Suara Hantu di Kamar TamuPart 35 (Tamat)“Hay!” Suara yang tak asing itu membuatku terkejut dari lamunan.Kulirik ke arah suara dari sebelah kanan kursi, seorang wanita dengan senyum manis menyambutku.“Vika!” Aku tak dapat menyembunyikan senyum bahagia saat melihatnya kini malah duduk di sampingku, padahal tadi aku sudah mendengar suara pesawat naik landas.“Ayo, pulang!” Vika tiba-tiba menggandeng tanganku dan mengajak untuk beranjak dari kursiku.Aku tak bisa berkata-kata, kuturuti saja ajakannya yang kini malah menggandengku ke tempat parkiran. Aku tersenyum, hati ini senang saat dia tak jadi pergi. Tanpa kusadari, perasaan aneh ini muncul tiba-tiba.Aku memasukkan koper milik Vika ke bagasi, lalu membukakan pintu mobil untuknya. Dia menahan senyum saat duduk di sebelahku.“Coba, katakan sekali lagi ucapan kamu di bandara tadi? Aku tak salah dengar ‘kan? Sebab tak ada tiket untuk ke kota x lagi hari ini, tiketku hangus hanya karena ingin memeriksakan telinga yang sepertinya menga
Suara Hantu di Kamar TamuPart 1 : Suara Hantu"Pa, di rumah kita kayaknya ada hantu deh," ujar Arsha, putri pertamaku yang kini duduk di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama."Iya, Pa, Arka juga ngira gitu deh .... " timpal putra keduaku, dia kelas 5 Sekolah Dasar."Masa sih?" tanyaku acuh sambil terus menyendok nasi goreng ke mulut."Iya, Pa, tiap tengah malam ... sering terdengar suara aneh dari kamar ruang tamu yang di pojok," ujar Arsha lagi."Bukan hanya suara aneh, kadang juga seperti ada suara benda jatuh, padahal 'kan ... kamar itu kosong." Arka menyudahi sarapannya."Hmm ... Akan papa pikirkan masalah ini. Cepat sarapannya dan setelah itu berangkat sekolah sama Om Riko," jawabku akhirnya saat melihat Riko menuruni anak tangga dan menuju ke meja makan.Riko, dia adikku yang menumpang tinggal bersama kami karena dia kuliah di Kota ini sebab rumah orangtuaku berada di kota yang berbeda."Arsha, Arka, udah belum sarapannya?" tanya istriku sambil menggendong anak ketiga kami yang
Suara Hantu di Kamar TamuPart 2 : Pasang CCTVSetelah berhasil membeli kamera CCTV, aku segera kembali ke kantor. Rasanya sudah tidak sabar untuk memasang benda kecil ini di kamar tamu yang menurut dua anakku ada hantunya itu. Sebaiknya, sebelum malam aku harus sudah memasang kamera tersembunyi ini yang tentunya tak ada yang boleh tahu, termasuk Syilvina, istriku.Kulirik jam di pergelangan tangan yang sudah menunjuk ke arah pukul 16.00, pekerjaanku juga sedikit lagi rampung. Setengah jam lagi, aku harus berkemas pulang. Sebelum magrib, aku harus sudah berada di rumah.Pukul 16.30, aku sudah berada di mobil dan memacunya menuju pulang. Suasana jalanan lumayan sepi, jadi aku bisa memacu kendaraan secepat mungkin.Satu jam kemudian, aku sudah tiba di rumah. Anak-anak menyambutku dengan girang. Maklum, kalau hari biasanya aku pulang ketika semuanya sudah tertidur.“Tumben pulang awal, Bang?” sambut Syilvina sambil salim kepadaku lalu membantu membawakan tas kerja juga jasku.“Kerjaan s
Suara Hantu di Kamar TamuPart 3 : Berprasangka Baik"Ma, udah selesai belum masaknya? Arka udah lapar .... " Belum sempat Syilvina menjawab pertanyaanku, putra keduaku sudah muncul di hadapan kami sambil mengelus perutnya."Udah, ayo kita makan malam sama-sama! Kamu sama papa duluan duduk di depan makan, Mama mau manggil Kakak dan adikmu juga Om Riko," ujar istriku sambil melangkah keluar dari dapur.Aku dan Arka duluan duduk di depan meja makan sambil menunggu yang lainnya, namun seribu tanya mulai membebani pikiran ini. Aku masih penasaran dengan kata "beb" yang diucapkan Syilvina, istriku yang cantik dengan body aduhai walau sudah melahirkan tiga anak kami. Ah, pikiran jahat semakin merasuki kepala ini."Ayo, makan, Bang!" Suara Syilvina mengagetkanku, ternyata semua orang sudah berada di depan meja makan. Tiga anak-anakku, adikku juga istriku.Aku menghela napas berat dan menoleh ke piring yang ternyata sudah lengkap dengan nasi dan lauk. Entah kapan Syilvina mengambilkannya, aku
Suara Hantu di Kamar TamuPart 4 : Tak ada yang terekamPermainan selesai, Syilvina terlihat meringis lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Kenapa dia? Apa dia sedang bad mood atau apa? Kuraih dia ke dalam pelukan dan mengelus punggungnya yang berbaring dengan membelakangiku."Sayang, kamu kenapa?" bisikku."Nggak kenapa-kenapa, Bang. Aku hanya capek dan ngantuk. Aku tidur dulu," jawabnya namun masih dengan mode memunggungiku.Dengan masih memeluknya, aku juga mulai memejamkan mata. Sudah lama tak bisa memeluknya seintim begini. Kalau malam-malam kemarin, kala melihatnya sudah tertidur pulas, aku tak berani menyentuhnya lagi. Aku tahu, dia pasti kelelahan mengurus rumah juga anak-anak kami. Semoga lelahmu menjadi ladang pahala untukmu, istriku. Kucium punggung lalu semakin mengeratkan pelukan.*******Azan subuh sudah berkumandang, aku segera membuka mata. Syilvina melempaskan diri dari pelukanku. Ia langsung melangkah menuju kamar mandi, aku mengekor di belakangnya dengan mak
Suara Hantu di Kamar TamuPart 5 : Hantunya takut sama papaAh, ribet juga cara menggunakan kamera CCTV ini. Katrok sekali aku, capek ke aku dong kalau terus bolak-balik copot pasang nih kamera. Kenapa nggak kuhubungan ke laptop atau ponsel aja? Nah, ‘kan karena teror hantu itu aku jadi nggak bisa mikir dengan cerdas begini. Browsing saja dulu kalau gitu, mau nanya teman, malu juga entar diledekin.Setengah jam mengotak-atik, akhirnya selesai juga. Kenapa baru terpikir sekarang? Nanti sore akan kupasang kembali benda kecil ini dan aku akan memantaunya lewat ponsel atau laptop dan tak akan repot bongkar pasang lagi. Aku tersenyum simpul.‘Tok-tok’ terdengar ketukan dari depan pintu ruanganku. Aku segera bangkit dan membuka pintu. Terlihat Mis Jutek atau Vika Putri di depan pintuku. Mau apa dia? Apa mau ngasih kerjaan lagi, tugas dari Pak Sofian saja belum selesai kukerjakan.“Ya, Mbak Vika, ada apa?” tanyaku dengan mengerutkan dahi.“Hmm ... Pak Radit, anda benaran sedang sakit? Kok ti
Suara Hantu di Kamar TamuPart 6 : Notifikasi CCTV[Sayang, malam ini Abang nginap di mes soalnya bakal lembur sampai larut malam. Titip anak-anak, ya! I love you.] Kukirimkan pesan itu kepada Syilvina biar dia nggak nungguin aku malam ini.[Iya, Bang. I love you too.] Aku tersenyum senang pesanku langsung dibalas olehnya.[Jangan lupa kunci pintu! Kalau ada apa-apa, segera hubungan Abang.] Kembali kutekan tombol send.[Iya, Bang.]Segera kusimpan ponsel dan kembali melanjutkan pekerjaan. Laporan ini harus selesai sebelum malam, biar nanti aku bisa mengamati hantu penunggu kamar tamu itu.Saat adzan magrib telah berkumandang, segera kukemaskan tas kerja dan tak lupa mengambil kunci mes. Suasana kantor sudah sepi, kulangkahkan kaki menuruni anak tangga lalu menuju parkiran. Bangunan Mes tepat bersebelahan dengan kantor, aku langsung mengemudikan mobil memasuki halaman bangunan berlantai tiga itu. Sekilas, mes itu terlihat seperti hotel. Hanya terdapat kamar yang cukup luas, ada 50 kam
Suara Hantu di Kamar TamuPart 7 : Penemuan TestpackSaat tiba di mes, mataku terasa sudah sangat berat. Dengan menahan kantuk, kusetel alarm pukul 07.00, agar tak kesiangan lagi karena sekarang sudah pukul 03.00. Aku hanya punya waktu untuk tidur empat jam saja, lumayanlah untuk menghilangkan penat.Rasanya belum lama mata ini terpejam, alarm ponselku sudah berdering nyaring. Mau tak mau, aku bangun juga. Ah, lagi-lagi aku absen sholat subuh. Ampuni aku, Tuhan.Pukul 08.00, aku telah tiba di kantor. Hari ini kantor sepi karena libur, hanya karyawan yang lembur saja yang masuk.Aku segera masuk ke ruangan kerja dan mengambil satu bundel laporan yang sudah kuprint tadi malam. Semoga tak ada masalah agar aku bisa segera pulang. Aku sudah kangen rumah, kangen anak-anakku juga istriku yang cantik."Terima kasih, Pak Raditya, kamu memang karyawan andalan saya. Laporan bulanan selalu tepat waktu, pertahankan terus kinerja kamu. Bulan depan kamu akan dapat promosi jabatan. Bonus bulan ini ak
Suara Hantu di Kamar TamuPart 35 (Tamat)“Hay!” Suara yang tak asing itu membuatku terkejut dari lamunan.Kulirik ke arah suara dari sebelah kanan kursi, seorang wanita dengan senyum manis menyambutku.“Vika!” Aku tak dapat menyembunyikan senyum bahagia saat melihatnya kini malah duduk di sampingku, padahal tadi aku sudah mendengar suara pesawat naik landas.“Ayo, pulang!” Vika tiba-tiba menggandeng tanganku dan mengajak untuk beranjak dari kursiku.Aku tak bisa berkata-kata, kuturuti saja ajakannya yang kini malah menggandengku ke tempat parkiran. Aku tersenyum, hati ini senang saat dia tak jadi pergi. Tanpa kusadari, perasaan aneh ini muncul tiba-tiba.Aku memasukkan koper milik Vika ke bagasi, lalu membukakan pintu mobil untuknya. Dia menahan senyum saat duduk di sebelahku.“Coba, katakan sekali lagi ucapan kamu di bandara tadi? Aku tak salah dengar ‘kan? Sebab tak ada tiket untuk ke kota x lagi hari ini, tiketku hangus hanya karena ingin memeriksakan telinga yang sepertinya menga
Suara Hantu di Kamar TamuPart 34 : GalauHari terus berlalu. Semenjak kejadian Vika mengirimkan chat isi hatinya, aku belum pernah melihatnya lagi muncul di kantor ini. Sedikit bimbang juga dengan keadaannya sekarang. Apa dia tersinggung dengan penolakanku atau juga sakitnya semakin parah? Kubolak-balik ponsel di tangan ini, dilema antara menanyakan keadaannya atau tetap cuek karena aku tak mau memberinya harapan palsu jika benar dia memiliki rasa terhadapku.Jam pulang kantor pun tiba. Kulirik ruangan di depan sana, di mana ada gadis yang selalu melempar senyum jika bertemu denganku, tapi kini ruangan itu terlihat sepi. Kuusap wajah dengan kesal, karena suasana hati jadi tak menentu saat ini.Sepanjang perjalanan pulang pun, aku masih kepikiran Vika. Ada perasaan aneh yang menyelusup di relung hati ini, rasa bimbang ini seakan tak tertahan. Ah, tak seharusnya aku begini, dia bukan siapa-siapa bagiku. Dia hanya seorang atasan di kantor. Ketika sampai di rumah, kualihkan pikiran kepad
Suara Hantu di Kamar TamuPart 33 : Isi Hati Vika[Radit, aku mencintaimu. Bolehkah aku menjadi mama dari anak-anakmu?]Ini isi chat dari wanita yang kini sedang terbaring di hadapanku. Apa-apaan dia? Ah, kekanak-kanakan sekali. Kugaruk dahi yang tidak gatal. Apa yang harus kulakukan sekarang? Dia serius atau cuma bercanda, ya? Ada-ada saja. Aku jadi teringat kata-kata Arsha saat itu, katanya Vika suka denganku dan kupikir itu hanya bisa-bisanya putri sulungku itu saja.“Bu Vika, saya harus segera ke kantor. Hmm ... nanti Evita akan saya suruh ke sini, biar bisa menemani Bu Vika,” ujarku sambil bangkit dari kursi.Vika terlihat salah tingkah, tapi aku tetap berusaha bersikap wajar. Aku tak mau membuatnya malu, sedikit kasihan juga dengannya jika isi chat ini memang benar isi hatinya.Tanpa menunggu jawabannya, aku segera keluar dari ruangan itu dan meninggalkannya. Saat berpapasan dengan seorang perawat, aku sudah berpesan untuk menitipkan bosku itu, Vika Putri.Sesampainya di parkira
Suara Hantu di Kamar TamuPart 32 : POV Vika 2 (Chat Nyasar)[Hey, pelakor, jangan ganggu suamiku!]Sebuah pesan dari nomor tak dikenal, masuk ke ponselku. Dahi ini langsung berkerut kala membacanya dan menganggap pesan itu hanya salah nomor sebab saat ini aku tak sedang mengganggu suami siapa pun. kuabaikan pesan itu dan melanjutkan aktifitasku yang sedang membaca sebuah novel online di KBM App dengan judul “Istri Gaib” karya Evhae Naffae. Aku mulai berkhayal jika memiliki suami gaib, ah ... mungkin asyik kali ya. Hanya aku yang dapat melihatnya, otomatis aman dari gangguan pelakor. Eh! Kok pelakor?‘Ting-ting-ting’ Beberapa pesan WhatsApp masuk kembali ke ponselku. Ah, benar-benar mengganggu saja tapi kayaknya nomor yang tadi deh yang chat, apa dia mau minta maaf karena telah salah kirim atau apa ya? Segera kubuka pesan itu dan membacanya.[Hey, pelakor, kuingatkan kepadamu, jangan pernah ganggu Bang Radit lagi. Kami akan segera rujuk, jadi jangan berharap kamu bisa menggodanya!][M
Suara Hantu di Kamar TamuPart 31 : Ulah ArshaAku masih sibuk mengerjakan laporan yang dipinta Pak Sofian harus selesai besok, saat getar ponsel membuyarkan konsentrasi. Segera kuraih benda pipih itu dan melihat siapa yang mengirim pesan.[Pak Radit, ajakan tadi malam, masih berlaku ‘kan? Jam berapa kita pergi?]Agghh ... itu chat dari Vika. Semua karena ulah Arsha, putri sulungku yang kini sudah pandai mengerjai papanya. Dasar! Aku tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala. Aku tak berminat pergi makan siang bersama Miss jutek itu, apalagi kalau sampai ketahuan Hilman yang sepertinya masih menyimpan rasa dengannya. Aku tak tega, lagipula aku tak mau seisi kantor heboh dengan gosipku dan Vika. Aku tak suka membuat skandal dan menjadi bahan perbincangan.Kumainkan ponsel dan memikirkan balasan yang tepat untuk Vika, aku tak mau membuatnya tersinggung. Dia gadis yang baik dan temannya Arsha pula, aku harus bisa membuat alasan yang masuk akal tapi apa, ya?‘Tok-tok’ Tiba-tiba terdenga
Suara Hantu di Kamar TamuPart 30 : POV Vika[Assalammualaikum, Bu Vika, maafkan saya atas kejadian di Bandara. Bukan maksud saya ingin menolak kebaikan ibu, tapi saya hanya merasa tak enak saja karena sudah merepotkan. Sekali lagi maaf.]Kupandangi chat dari Radit, rasanya tak percaya saja dia bisa chat aku begini. Senang sekali, bunga sakura seakan berterbangan di mana-mana, padahal isi chatnya biasa saja. Dasar aku, noraknya kebangetan! Aku tersenyum sendiri sambil memeluk ponsel.Aku balas apa ya? Duh, kok jadi grogi gini mau ngebalas apa? Kuacak rambut dengan menggeleng lemas. Vika, nggak usah malu-maluin begini, kenapa? Tinggal balas ‘tidak apa-apa’ aja jari ini mendadak kaku. Begini deh akibat dari mencintai seseorang dalam diam, padahal orang dicintai itu tak tahu sama sekali, hanya aku saja yang terlalu berharap kepada sesuatu yang tak mungkin.[Waalaikumsalama. Iya, Pak Radit, tidak apa-apa, saya bisa mengerti kok.]Segera kutekan tombol sent, selesai! Segampang itu tapi aku
Suara Hantu di Kamar TamuPart 29 : Maaf“Papa!” seru Arsha sambil memelukku.“Hey, bagaimana bisa kamu ada di sini?” tanyaku sambil mengacak rambut sebahunya.“Mau jemput papalah,” jawab Arsha sambil melirik wanita yang tak asing lagi di kantorku. Iya, dia Vika, sang manager jutek.“Hay, Pak Radit,” sapa Vika sambil tersenyum.“Maaf, Bu Vika, kalau Arsha sudah merepotkan anda,” ujarku dengan perasaan tak enak. Walau bagaimana pun, dia atasanku di kantor. Aku tak nyaman kalau Arsha meminta bantuannya untuk menjemputku ke sini.“Nggak apa kok, Pak Radit, saya dengan Arsha ‘kan berteman jadi papanya Arsha juga papa saya, eh!” Vika menutup mulutnya. “Maksudnya ... kita semua berteman, iya ... temanan.” Dia menggaruk kepala dengan senyum salah tingkah.Aku menahan senyum melihat Vika yang terlihat aneh begitu. Kenapa dia? Typo itu masalah bisa, apalagi hanya di hadapanku dan Arsha, lain halnya jika dia sedang memimpin rapat dengan karyawan bawahannya, ia tak boleh salah bicara sedikit pun
Suara Hantu di Kamar TamuPart 28 : Lega, Sedih, dan Bahagia[Dit, segeralah ke rumah sakit. Syilvina mencoba bunuh diri tadi pagi dan sekarang dia sedang kritis di ruang ICU.]Kuusap wajah saat membaca pesan dari mantan papa mertua. Aku tak habis pikir saja dengan tingkah Syilvina yang begitu mudah mau mengakhiri hidup. “Rik, ayo segera bersiaplah, kita harus segera ke rumah sakit!” ujarku kepada Riko yang sedang bergurau dengan anak-anak Reza.“Iya, Bang.” Riko menurunkan dua keponakan dari pangkuannya.“Ada apa, Bang?” Reza menatapku sekilas sambil sibuk dengan buku kecil untuk daftar belanjaan restorannya.“Ada masalah dengan Syilvina, kami harus segera ke rumah sakit. Titip Ayah, ya! Oh iya, Abang pinjam mobil kamu dong.” Kutadahkan tangan di hadapannya. Reza langsung mengeluarkan kunci mobil dari saku jaketnya dan memberikan kepadaku.Setelah berpamitan kepada ayah, kami bergegas berangkat ke rumah sakit untuk menemui Om Qumar yang sudah mengirim pesan tadi.Jalanan lumayan mac
Suara Hantu di Kamar TamuPart 27 : Test DNATanpa basa-basi lagi, aku meminta agar segera dilakukan tes DNA sebab aku tak punya banyak waktu di Kota dan kembali ke tujuan awal karena kedatanganku memang untuk itu. Om Qumar menyetujui, walau wajahnya masih muram. Aku dan Riko mengikuti langkahnya yang kini menuju ke sebuah ruangan yang ada di rumah sakit itu. Tak butuh waktu lama, beberapa saat kemudian, kami sudah selesai diambil sampel darah untuk keperluan tes DNA. Aku sudah meminta agar hasilnya dipercepat, dan kalau bisa, besok hasilnya sudah harus keluar. Aku juga berwanti-wanti kepada sang dokter, agar hasil tesku dan Riko takkan tertukar.Kuajak Riko untuk ke ruangan rawat Syilvina. Dalam hal ini, aku memang harus menyiapkan keikhlasan yang super dan melapangkan dada seluas-luasnya, jika terdapat adegan kangen-kangenan antara adik dan mantan istriku.Aku dan Riko mengetuk pintu dengan tulisan “Ruangan Anggrek” itu. Pintu terbuka, mantan mama mertua mempersilakan kami untuk mas