SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU
PART 47Hari terus berganti dengan hari, tujuh hari sudah berlalu setelah seorang wanita bernama Sisilia mendatangi kediaman Mika.Dan, selama itu pula Johan terasa begitu tertekan. Bagaimana tidak? Di tempatnya ia bekerja, ia menjadi bahan ledekan. Bahkan, pegawai-pegawai yang jabatan berada di bawahnya pun seolah-olah turut menatap Johan dengan sorot mata hina."Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi kerja di sana." Kedua telapak tangan Johan menangkup pada wajahnya, saat lelaki itu tengah terduduk di tepi ranjang bersama sang istri."Soal video kemarin selalu dijadikan lelucon oleh mereka. Bahkan, Direktur perusahaan tadi pagi memberikan keputusan kalau jabatanku diturunkan. Malu lah aku!" gerutu Johan. Sebab, bagaimana pun juga, selama ini jabatan yang menjadi seorang supervisor lah yang selalu ia bangga-banggakan. Lalu, apa kata mereka jika tiba-tiba saja dirinya bergabung dengan karyawan biasa? BegitulahSUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 39Jalan di komplek Dirgantara Mentari terlihat begitu lengang. Tiang-tiang lampu berdiri di setiap 15 meter di tepian jalan. Cahaya rembulan tak bersinar seperti malam-malam sebelumnya, sebab mendung mulai bergelayut manja. Hingga tak ada satu pun bintang yang menemani rembulan malam ini. Rombongan para ibu-ibu majelis komplek Dirgantara Mentari tergopoh-gopoh menyusuri jalan raya. Tak terkecuali Bu Susan, bahkan ia harus menaikkan gamis yang ia pakai hingga sebatas lutut. Tentu agar langkahnya tak terkendala dengan gamis yang ia pakai. Rintik hujan mulai membasahi bumi, Bu Susan semakin mempercepat langkah kakinya. Hingga tak berselang lama, sampailah wanita paruh baya itu di depan kediamannya.Sejenak langkah Bu Susan terhenti, sebab kepulangannya bersamaan dengan kendaraan milik sang putra keluar dari halaman. "Mau kemana itu Johan malam-malam begini keluar," lirih Bu Susan.Gegas i
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 49"Sesuai aplikasi, Neng?" tanya Tukang ojek online yang menerima orderan Mona. "Iya, Bang." Mona mengambil alih helem yang diberikan oleh tukang ojek. Dan setelah helm tersebut bertengger di kepala, ia bergegas naik di boncengan. Hingga tak berselang lama, kendaraan matic itu mulai bergerak melesat membelah jalan raya. Butuh waktu 20 menit untuk Mona sampai di toko emas tempat ia akan menjual beberapa perhiasan miliknya. "Mbak, saya mau jual ini." Mona menyerahkan beberapa macam perhiasan berikut juga dengan surat-suratnya. "Baik, Mbak. Mohon tunggu sebentar," ucap seorang wanita berusia 45 tahun yang merupakan pemilik toko tersebut. Wanita itu mengambil emas-emas yang diberikan oleh Mona. Dan, yang pertama kali diambil olehnya adalah sebuah liontin.Kening wanita itu berkerut. Tak lama kemudian, ia letakkan liontin lalu berganti mengambil perhiasan yang lainnya.
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU PART 41"Gimana sih, Mas, kok toko itu juga bilang kalau emas ini palsu? Sengaja ya kamu kasih aku barang palsu?!" seru Mona. Wanita itu melangkah dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak, ia mendatangi toko emas dimana dulu Johan membeli perhiasan tersebut, namun pihak toko mengatakan jika emas yang hendak dijual itu palsu. "Sumpah, Sayang. Demi Allah, aku nggak kasih kamu barang palsu. Semua asli. Kamu lihat sendiri kan kalau surat-suratnya asli." Johan mensejajari langkah Mona."Surat mah bisa dibuat, Mas! Bisa saja kan kamu pakai surat perhiasan milik istri kamu lalu kamu pesan barang palsu kayak gini!" rutuk Mona. Tiba-tiba saja langkah Mona terhenti, membuat Johan turut menghentikan langkahnya."Keterlaluan kamu, Mas!" Mona melemparkan emas-emas palsu yang ada di tangannya mengenai dada Johan. Sejatinya, lelaki itu juga merasa bingung. Sebab ia masih ingat betul kapan dan dimana ia membelikan perhiasan itu untuk Mona. Johan membungkuk, mengamb
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU PART 41Lima belas menit telah berlalu, dan sepasang suami istri itu masih berada di tempat persembunyiannya. Keduanya, saling melempar tanya melalui sorot mata lalu memberikan jawaban dengan mengedikkan bahu. Hingga tak terasa, 30 menit berlalu. Perlahan, Johan mulai bergerak, hendak keluar dari kolong ranjang. Namun, saat baru saja kepala itu menyembul, suara derit ranjang terdengar. Pertanda ada pergerakan dari atas ranjang. Johan kembali bergerak mundur, khawatir jika sang ibu tiba-tiba bangun lalu melihatnya bersama Mona tengah bersembunyi. Jarum jam terus berputar. Hingga genap dua jam sudah tidur Bu Susan, dan dua jam pula Johan dan Mona masih bertahan di persembunyiannya. Bagaimana tidak, setiap Johan dan Mona hendak keluar, tubuh sang ibu bergerak. Membuat keduanya mengurungkan niat untuk keluar dari persembunyian. Tok!Tok!Tok!Sayup-sayup suara ketukan pintu menelusup gendang telinga Bu Susan. Wanita paruh baya itu hanya menggeliat pel
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 52"Silakan dipilih dulu, Mbak," ujar pemilik toko emas begitu mendengar permintaan pelanggannya. Mona mengangguk. Ia pun mulai menatap secara bergantian seluruh perhiasan yang terdapat di dalam etalase. "Cari kalung aja?" "Nggak lah, Mas. Aku mau uang segitu dapat kalung, cincin, sama gelang. Biar tangan, leher dan jari terisi. Kalau cuma dibelikan kalung doang, leher aja yang dapat. Lainnya telanjang. Malu juga lah, masa aku nggak punya perhiasan.""Yaudah terserah kamu."Mona menunjuk ke arah beberapa perhiasan yang ia pilih setelah puluhan menit menimbangnya. "Jadi ini saya mengembalikan uang sebesar 5,4 juta ya, Mbak." Pemilik toko menyerahkan uang sisa penjualan emas kepada Mona. Wanita itu mengangguk. Mengambil uang yang diterima dari pemilik toko lalu memasukkan ke dalam tas. Selanjutnya, Mona menunggu sang pemilik toko membungkus perhiasan yang ia beli. Namun, saat sang pemilik toko menyerahkan barang-barang itu, dan Mona belum sempa
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 53"Bu, besok Johan sama Mona mau pindahan." Bu Susan yang semula pandangannya tertuju ke arah layar televisi seketika tersita. Ia menoleh ke arah Johan yang tanpa ia sadari tengah terduduk di sampingnya. "Pindah? Kemana?""Kami sudah dapat kontrakan, Bu." Mendengar ucapan Johan, senyuman sinis terlihat di bibir Bu Susan. "Memang ada uang buat bayar kontrakan?""A–ada, Bu." "Baguslah, biar nggak nambah beban ibu di sini." Johan menelan salivanya dengan susah payah begitu mendengar respon dari ucapan wanita paruh baya itu. Apalagi dalam pengucapannya, Bu Susan sama sekali tak merasa canggung. Setiap kata, lolos dengan mudahnya dari mulut tajamnya. Sungguh, ia sama sekali tak memikirkan perasaan putranya. Sebenarnya, sejak dulu Johan pun merasa jika sang ibu seperti terkesan membencinya. Namun, Johan tak tau alasan pastinya. Sikap Bu Susan, berbanding terbalik saat memperlakukan dirinya dengan sang adik. Bahkan, bisa dikatakan sebagai langit
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 43Mika menoleh ke arah jarum jam yang menggantung di dinding. Dan ternyata waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, dan semua olahan telah tersaji. Bibir Mika tersenyum saat ia melihat sudah tersedia risoles, lumpia dan donat. Masing-masing tersedia hanya satu nampan berukuran lumayan besar.Sengaja Mika hanya membuat sedikit, sebab ini adalah hari pertama berjualan. Khawatir jika tak akan habis semuanya. Oleh sebab itu, Mika membuat masing-masing hanya satu nampan. Sebelum Mika membawa semua kue ke toko yang berdiri di depan rumah, Mika akan memandikan dan menyuapi sang anak, yang sudah sejak pukul lima pagi sudah bangun dan Mika baringkan di kasur bayi dan ia letakkan tak jauh darinya. Tak bisa dipungkiri, Mika sedikit kewalahan harus membuat dagangan dan menjaga sang buah hati dalam waktu yang bersamaan. Tak jarang Mika harus mematikan kompor terlebih dahulu saat sang buah hati merengek atau hanya sekedar memberikan ASI untuk bayi
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 55Dan benar saja, ponsel Mika terus berdering sebab ada beberapa nama yang mengomentari story Mika.Cukup lama Mika membalas pesan-pesan tersebut. Ada beberapa orang yang hanya sekedar bertanya, dan ada beberapa orang yang berminat memesan dagangan Mika. [Mbak bisa antar nggak? Soalnya saya lagi nungguin bayiku tidur. Nggak mungkin kalau aku tinggal.]Salah satu pesan membuat Mika berpikir. "Kenapa, Mik?" "Ini ada satu pelanggan mau beli, tapi nyuruh antar. Gimana dong.""Lah, kenapa bingung? Kan ada aku di sini. Biar aku yang jaga toko sama Nando. Kamu antar dulu saja.""Gapapa?" tanya Mika dengan ekspresi ragu. Tak enak jika ia harus merepotkan sahabatnya itu. "Nggak apa-apa. Terima saja," ucap Elisa. Mika pun akhirnya mengangguk. Lalu, ia bergegas mengetikkan pesan balasan untuk calon pembeli kedua. [Bisa, Mbak. Mau berapa?][Risoles 1, lumpia 2, sama donatnya 2, Mbak. Oh ya, Mbak, tolong bawa uang kembalian sekalian ya. Uangku 20 ribu, n