunda Dara, sambil memeluk anaknya yang masih sesegukan.
Dara ini anaknya manja dan keras kepala, semua yang dia mau harus dituruti. Apalagi Bundanya sangat memanjakannya.
Pak Lurah dan para warga sudah ramai berdatangan, mereka berkumpul di rumah Nenek Dara. Untuk mendengar dan memastikan agar Dara dan Randy di nikahkan.
Di dalam rumah Nenek Dara, sudah ada Pak Rt, Pak lurah, beberapa orang warga dan kedua orang tua Dara. Mereka berbicara serius, dan keputusannya sudah bulat mereka akan segera dinikahkan. Warga Desa takut Desa mereka akan kena bala atau musibah jika ada orang yang berbuat mesum tidak dinikahkan.
"Maaf sebelumnya, Pak Lurah dan Pak Rt, apa tidak ada solusi lainnya selain menikah. Kami benar-benar tidak melakukan apapun. Saya hanya membantunya saja membuangkan ulat di bajunya." Kata Randy dengan sopan dan tenang.
"Bapak juga tidak tahu, kamu tahu sendirikan gimana keadaan dan adat istiadat di kampung ini. Karena kamu besar di sini." Ucap Pak Rt, Randy yang mendengar itu hanya bisa diam dan mendudukkan wajahnya. Sial benar nasibnya tiba-tib harus menikah.
"Jadi bagaimana, Pak? Kami takut warga marah jika mereka tidak dinikahkan sekarang juga. Mereka gak mau Desa mereka kena bala dan musibah.
========
"Ya, mau bagaimana lagi. Kami setuju dengan pernikahan ini." Ucap Pak Ali, ayahnya Dara.
Dara dan Randy terkejut,mendengar ayahnya menyetujui pernikahan ini.
"Apa...! Aku gak mau, yah. Aku gak mau menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak aku kenal, aku gak mau nikah sama dia, Ayah." Ucap Dara sambil menangis.
"Dia orang kampung ayah, masa ayah tega nikahin anaknya sama orang kampung, aku gak mau, ayah. Aku mau nikah dengan orang yang aku sukai dan cintai."
"Semua sudah terjadi, Dara. Jadikan ini pelajaran agar kamu bisa menghargai orang lain. Belajarlah mandiri. Tidak semua keinginanmu harus dituruti. Kali ini ayah tidak bisa menurutimu. Selama ini kami selalu menuruti keinginanmu, saat ini ayah minta kamu yang menuruti keinginan ayah." Tegas pak Ali.
"Huhuu... aku gak mau ayah. Aku gak mau nikah dan tinggal di sini."
"Sudahlah, sebenarnya, Nak Randy ini tidak tinggal di sini. Dia bekerja di kota."
Paling cuma kerja jadi karywan rendahan, batin Dara.
Apa kata teman-teman kampusnya nanti, seorang Dara Anastasya Hermawan, menikah dengan lelaki kampung karena digrebek dan dituduh berbuat mesum lagi. Huaaa Dara benar-benar gak mau hal itu sampai terjadi.
"Tolong, persiapkan pernikahannya, Pak. Kami sebagai orang tua menerima pernikahan ini."
Para warga membantu menyiapkan pernikahan Dara dan Randy, sesuai adat dan tradisi di kampung mereka.
"Sebenarnya, nak Randy sendiri sudah yatim piatu, Pak." Ucap Pak Rt, yang mengetahui tentang Randy.
"Iya, Pak. Saya sudah tahu. Lagian Randy juga bekerja dan tinggal di kota." Ujar Pak Ali. Pak Ali sudah berbicar empat mata dengan Randy. Dia percaya Randy bisa mengubah dan mendidik Dara untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Pernikahan di lakukan di rumah Nenek Dara, tepatnya di ruang tamu. Warga senang akhirnya mereka menikah dan Desa mereka tidak akan terjadi sebuah musibah.
Dara menatap Randy dengan tajam, ia benci dan marah dengan Randy yang kini sudah resmi menjadi suaminya.
Mungkin ini sudah takdir-Nya, aku akan menerimanya dengan ikhlas. Apapun yang terjadi kedepannya, batin Randy.
=====
Keesokan paginya mereka berpamitan dan meminta maaf pada warga Desa. Mereka pulang ke kota. Mereka naik mobil kedua orang tua Dara. Randy dan Pak Ali duduk di depan, Randy yang mengemudikan mobil mertuanya. Sedangkan Dara, ia duduk di kursi bagian belakang dengan Bundanya. Ia tidak mau dekat-dekat dengan Randy.
Mereka sudah tiba di rumah orang tua Dara. Dara langsung turun dari mobil dan ingin segera masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu, mau kemana?" tanya Pak Ali pada Dara, yang ingin segera masuk ke dalam kamar.
"Mau ke kamar, istirahat terus tidur, Dara capek." Jawab Dara acuh.
"Tunggu, duduk dulu dan dengarkan, Ayah. Suka gak suka sekarang kamu sudah jadi seorang istri, dan nak Randy sekarang adalah suamimu." Kata Pak Ali dengan nada marah.
Dara menatap Ayahnya yang terlihat marah, ia juga marah dan kecewa. Kenapa semua ini harus terjadi padanya. Dia belum ingin menikah, tapi kenyataannya sekarang dia sudah menikah. Ia merasa masa depannya hancur, karena pernikahan ini.
"Kalian berdua, sebaiknya tinggal di sini saja." Kata Bunda Dara.
"Sebenarnya, Randy ingin membawa Dara tinggal di rumah Randy sendiri, Yah. Ya walaupun rumah saya tidak sebesar dan semewah rumah ini." Ucap Randy pelan.
Dara menolak untuk ikut tinggal bersama Randy, tetapi Pak Ali meyakinkannya dan memberi nasehat bahwa seorang perempuan yang sudah menikah harus ikut kata suami. Menurut Pak Ali ada baiknya juga Dara tinggal bersama Randy. Biar Dara bisa belajar mandiri dan tidak manja. Setelah perdebatan panjang akhirnya Dara setuju untuk tinggal di rumah Randy.
Esok paginya mereka bersiap, Pak Ali dan Bunda Ayu akan ikut mengantarkan Dara ke rumah Randy.
Mobil mereka berhenti tepat di halaman rumah Randy, lumayan besar rumahnya, ya walaupun tidak sebesar dan semewah rumah keluarga Dara.
Dara saja tidak percaya kalau ini rumah Randy, masa orang kampung kaya Randy punya rumah sebagus ini. Apa Randy kerja sebagai sopir, tukang kebun, atau satpam di rumah mewah tersebut begitulah yang ada dalam pikiran Dara.
Siapa sebenarnya laki-laki yang kini yang berstatus sebagai suaminya ini?
Bersambung....
Terima kasih.
Randy mempersilahkan kedua mertuanya dan Dara untuk masuk ke dalam rumah. Bu Ayu dan Pak Ali mengedarkan pandangan mereka, ternyata rumah menantunya sangat bagus, dan terkesan mewah. Di dalam rumah mereka disambut oleh dua ART yang bekerja di rumah Randy.Setelah berbincang-bincang dan makan siang bersama, kedua orang Dara pamit untuk pulang."Randy, Ayah titip Dara ya. Ayah yakin kamu anak yang baik, bisa bertanggung jawab, dan harap maklum dengan sifat manja dan keras kepala Dara. Kami harap kamu bisa bersabar menghadapi sifat, Dara." Pesan Pak Ali pada Randy."Insha Allah, Pak. Saya akan berusaha untuk menjadi suami yang baik untuk, Dara." Jawab Randy."Bunda, Ayah Dara ikut kalian pulang." Rengek Dara pada orang tuanya."Tempatmu di sini, ikut suamimu, Dara." Kata Pak Ali."Tapi, Dara takut, Bun.""Apa yang kamu takutkan?" Bunda Ayu menatap anak perempuan semata wayangnya."Dara takut, bagaimana jika mas
Hari ini Dara mulai bekerja di perusahaan Wiyaya group. Dara sangat bersemangat hari ini, akhirnya dia bisa juga bekerja di perusahaan besar itu. Dara berdandan ia, memakai bedak dan memoles tipis bibirnya dengan lipstik. Sebelum turun ke bawah untuk sarapan Dara memandang wajahnya di cermin, iya tersenyum melihat wajah cantiknya.Randy yang duduk di kursi makan menatap ke arah Dara. Cantik batin Randy. Ia memuji bahwa istrinya itu memang benar-benar cantik."Cantik." Kata Randy, ia menatap Dara.Dara diam saja, dia malas berdebat dengan Randy. Tumben sekali dia bilang gue cantik, batin Dara.Randy dan Dara sarapan dalam diam, sesekali Randy mencuri pandang kearah Dara. Sedangkan Dara sedang mengunyah makanannya, ia tidak menghiraukan Randy yang juga ada di sana."Kamu, mau ke mana? Udah Rapi aja?" Tanya Randy, di saat mereka sudah selesai sarapan."Mau kerjalah," ketus Dara."Mau aku antar?" Tawar Randy, dia seri
Dara keluar dari kamarnya, Dara merasa kehausan dan persediaan air minum di dalam kamarnya habis. Dara melangkahkan kakinya ke arah dapur, keadaan dapir yang gelap tak menyurutkan langkahnya. Dara membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral dingin dan meminumnya."Kamu, ngapain?" Dara langsung tersedak karena kaget mendengar suara Randy yang saat itu tepat berada di belakangnya. Dara memutar tubuhnya ternyata jarak mereka sangat dekat. "Uhukkk uhukk....!" "Hei, pelan-pelan minumnya!" Ucap Randy."Bikin kaget aja, sih. Kalo gue mati gimana? Mau jadi duda situ." Omel Dara, sambil mengelus dadanya yang masih terasa sesak, akibat tersedak. "Siapa juga yang ngagetin, kamu tuh yang ngapain malam-malam begini gelap-gelapan di dapur sendiri." "Gue haus, air minum di kamar gue habis. Jadi ya terpaksa gue ke dapur, eh di sini malah ketemu kamu lagi." Kesal Dara."Oh," jawab Randy singkat.Dara segera beranjak dari dapur, dan masuk ke kama
Randy memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah mewah berlantai dua yang terlihat nampak asri dan nyaman. Randy menoleh kesamping tepat dimana Dara saat ini masih tertidur pulas. Hatinya pun bimbang mau membangunkan Dara atau tidak."Dara... Ra... bangun!" Randy mengoyang lengan Dara, tadinya Randy tak tega membangunkan Dara dan berniat untuk menggendongnya, tapi dia takut saat Dara terbangun saat masih di dalam gendongannya Dara akan marah dan memakinya."Emmh..." Dara lenguh Dara pelan."Ayok bangun, kita sudah sampai.""Apaan sih, berisik tau..." tuhkan belum apa-apa dan masih dalam keadaan setengah sadar aja Dara ngomel aja."Bangun,Ra....! Atau mau saya gendong." Randy masih berusaha untuk membangunkan Dara.Tinnnn tinnnnRandy membunyikan klakson mobilnya dengan keras, karena kesal dengan Dara yang susah sekali dibangunkan. Dan itu berhasil membuat Dara membuka matanya."Apaan sih, ganggu orang lagi enak-enak tidur j
Dara menikmati makan malamnya dengan perlahan, sesekali Dara mencuri pandang ke arah Randy yang yang sedang menikmati makan malamnya. Randy yang merasa seperti di perhatikan, mengulum senyum lalu mengedipkan mata kepada Dara yang terlihat sedang memperhatikannya, seketika saat itu juga Dara ingin menengelamkan wajahnya kesemak-semak. Dara yang merasa kikuk karena ketahuan sejak tadi mencuri-curi pamdang pada Randy pun langsung menyuap makanannya dengan cepat sampai tersedak-sedak.Uhukk uhukk."Aduh, pelan-pelan dong, sayang makannya!" Kata Bunda.Dengan gerakan cepat Randy menyodorkan segelas air putih pada Dara.Dara menerima gelas air tersebut dan langsung meneguk habis air putih tersebut, lalu ia merasakan ada yang mengusap-usap pungungnya, uh bisa-bisanya lelaki ini mencari kesempatan dalam kesempitan batin Dara, gak tau apa jantungnya serasa mau copot saat merasakan jemari Randy yang masih mengusap-usap pungungnya. Astaga, kalo saja tak mengingat kalau mer
Dara dan Randy memasuki kamar mereka, lebih tepatnya sih kamar Dara."Mas Randy tuh, apa-apaan coba, pake acara setuju segala?" Semprot Dara saat mereka sudah berada di dalam kamar."Ya, apa salahnya sih. Kasian Oma dah nyiapin hadiah buat kita masa gak di ambil." Jawab Randy, lalu menghempaskan pantatnya ke kasur. Dara yang melihatnya pun mendelik tak suka."Eeh... jangan duduk di kasur aku, sana mas Randy tidur di sofa aja!" Dara menarik-narik tangan Randy dan menyuruhnya pergi dari kasurnya."Aku mau tidur di sini," kata Randy lalu merebahkan tubuhnya dengan santai."Gak bisa, ini kamar aku, kasur aku, Mas Randy tidur di sofa sana." Pekik Dara tak terima, lalu menerjang Randy yang sudah berbaring, tapi tak sempat karena Randy sudah menangkapnya dan membawa tubuh mungil Dara ke pelukannya."Auwww..." teriak Dara, Dara terus meronta dan memukuli Randy supaya terlepas dari pelukan Randy."Udah diam, napa." Kata Randy."Lepas, ah. Mas Randy...." teriakny
Randy dan Dara kini tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Dara memakai kaca mata hitamnya, gadis cantik dengan balutan dress berwarna navy itu berjalan dengan tergesa-gesa untuk menyusul suaminya yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Dara sangat kesal gimana bisa suaminya itu meninggalkannya?. Ah menyebalkan sekali."Mas Randy tunggu, dong. Kaki aku pegal nih!" Kata Dara, Randy menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba dan tanpa sengaja Dara menabrak punggung Randy."Auuww..., ah mas Randy kalo berhenti jangan sebarangan dong. Tuh jidat akukan jadi sakit." Dara mengelus jidatnya."Mana yang sakit?" Tanya Randy datar."Nih...! Dara menunjuk jidatnya dengan jari telunjuknya sendiri."Sini!" Randy menyuruh Dara mendekat ke arahnya, bagai kerbau di cucuk hidungnya Dara pun mendekat.Cup...Randy mengecup jidat Dara dengan tiba-tiba, sontak saja Dara langsung terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Randy, bisa-bisanya lelaki ya
Andai saja, Randy dan Dara saling mencintai mungkin momen bulan ini akan sangat indah, sayang seribu sayang, rasa itu belum menghampiri dua sejoli yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing itu. Randy yang sibuk dengan berkas-berkas pekerjaannya serta laptop yang ada di hadapannya. Sedangkan Dara memilih untuk menonton film-film favoritenya seperti drama Korea, tapi lama-lama Dara juga merasa bosan karena tak ada kegiatan lain selain nonton drama di kamar. Mau ngajakin Randy gelud kan gak mungkin, hahaa. Astaga otaknya mungkin sudah tercemar akibat beberapa adegan dewasa di dalam drama yang baru saja Dara tonton.Dara memperhatikan Randy yang terlihat serius dengan pekerjaannya, Randy terlihat tampan berkali-kali lipat saat sedang serius, garis wajah yang tegas, rahang yang kokoh, dan jangan lupakan jakunnya yang naik turun, astaga Dara dibuatnya sampai menelan air liurnya berkali-kali."Ada apa?" Randy berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di
Saat mobil melaju menuju rumah, suasana di dalamnya masih tenang. Baby Revan sudah tertidur nyenyak di pelukan Dara, mungkin kelelahan setelah imunisasi. Dara mengusap kepala bayi mereka dengan lembut, tatapannya penuh kasih sayang. Namun, di hatinya masih ada sedikit rasa cemas, meskipun imunisasi sudah selesai.Randy, yang sedang fokus mengemudi, sesekali melirik Dara dan Revan melalui kaca spion. “Kamu kelihatan masih tegang, Sayang. Apa yang kamu pikirkan?” tanya Randy, memecah keheningan.Dara menoleh, tersenyum lemah. "Aku masih memikirkan Revan. Takut dia demam nanti, atau rewel sepanjang malam," jawabnya jujur.Randy mengangguk, mengerti kekhawatiran istrinya. "Tenang saja. Kalau pun Revan demam, kita sudah siap obatnya. Lagi pula, aku di sini. Kita hadapi sama-sama, ya?" ucap Randy menenangkan.Dara menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikirannya. “Iya, aku tahu. Cuma… aku selalu merasa khawatir kalau soal Revan. Dia anak pertama kita, Mas. Aku belum terbiasa,” ujarnya d
Pagi harinya, suasana rumah Randy dan Dara dipenuhi keceriaan. Sinar matahari menerobos tirai jendela, memberikan nuansa hangat di kamar mereka. Dara sedang menyiapkan keperluan Baby Revan untuk imunisasi hari ini. Di sisi lain, Randy tampak sedang berusaha menenangkan Revan yang rewel karena lapar."Mas, sudah siap? Revan sudah selesai mandi?" tanya Dara dari dalam kamar sambil memasukkan beberapa perlengkapan bayi ke dalam tas.Randy menoleh, menggoyang-goyangkan Revan yang berada di gendongannya. "Sudah, Sayang. Tapi dia sepertinya lapar lagi. Perlu disusui dulu, nih," jawab Randy dengan senyum sabar, lalu berjalan mendekati Dara yang sudah selesai merapikan barang-barang.Dara mengambil Revan dari pelukan Randy dengan lembut. "Iya, aku susui dulu sebentar ya. Setelah itu kita langsung berangkat," katanya, kemudian duduk di kursi dan mulai menyusui Revan.Randy berdiri di dekatnya, mengusap punggung Dara dengan lembut. "Ambil waktu saja, Sayang. Kita tidak perlu terburu-buru," ucap
Kehidupan di rumah Randy dan Dara kini berubah. Kelahiran bayi mereka, yang diberi nama Revan Aditya Pratama, membawa kegembiraan dan kesibukan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Kehadiran Revan benar-benar menjadi pusat dunia mereka, terutama bagi Dara yang kini menjalani peran baru sebagai seorang ibu.Pagi hari di rumah itu selalu dipenuhi dengan suara tangisan bayi. Dara terbangun lebih awal dari biasanya, menggendong Revan sambil menyusui. Matanya terlihat lelah, namun terpancar sinar kebahagiaan setiap kali melihat wajah mungil putranya.Randy juga tak kalah sibuk. Kini, sebelum berangkat kerja, ia rutin membantu Dara mempersiapkan segala kebutuhan bayi. Ia memastikan popok, baju, dan peralatan mandi Revan sudah siap. Meskipun pekerjaan di kantor semakin menumpuk, ia selalu menyempatkan diri untuk terlibat langsung dalam merawat anaknya.# Randy sedang menggendong Revan yang rewel karena sulit tidur. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil menggoyangkan badanny
Dua minggu berlalu sejak pertengkaran itu. Dara kini terlihat lebih ceria. Perutnya semakin membesar, dan ia merasakan bayi di dalam kandungannya semakin aktif. Setiap pagi, Randy tak pernah absen menemani istrinya berjalan-jalan keliling kompleks, meski kadang-kadang Dara terlihat lelah dan ingin tidur lebih lama. Namun, mereka tetap melakukannya demi kesehatan dan kelancaran proses kelahiran nanti.Pagi itu, Dara duduk di meja makan sambil menikmati sarapan bersama Bunda Ayu. Randy baru saja masuk ke dapur sambil mengenakan kemeja biru, siap berangkat ke kantor."Mas, nanti pulangnya cepat, ya," ucap Dara sambil menyuapkan roti ke mulutnya."Lho, emangnya kenapa?" tanya Randy sambil meraih segelas kopi."Aku mau ke dokter kandungan, kan ini udah bulan kesembilan. Kita harus periksa, mau tanya juga tentang proses lahirannya nanti," jawab Dara.Randy tersenyum. "Oh, iya, aku hampir lupa. Tenang aja, sayang, aku bakal pulang cepat, nanti kita langsung berangkat."Bunda Ayu yang duduk d
Dara berlari ke luar dari gedung kantor Randy. Saat ia akan menghentikan sebuah taksi yang lewat. Dari arah belakang Randy menarik tangannya."Lepas ….!" Teriak Dara, wajahnya terlihat merah."Tolong, jangan pergi, kamu sedang emosi! Beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya!" Pinta Randy."Apa yang ingin kamu jelaskan? Aku sudah lihat dengan mata kepala aku sendiri perempuan murahan itu duduk di pangkuanku kamu, dan kamu sepertinya sangat menikmati," ucap Dara, ia mencoba menghempaskan tangan Randy yang masih menggenggam tangannya."Lepas ….!" pekik Dara saat Randy membawanya ke arah parkiran mobil, ia membuka pintunya dan menyuruh Dara untuk masuk."Gak, lepas, aku mau pulang sendiri!" Dara masih berusaha untuk melepaskan tangan suaminya dari lengannya.Randy yang sudah terlihat lelah dengan penolakan istrinya pun, memaksa Dara untuk segera masuk ke mobil. Apalagi terlihat beberapa karyawan melihat adegan drama rumah tangga tersebut. Ada yang berbisik-bisik dan juga ada yang menatap
Saat ini Randy tengah menatap istrinya yang sedang lahap memasukan satu persatu potongan buah mangga muda ke dalam mulutnya. Ia sendiri pun bergidik ngeri membayangkan rasa asam dari mangga tersebut."Enak?" tanya Randy."Hu'um, Mas mau?" tawar Dara, lalu Randy pun menggelengkan kepalanya dengan cepat."Gak, buat kamu aja!" sahut Randy sambil meringis."Yakin, gak mau? Ini enak lho, Mas!" "Gak, Sayang. Besok kamu pengen makan apalagi?" tanya Randy, seraya memeluk Dara dari belakang, lalu tangannya membelai lembut perut Dara yang kini sudah sedikit terlihat membuncit."Hmm, ya belum tau, Mas. Emangnya kenapa?" "Ya gapapa, biar Mas siap-siap aja nyariin apa yang kamu pengen," ucap Randy sambil terkekeh kecil."Oh, ya lihat aja besok!" "Kalo, emm, itu mau gak?" Bisik Randy di telinga Dara dengan nada menggoda. Tangan yang tadi membelai perut Dara pun kini sudah mulai naik merambat ke bagian dada istriny
Kini usia kandungan Dara sudah menginjak usia empat bulan. Randy membelai dan mengelus perut istrinya tersebut. Dokter kandungan pun mengatakan jika janin yang ada di dalam perut Dara kini sudah semakin kuat dan sehat.Saat usia kandungan Dara belum genap empat bulan, Randy belum berani menyentuh istrinya, karena kandungan Dara lemah, dan ia sendiri pun takut terjadi apa-apa dengan janin yang ada di kandungan Dara.Hingga kini usia kandungan istrinya sudah menginjak usia empat bulan, barulah Randy berani untuk menggauli istrinya tersebut."Mas kangen banget, udah lama kita gak begini," ucap Randy seraya mengecup bibir Dara dengan lembut."Hu'um," lirih Dara.Mereka baru saja selesai bercinta dan melepas rindu, setelah sekian lama menahan hasrat, akhirnya hari ini Randy kembali mendapatkan jatahnya."Mau mandi, apa mau lanjut lagi nih?" goda Randy, yang membuat wajah Dara menjadi bersemu merah."Mandiin," ucap Dara manja."Okay, tapi sekali lagi ya," Randy
Randy keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya, ia mengambil pakaian ganti yang tadi sudah disiapkan oleh Dara. Selesai menggunakan baju ia pun menghampiri istrinya yang tengah duduk di sofa sambil membaca novel. Randy duduk di samping Dara, "Sayang, tadi katanya mau kasih tau mas sesuatu," ucap Randy.Dara pun mengalihkan pandangannya pada Randy, kemudian menutup novel dan meletakkannya di atas meja. " Sini….!" kata Dara, ia menyuruh suaminya itu untuk duduk lebih dekat lagi."Hmm, kamu mau kasih tau apaan sih, Mas jadi penasaran," kini Randy sudah duduk mepet dengan tubuh Dara.Dara mengeluarkan sesuatu dari saku baju dan memberikannya pada Randy."Ini, … kamu hamil, Sayang?" pekik Randy, setelah ia melihat alat test kehamilan serta foto hasil USG yang di berikan oleh Dara tadi.Dara mengangguk seraya tersenyum ke arah Randy."Alhamdulillah, ya Allah. Terimakasi
Randy memarkirkan mobilnya di depan rumah, ia baru saja pulang dari kantor, lalu ia pun keluar dan berjalan masuk ke dalam rumah. Kini Randy dan Dara sudah kembali ke rumah mereka sendiri.Randy menaiki anak tangga sambil berlari, ia sudah tidak sabar ingin bertemu istri cantiknya. Sesampainya di lantai dua, dengan pelan ia membuka pintu kamar, kosong! Tetapi kemudian ia mendengar suara seseorang yang sedang muntah dari dalam kamar mandi. Randy pun bergegas menuju kamar mandi dan membuka pintunya, di sana terlihat Dara yang tengah berjongkok di depan wastafel dengan wajah yang nampak terlihat pucat."Sayang, kamu kenapa?" tanya Randy khawatir, ia pun mendekati istrinya tersebut dan langsung merangkul bahunya."Perut aku mual banget rasanya, Mas!" ucap Dara pelan, sambil melap mulutnya dengan punggung tangan. Tubuhnya terasa sangat lemas saat ini."Sekarang masih mual? Kita periksa ke dokter aja, yuk!" ajak Randy, ia sangat khawatir pada