Randy memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah mewah berlantai dua yang terlihat nampak asri dan nyaman. Randy menoleh kesamping tepat dimana Dara saat ini masih tertidur pulas. Hatinya pun bimbang mau membangunkan Dara atau tidak.
"Dara... Ra... bangun!" Randy mengoyang lengan Dara, tadinya Randy tak tega membangunkan Dara dan berniat untuk menggendongnya, tapi dia takut saat Dara terbangun saat masih di dalam gendongannya Dara akan marah dan memakinya. "Emmh..." Dara lenguh Dara pelan."Ayok bangun, kita sudah sampai." "Apaan sih, berisik tau..." tuhkan belum apa-apa dan masih dalam keadaan setengah sadar aja Dara ngomel aja."Bangun,Ra....! Atau mau saya gendong." Randy masih berusaha untuk membangunkan Dara.Tinnnn tinnnnRandy membunyikan klakson mobilnya dengan keras, karena kesal dengan Dara yang susah sekali dibangunkan. Dan itu berhasil membuat Dara membuka matanya."Apaan sih, ganggu orang lagi enak-enak tidur juga," omel Dara."Kamu tuh ya, tidur udah kaya kebo aja. Dari tadi susah betul dibangunin." "Enak aja sama-samain aku sama kebo." Mata Dara melotot ke arah Randy."Abis kamu tidurnya susah dibangunin, buruan turun.!" Kata Randy.Dara menatap keluar jendela mobil, dan terkejut saat dia tersadar sedang berada di mana."Kok kita ke sini?" Tanyanya bingung pada Randy yang ingin membuka pintu mobil, Randy pun berbalik menghadap Dara dan mengurungkan niatnya membuka pintu mobil."Tadi ayah telpon aku, katanya kita disuruh datang kerumah ini." Ucap Randy."Kok ayah gak telpon aku sih?" Ucap Dara merengut."Ya mana aku tahu." Jawab Randy."Ish yang anaknya siapa sih sebenarnya?" Gerutu Dara, lalu dia memeriksa ponselnya, benar saja ternyata ponselnya mati sejak tadi."Udah buruan turun, udah ditungguin dari tadi!" Randy membuka pintu mobil dan segera keluar."Iya bentar, sabar napa." Ucap Dara, lalu mengambil cermin dari dalam tasnya dan merapikan sedikit penampilannya, Dara mengambil sisir dan merapikan rambutnya yang berantakan.Selesai dengan aktifitasnya Dara pun segera membuka pintu dan ikut keluar."Mas tungguin dong!" Pinta Dara, dan ia sedikit berlari untuk mensejajarkan langkahnya dengan Randy.Nanti saat sampai di dalam rumah dan orang tuanya mendapati ia dan Randy tidak berjalan bersamaan bisa-bisa dia kena ceramah lagi."Assalamu'alaikum." Ucap Randy dan Dara bersamaan."Walaikumsalam, oh, kalian sudah datang." Ucap Pak Ali, ayahnya Dara.Dara dan Randy pun mencium punggung tangan pak Ali."Maaf lama, yah. Tadi jalanan macet." Jelas Randy."Iya gak apa-apa. Sana kalian istirahat dulu. Ayah tau kalian capek abis pulang kerja." "Iya, Yah." Sahut keduanya.Dara dan Randy yang ingin istirahat serta mandi menghentikan langkahnya saat mendengar suara pekikan seseorang dari arah kamar tamu.
"Dara, Sayang. Cucu Oma yang cantik. Oma kangen." Seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka.""Oma...!" Pekik Dara, lalu Dara memeluk dan mencium kedua pipi Oma Rani."Kapan Oma datang?" Tanya Dara, tanpa melepaskan pelukannya."Kemarin Sore. Eh ini cucu mantu oma ya? Ya Allah ganteng pisan." Oma beralih menatap Randy dan melepaskan pelukan Dara.Oma Rani sudah tahu perihal pernikahan Dara dan Randy. Awalnya dia tidak setuju bagaimana bisa Pak Ali menyetujui pernikahan mereka begitu saja, apalagi dengan lelaki yang tidak tau asal usulnya, tetapi Pak Ali pun menjelaskan bahwa Randy adalah lelaki yang baik dan ia yakin Randy bisa mengubah sifat manja dan keras kepala Dara. Ia yakin Randy adalah lelaki yang tepat untuk Putri semata wayangnya itu. "Iya, Oma. Kenalkan saya Randy." Ucap Randy dengan sopan, lalu mencium punggung tangan Oma."Aduh, duh ganteng banget kamu, sopan lagi." Puji Oma Rani."Duh, Oma jadi gemes jadinya...!" Kata Oma Rani lalu mencubit pipi Randy, Randy pun hanya bisa meringis menahan sakit cubitan Oma Rani di pipinya."Ih, Oma apaan sih, cubit-cubit ms Randy segala.""Eh ada yang cemburu, maaf Oma cuma gemas aja abisnya ganteng." Kata Oma sambil tertawa, Pak Ali yang melihat tingkah Ibunya itu hanya bisa menggelengkan kepala."Ih, cemburu sama dia hahaa gak banget deh." Batin Dara.
"Ya kali Dara cemburu sama Oma. Kasian aja tuh lihat pipinya mas Randy merah." Dara menunjuk wajah Randy."Ah bilang aja kalo cemburu,." Sahut Oma."Ah Oma gak asyik. Cemburu sama oma yang udah tua yang benar aja." "Hahaa cucu Oma ini. Masih aja cerewet. Sudah sana kalian masuk kamar, pengantin baru tuh biasanya gak jauh-jauh dari dalam kamar." Ucap Oma."Oke deh Omaku yang cantik, Dara mau mandi dulu ya." Ucap Dara lalu berlalu begitu saja meninggalkan Randy yang masih berdiri di samping Oma."Eh, Dara. Suaminya kok ditinggal, sih? Sana ajak mandi sekalian." Mandi berdua Randy, hey Dara langsung bergidik ngeri membayangkan yang iya iya bersama Randy saat sedang mandi berdua."Hehee Dara lupa."ucapnya sambil nyengir padahal emang sengaja dilupakan, eh.Dara masuk ke dalam kamarnya di ikuti Randy. Randy memandang sekeliling kamar Dara, tempatnya masih sama saat Randy pertama kali memasuki kamar ini, tak ada yang berubah."Mas Randy mandi aja duluan." Kata Dara, lalu ia merebahkan tubuhnya di sofa sambil memainkan ponselnya lalu berselancar di dunia maya."Baiklah." Sahut Randy, karena ia juga merasa gerah sehabis dari kantor, belum sempat mandi juga tadi.Tak berselang lama Randy sudah menyelesaikan mandinya, ia keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Tadi ia lupa membawa baju ganti ke kamar mandi karena sudah terbiasa tidak berganti baju di kamar mandi saat berada di rumahnya.Dara yang masih sibuk memainkan ponselnya pun menoleh saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, ia pun melongo melihat pemandangan indah di depan matanya, uwoww Roti sobek. Seketika Dara menelan ludahnya tanpa melewatkan sedikit pun pemandangan yang indah tersebut. Seketika Dara tersadar dari imajinasi liarnya saat sebuah suara deheman dari Randy."Eh, apa?" Ucap Dara gugup."Kamu kenapa dari tadi senyam senyum sendiri?" Tanya Randy."Eh, emang iya?" Masa sih dia senyam senyum. Ah kayanya gak deh."Ah, gak kok. Aku gak ada senyam senyum." Ucap semakin gugup. Apalagi saat Randy mendekat ke arahnya harum aroma sabun seketika menguar di indra pemciumannya. "Seksi."gumam Dara pelan, tetapi masih bisa di dengar oleh Randy."Apa?" Kata Randy."Ah, gak ada apa-apa kok." Sahut Dara kikuk dengan wajah yang bersemu merah, karena malu.Bersambung.....
Dara menikmati makan malamnya dengan perlahan, sesekali Dara mencuri pandang ke arah Randy yang yang sedang menikmati makan malamnya. Randy yang merasa seperti di perhatikan, mengulum senyum lalu mengedipkan mata kepada Dara yang terlihat sedang memperhatikannya, seketika saat itu juga Dara ingin menengelamkan wajahnya kesemak-semak. Dara yang merasa kikuk karena ketahuan sejak tadi mencuri-curi pamdang pada Randy pun langsung menyuap makanannya dengan cepat sampai tersedak-sedak.Uhukk uhukk."Aduh, pelan-pelan dong, sayang makannya!" Kata Bunda.Dengan gerakan cepat Randy menyodorkan segelas air putih pada Dara.Dara menerima gelas air tersebut dan langsung meneguk habis air putih tersebut, lalu ia merasakan ada yang mengusap-usap pungungnya, uh bisa-bisanya lelaki ini mencari kesempatan dalam kesempitan batin Dara, gak tau apa jantungnya serasa mau copot saat merasakan jemari Randy yang masih mengusap-usap pungungnya. Astaga, kalo saja tak mengingat kalau mer
Dara dan Randy memasuki kamar mereka, lebih tepatnya sih kamar Dara."Mas Randy tuh, apa-apaan coba, pake acara setuju segala?" Semprot Dara saat mereka sudah berada di dalam kamar."Ya, apa salahnya sih. Kasian Oma dah nyiapin hadiah buat kita masa gak di ambil." Jawab Randy, lalu menghempaskan pantatnya ke kasur. Dara yang melihatnya pun mendelik tak suka."Eeh... jangan duduk di kasur aku, sana mas Randy tidur di sofa aja!" Dara menarik-narik tangan Randy dan menyuruhnya pergi dari kasurnya."Aku mau tidur di sini," kata Randy lalu merebahkan tubuhnya dengan santai."Gak bisa, ini kamar aku, kasur aku, Mas Randy tidur di sofa sana." Pekik Dara tak terima, lalu menerjang Randy yang sudah berbaring, tapi tak sempat karena Randy sudah menangkapnya dan membawa tubuh mungil Dara ke pelukannya."Auwww..." teriak Dara, Dara terus meronta dan memukuli Randy supaya terlepas dari pelukan Randy."Udah diam, napa." Kata Randy."Lepas, ah. Mas Randy...." teriakny
Randy dan Dara kini tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Dara memakai kaca mata hitamnya, gadis cantik dengan balutan dress berwarna navy itu berjalan dengan tergesa-gesa untuk menyusul suaminya yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Dara sangat kesal gimana bisa suaminya itu meninggalkannya?. Ah menyebalkan sekali."Mas Randy tunggu, dong. Kaki aku pegal nih!" Kata Dara, Randy menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba dan tanpa sengaja Dara menabrak punggung Randy."Auuww..., ah mas Randy kalo berhenti jangan sebarangan dong. Tuh jidat akukan jadi sakit." Dara mengelus jidatnya."Mana yang sakit?" Tanya Randy datar."Nih...! Dara menunjuk jidatnya dengan jari telunjuknya sendiri."Sini!" Randy menyuruh Dara mendekat ke arahnya, bagai kerbau di cucuk hidungnya Dara pun mendekat.Cup...Randy mengecup jidat Dara dengan tiba-tiba, sontak saja Dara langsung terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Randy, bisa-bisanya lelaki ya
Andai saja, Randy dan Dara saling mencintai mungkin momen bulan ini akan sangat indah, sayang seribu sayang, rasa itu belum menghampiri dua sejoli yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing itu. Randy yang sibuk dengan berkas-berkas pekerjaannya serta laptop yang ada di hadapannya. Sedangkan Dara memilih untuk menonton film-film favoritenya seperti drama Korea, tapi lama-lama Dara juga merasa bosan karena tak ada kegiatan lain selain nonton drama di kamar. Mau ngajakin Randy gelud kan gak mungkin, hahaa. Astaga otaknya mungkin sudah tercemar akibat beberapa adegan dewasa di dalam drama yang baru saja Dara tonton.Dara memperhatikan Randy yang terlihat serius dengan pekerjaannya, Randy terlihat tampan berkali-kali lipat saat sedang serius, garis wajah yang tegas, rahang yang kokoh, dan jangan lupakan jakunnya yang naik turun, astaga Dara dibuatnya sampai menelan air liurnya berkali-kali."Ada apa?" Randy berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di
Pagi ini Dara terlihat lebih bersemangat untuk berangkat bekerja. Ya mereka kini sudah pulang dari acara berbulan madu yang menurut mereka tidak ada istimewanya. Setelah pulang dari Bali, Dara dan Randy sepakat untuk mengawali semuanya dari hal kecil dulu seperti teman misalnya, ya mereka memutuskan untuk lebih saling mengenal dulu di awali dari kata teman.Dara mematut penampilannya di cermin, hari ini Dara memakai kemeja berwarna putih, rok hitam selutut, rambut hitam sebahunya dibiarkan tergerai.Setelah dirasa penampilannya kini pas, Dara mengambil tas serta memasukan ponsel ke dalamnya dan mengambil dua paper bag yang berisi oleh-oleh untuk teman-teman kerjanya. Dara keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur untuk sarapan."Pagi!" Sapa Dara pada orang yang ada di dapur, Dara meletakan tas dan paper bag yang dia bawa di kursi yang ada di sebelahnya. Bik Sum sampai melongo tumben sekali hari ini istri majikannya itu bersikap ramah, tapi bik Sum juga merasa
"Mas Randy....""Dara"Begitulah reaksi mereka berdua saat sama-sama terkejut. Dara yang kaget bahwa Pimpinan perusahaan tempat dia bekerja adalah suaminya, sedangkan Randy kaget karena yang masuk ruangannya adalah Dara.Saat sadar dari rasa terkejutnya Dara berjalan mendekat ke meja Kerja Randy."Mas, ngapain di sini?" Dara mendekat ke arah Randy."Menurutmu? Saya ngapain ada di sini?" Randy balik bertanya."Jadi, mas Randy itu Direktur di sini?""Hmm,""Iss...." Dara mencebikan bibirnya."Iss, mas kok gak bilang sih, kalo mas itu Direktur di perusahaan ini!" Cecar Dara, lalu menaruh berkas laporan yang ia bawa tadi di atas meja kerja Randy."Kan, kamu gak nanya." Ucap Randy dengan tenang. Benar juga, ya. Selama inikan Dara tidak pernah bertanya tentang pekerjaan Randy apa."Uhg, dasar menyebalkan." Dara mengerucutkan bibirnya.Dara pun menuju sofa yang ada di ruangan kerja Randy dan mem
Randy memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Setelah mematikan mesin mobil, Randy membuka pintu dan keluar dari mobil, begitupun sebaliknya Dara juga melakukan hal yang sama.Randy membuka bagasi mobil, lalu mengambil barang belanjaan Dara."Nih, bawa!" Randy menyerahkan tiga paper bag pada Dara, lalu di sambut oleh Dara, sedangkan Randy membawa enam paper bag yang berukuran agak besar.Dara meletakan barang belanjaannya di samping sofa ruang tamu. Karena merasa lelah Dara pun berbaring di atas sofa."Huh, capek!" Keluh Dara, karena kakinya terasa keram dan pegal."Mandi dulu, sana!" Titah Randy, lalu duduk di sofa sebelah Dara berbaring."Ntar dulu, mas. Dara masih capek," keluhnya, lalu memejamkan matanya."Hhh, ya sudah, istirahat aja, dulu. Saya mau mandi dulu. Kamu jangan lupa mandi, terus itu belanjaan kamu di rapikan!" Kata Randy, lalu beranjak menuju kamarnya untuk membersihkan diri."Hmm." Gumam, Dara."Dara, Ra...,
Warning!! Ada sedikit adegan dewasa, harap bijak memilih bacaan!?! "Mas Randy, boleh apa gak, nih?" Tanya Dara, karena hanya diam sambil melongo."Ah, eh. Iya." Randy menggeser tubuhnya memberikan jalan untuk Dara."Nah, gitu kek, dari tadi." Omel Dara, lalu masuk ke dalam kamar Randy, sedangkan Randy menutup pintu kembali lalu mengikuti Dara dari belakang.Dara menatap kamar Randy dengan takjub dan mata berbinar, perabotan di kamar ini di tata dengan apik oleh pemiliknya. Kamar Randy terlihat rapi, dan bersih, gak kayak kamarnya yang berantakan padahal dia cewek. Dara mengarahkan pandangannya ke ranjang king size Randy, yang dilapisi dengan sperei berwarna abu-abu, di sana bantal dan guling masih tersusun dengan rapi."Mas Randy...""Kenapa?"Randy berdiri di belakang Dara yang sedang memperhatikan isi kamarnya.Dara membalik badannya dan menghadap Randy yang saat ini sedang menatapnya juga sambil bersedekap tangan di dada."Kamarny
Saat mobil melaju menuju rumah, suasana di dalamnya masih tenang. Baby Revan sudah tertidur nyenyak di pelukan Dara, mungkin kelelahan setelah imunisasi. Dara mengusap kepala bayi mereka dengan lembut, tatapannya penuh kasih sayang. Namun, di hatinya masih ada sedikit rasa cemas, meskipun imunisasi sudah selesai.Randy, yang sedang fokus mengemudi, sesekali melirik Dara dan Revan melalui kaca spion. “Kamu kelihatan masih tegang, Sayang. Apa yang kamu pikirkan?” tanya Randy, memecah keheningan.Dara menoleh, tersenyum lemah. "Aku masih memikirkan Revan. Takut dia demam nanti, atau rewel sepanjang malam," jawabnya jujur.Randy mengangguk, mengerti kekhawatiran istrinya. "Tenang saja. Kalau pun Revan demam, kita sudah siap obatnya. Lagi pula, aku di sini. Kita hadapi sama-sama, ya?" ucap Randy menenangkan.Dara menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikirannya. “Iya, aku tahu. Cuma… aku selalu merasa khawatir kalau soal Revan. Dia anak pertama kita, Mas. Aku belum terbiasa,” ujarnya d
Pagi harinya, suasana rumah Randy dan Dara dipenuhi keceriaan. Sinar matahari menerobos tirai jendela, memberikan nuansa hangat di kamar mereka. Dara sedang menyiapkan keperluan Baby Revan untuk imunisasi hari ini. Di sisi lain, Randy tampak sedang berusaha menenangkan Revan yang rewel karena lapar."Mas, sudah siap? Revan sudah selesai mandi?" tanya Dara dari dalam kamar sambil memasukkan beberapa perlengkapan bayi ke dalam tas.Randy menoleh, menggoyang-goyangkan Revan yang berada di gendongannya. "Sudah, Sayang. Tapi dia sepertinya lapar lagi. Perlu disusui dulu, nih," jawab Randy dengan senyum sabar, lalu berjalan mendekati Dara yang sudah selesai merapikan barang-barang.Dara mengambil Revan dari pelukan Randy dengan lembut. "Iya, aku susui dulu sebentar ya. Setelah itu kita langsung berangkat," katanya, kemudian duduk di kursi dan mulai menyusui Revan.Randy berdiri di dekatnya, mengusap punggung Dara dengan lembut. "Ambil waktu saja, Sayang. Kita tidak perlu terburu-buru," ucap
Kehidupan di rumah Randy dan Dara kini berubah. Kelahiran bayi mereka, yang diberi nama Revan Aditya Pratama, membawa kegembiraan dan kesibukan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Kehadiran Revan benar-benar menjadi pusat dunia mereka, terutama bagi Dara yang kini menjalani peran baru sebagai seorang ibu.Pagi hari di rumah itu selalu dipenuhi dengan suara tangisan bayi. Dara terbangun lebih awal dari biasanya, menggendong Revan sambil menyusui. Matanya terlihat lelah, namun terpancar sinar kebahagiaan setiap kali melihat wajah mungil putranya.Randy juga tak kalah sibuk. Kini, sebelum berangkat kerja, ia rutin membantu Dara mempersiapkan segala kebutuhan bayi. Ia memastikan popok, baju, dan peralatan mandi Revan sudah siap. Meskipun pekerjaan di kantor semakin menumpuk, ia selalu menyempatkan diri untuk terlibat langsung dalam merawat anaknya.# Randy sedang menggendong Revan yang rewel karena sulit tidur. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil menggoyangkan badanny
Dua minggu berlalu sejak pertengkaran itu. Dara kini terlihat lebih ceria. Perutnya semakin membesar, dan ia merasakan bayi di dalam kandungannya semakin aktif. Setiap pagi, Randy tak pernah absen menemani istrinya berjalan-jalan keliling kompleks, meski kadang-kadang Dara terlihat lelah dan ingin tidur lebih lama. Namun, mereka tetap melakukannya demi kesehatan dan kelancaran proses kelahiran nanti.Pagi itu, Dara duduk di meja makan sambil menikmati sarapan bersama Bunda Ayu. Randy baru saja masuk ke dapur sambil mengenakan kemeja biru, siap berangkat ke kantor."Mas, nanti pulangnya cepat, ya," ucap Dara sambil menyuapkan roti ke mulutnya."Lho, emangnya kenapa?" tanya Randy sambil meraih segelas kopi."Aku mau ke dokter kandungan, kan ini udah bulan kesembilan. Kita harus periksa, mau tanya juga tentang proses lahirannya nanti," jawab Dara.Randy tersenyum. "Oh, iya, aku hampir lupa. Tenang aja, sayang, aku bakal pulang cepat, nanti kita langsung berangkat."Bunda Ayu yang duduk d
Dara berlari ke luar dari gedung kantor Randy. Saat ia akan menghentikan sebuah taksi yang lewat. Dari arah belakang Randy menarik tangannya."Lepas ….!" Teriak Dara, wajahnya terlihat merah."Tolong, jangan pergi, kamu sedang emosi! Beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya!" Pinta Randy."Apa yang ingin kamu jelaskan? Aku sudah lihat dengan mata kepala aku sendiri perempuan murahan itu duduk di pangkuanku kamu, dan kamu sepertinya sangat menikmati," ucap Dara, ia mencoba menghempaskan tangan Randy yang masih menggenggam tangannya."Lepas ….!" pekik Dara saat Randy membawanya ke arah parkiran mobil, ia membuka pintunya dan menyuruh Dara untuk masuk."Gak, lepas, aku mau pulang sendiri!" Dara masih berusaha untuk melepaskan tangan suaminya dari lengannya.Randy yang sudah terlihat lelah dengan penolakan istrinya pun, memaksa Dara untuk segera masuk ke mobil. Apalagi terlihat beberapa karyawan melihat adegan drama rumah tangga tersebut. Ada yang berbisik-bisik dan juga ada yang menatap
Saat ini Randy tengah menatap istrinya yang sedang lahap memasukan satu persatu potongan buah mangga muda ke dalam mulutnya. Ia sendiri pun bergidik ngeri membayangkan rasa asam dari mangga tersebut."Enak?" tanya Randy."Hu'um, Mas mau?" tawar Dara, lalu Randy pun menggelengkan kepalanya dengan cepat."Gak, buat kamu aja!" sahut Randy sambil meringis."Yakin, gak mau? Ini enak lho, Mas!" "Gak, Sayang. Besok kamu pengen makan apalagi?" tanya Randy, seraya memeluk Dara dari belakang, lalu tangannya membelai lembut perut Dara yang kini sudah sedikit terlihat membuncit."Hmm, ya belum tau, Mas. Emangnya kenapa?" "Ya gapapa, biar Mas siap-siap aja nyariin apa yang kamu pengen," ucap Randy sambil terkekeh kecil."Oh, ya lihat aja besok!" "Kalo, emm, itu mau gak?" Bisik Randy di telinga Dara dengan nada menggoda. Tangan yang tadi membelai perut Dara pun kini sudah mulai naik merambat ke bagian dada istriny
Kini usia kandungan Dara sudah menginjak usia empat bulan. Randy membelai dan mengelus perut istrinya tersebut. Dokter kandungan pun mengatakan jika janin yang ada di dalam perut Dara kini sudah semakin kuat dan sehat.Saat usia kandungan Dara belum genap empat bulan, Randy belum berani menyentuh istrinya, karena kandungan Dara lemah, dan ia sendiri pun takut terjadi apa-apa dengan janin yang ada di kandungan Dara.Hingga kini usia kandungan istrinya sudah menginjak usia empat bulan, barulah Randy berani untuk menggauli istrinya tersebut."Mas kangen banget, udah lama kita gak begini," ucap Randy seraya mengecup bibir Dara dengan lembut."Hu'um," lirih Dara.Mereka baru saja selesai bercinta dan melepas rindu, setelah sekian lama menahan hasrat, akhirnya hari ini Randy kembali mendapatkan jatahnya."Mau mandi, apa mau lanjut lagi nih?" goda Randy, yang membuat wajah Dara menjadi bersemu merah."Mandiin," ucap Dara manja."Okay, tapi sekali lagi ya," Randy
Randy keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya, ia mengambil pakaian ganti yang tadi sudah disiapkan oleh Dara. Selesai menggunakan baju ia pun menghampiri istrinya yang tengah duduk di sofa sambil membaca novel. Randy duduk di samping Dara, "Sayang, tadi katanya mau kasih tau mas sesuatu," ucap Randy.Dara pun mengalihkan pandangannya pada Randy, kemudian menutup novel dan meletakkannya di atas meja. " Sini….!" kata Dara, ia menyuruh suaminya itu untuk duduk lebih dekat lagi."Hmm, kamu mau kasih tau apaan sih, Mas jadi penasaran," kini Randy sudah duduk mepet dengan tubuh Dara.Dara mengeluarkan sesuatu dari saku baju dan memberikannya pada Randy."Ini, … kamu hamil, Sayang?" pekik Randy, setelah ia melihat alat test kehamilan serta foto hasil USG yang di berikan oleh Dara tadi.Dara mengangguk seraya tersenyum ke arah Randy."Alhamdulillah, ya Allah. Terimakasi
Randy memarkirkan mobilnya di depan rumah, ia baru saja pulang dari kantor, lalu ia pun keluar dan berjalan masuk ke dalam rumah. Kini Randy dan Dara sudah kembali ke rumah mereka sendiri.Randy menaiki anak tangga sambil berlari, ia sudah tidak sabar ingin bertemu istri cantiknya. Sesampainya di lantai dua, dengan pelan ia membuka pintu kamar, kosong! Tetapi kemudian ia mendengar suara seseorang yang sedang muntah dari dalam kamar mandi. Randy pun bergegas menuju kamar mandi dan membuka pintunya, di sana terlihat Dara yang tengah berjongkok di depan wastafel dengan wajah yang nampak terlihat pucat."Sayang, kamu kenapa?" tanya Randy khawatir, ia pun mendekati istrinya tersebut dan langsung merangkul bahunya."Perut aku mual banget rasanya, Mas!" ucap Dara pelan, sambil melap mulutnya dengan punggung tangan. Tubuhnya terasa sangat lemas saat ini."Sekarang masih mual? Kita periksa ke dokter aja, yuk!" ajak Randy, ia sangat khawatir pada