Home / Rumah Tangga / Suara Desahan di Kamar Anakku / 8 Melanjutkan Penyelidikan

Share

8 Melanjutkan Penyelidikan

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2023-03-24 11:35:24

Keesokan harinya saat mentari mulai menyapa pagi, aku sudah sibuk membuat sarapan di dapur. Sementara dengan pekerjaan rumah sudah ada Mba Parni membantu.

Ada rasa yang mengganjal di dalam dada karena Rani masih juga tak bisa dihubungi. Memang sedikit lega karena Mas Fery sudah menyewakannya hotel. Namun, suasana pagi jadi terasa berkurang setelah pertengkaranku dengan anak gadisku.

Dia anakku satu-satunya, tapi entah kenapa kini telah berubah jadi pembangkang. Apa benar kata Mas Fery kalau aku terlalu keras dalam mendidiknya? Tapi, itu semua aku lakukan semata-mata untuk kebaikan Rani agar disiplin dan bertanggung jawab.

Tak lama, Mas Fery keluar dari kamar dan duduk di kursi makan. Isi meja yang sudah siap dengan sajian sarapan dan Mas Fery menyantapnya tanpa basa-basi. Mungkin suamiku itu masih saja marah padaku.

"Kamu masih marah sama aku?" Aku bertanya pelan. Setidaknya, kalau Mas Fery sedang acuh maka aku yang perlu bicara duluan. Aku tak pernah ragu untuk meminta maaf jika salah.

"Enggak," jawabnya begitu singkat seraya mengoleskan selembar roti tawar dengan selai kacang kesukaannya. Wajahnya acuh tak sedikit pun melirik ke arahku, padahal aku duduk di hadapannya.

"Aku minta maaf atas cercaan pertanyaan kemarin. Aku hanya-" Belum sempat ungkapan ini aku selesaikan akan tetapi Mss Fery segera memotongnya.

"Sudahlah, tak usah dibahas lagi. Aku ingin sarapan. Hari ini ada meeting dengan client," potongnya.

"Ya, oke." Aku kembali diam. Menemani suamiku sarapan tanpa bicara lagi mungkin akan lebih baik.

Usai sarapan dan meneguk kopi susu kesukaannya, Mas Fery beranjak dari tempat duduk kemudian merapihkan jasnya. Aku mengikuti langkahnya yang berjalan terlebih dahulu menuju pintu utama.

"Mas, apa kamu bisa bertemu, Rani?" Aku bertanya sebelum Mas Fery masuk ke dalam mobilnya.

"Untuk apa? Aku tidak mau salah paham lagi. Biarkan aku jadi Ayah yang acuh saja pada anaknya," balas Mas Fery terdengar ketus.

"Aku kan sudah minta maaf, Mas." Aku membela diri.

"Lalu untuk apa aku menemui, Rani?" Mas Fery bertanya. Ketus dan acuh nyaris tanpa ada senyuman sedikit pun di bibirnya.

"Aku mau minta tolong, bawa Rani pulang. Aku memang marah pada Rani, tapi kemarahan seorang Ibu bukan berarti ingin jauh dari anaknya," pintaku dengan sendu. Aku menurunkan tatapan saat bola mata ini mulai berembun.

Mas Fery masih diam seperti tengah berpikir. Namun tidak lama ia pun menjawab, "Iya, aku usahakan. Tapi, aku tidak janji bisa membawa Rani pulang."

Aku menyeringai. Setidaknya, Mas Fery akan berusaha.

"Terima kasih, Mas," ucapku. Aku mengukir senyuman manis pagi ini, namun tak dibalas suamiku.

Mas Fery bergegas masuk ke dalam sedan hitamnya kemudian berlalu meninggalkan rumah, membelah jalan raya yang mulai sibuk dengan lalu lalang kendaraan di pagi hari.

Mas Fery jadi dingin. Sikapnya tak lagi hangat seperti dulu. Aku menghela napas kasar. Hanya bisa berharap kejanggalan di dalam dada ini segera terjawab. Aku bahkan masih belum tahu mengenai alat kontrasepsi di kamar Rani dan di tempat sampah tempo lalu.

Perasaan berkata lain dari jawaban Mas Fery, entah kenapa aku merasa yakin ada yang tengah Mas Fery tutupi di belakangku.

Tak lama, dering ponsel berbunyi di saku celanaku. Gegas aku merogohnya untuk melihat sang penelephone pagi ini.

"Siska." Aku segera menjawab sambungan telephone saat tahu kalau sahabatku yang menghubungi.

Benda pipih itu telah menempel di telinga. Aku menyapa dengan ramah, "Hallo, Sis. Kamu sudah siap?"

"Lima menit lagi aku sampai di rumahku. Bersiap-siaplah," kata Siska di ujung sambungan telephone.

"Oke!" Aku mengiyakan. Segera mengakhiri sambungan telephone dari Siska. Ada yang harus aku lakukan hari ini, yakni penyelidikan.

Semalam saat Mas Fery tidur lelap aku dan Siska menyusun rencana. Kami berdua memasang alat pelacak di dalam mobil Mas Fery. Tak lupa aku memasang alat penyadar suara di dalam sedan suamiku.

Siska memang cerdik. Dia selalu punya ideu yang meyakinkan. Dia bahkan yang menyewa orang untuk memasang alat-alat itu di mobil Mas Fery secara sembunyi agar Mas Fery tak menyadarinya. Beruntung Mas Fery tidur bagaikan orang pingsan sehingga misiku dan Siska berjalan lancar sampai pemasangan alat-alat itu selesai.

Bukan aku tak percaya dengan suamiku, lebih tepatnya aku kini meragukan pembelaaannya kemarin.

Saat pukul sembilan pagi aku telah siap dan berada di dalam mobil Siska, sahabatku. Kami berdua mulai menyalakan ponsel pintarku yang sudah tersambung dengan gps yang ada pada mobil Mes Fery.

Layar ponselku memperlihatakan titik lokasi keberadaan Mas Fery saat ini, dan yang mengejutkan posisinya bukan di kantor seperti yang seharusnya.

Titik lokasi keberadaan mobil Mas Fery berada di sebuah hotel.

"Apa Mas Fery tengah menemui, Rani?" pikirku.

Aku dan Siska saling melempat tatapan. Tanpa pikir panjang, Siska segera menyalakan mesin mobil lalu menginjak pedal gas menuju titik lokasi Mas Fery.

"Menurut kamu, suami kami tuh ngapain sih ke hotel lagi? Aneh banget pagi-pagi begini, bukannya kerja kok malah ke hotel," celetuk Siska sambil memainkan setir mobilnya sementara pandangannya tetap fokus ke jalan raya.

"Mungkin saja akan menjemput, Rani," jawabku masih berusaha berpikir positif. Padahal dalam hati sesungguhnya merasakan kecemasan.

"Kamu yakin?" Siska menekan lagi.

Aku mengangguk meski tak yakin, "Kemarin aku memintanya membawa Rani pulang."

"Semoga saja apa yang kamu pikirkan itu benar adanya," balas Siska.

Kami berdua kembali diam sampai akhirnya kami ketahui dengan terkejut saat mobil lokasi Mas Fery mulai berjalan dan berpindah. Sepertinya Mas Fery akan segera pergi. Kemana dia?

"Apa kamu sudah menyalakan alat penyadap?" Siska bertanya.

"Oh iya, aku akan nyalakan sekarang," jawabku segera.

Aku segera menyalakan alat penyadap. Aku penasaran dengan siapa Mas Fery di dalam mobilnya. Jika sendirian tentu tak ada suara percakapan di dalamnya.

"Sabar ya sayang."

Suara Mas Fery terdengar jelas. Sedang bicara dengan siapa dia? Sayang, panggilan yang sangat sensitif diucapkan dengan lancar oleh suamiku itu. aku dan Siska mendengar dengan jelas.

Kami berdua kembali mendengar dengan teliti percakapan yang keluar dari alat penyadap yang berada dalam genggaman tanganku.

"Aku akan transfer sepuluh juta agar kamu bisa jalan-jalan dan happy-happy bersama teman-temanmu. Kamu bisa menghabiskan uang itu. Sungguh, aku tak akan rugi dengan uang yang tak seberapa jika dibandingkan dengan permainanmu setiap malam. Aku selalu saja rindu dengan kamu."

Lagi, suara Mas Fery jelas sekali terdengar. Aku dan Siska kembali dibuat terkejut. Jantungku bahkan terasa hendak jatuh dari sarangnya.

Permainan setiap malam? Apa yang yang dimaksud Mas Fery adalah berhubungan badan?

Aku menggelengkan kepala seraya menutup mulut yang menganga dengan sebelah tangan karena terkejut.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sukri Suka
cerita ibu bodoh
goodnovel comment avatar
Ani Rohayani
c Mia bodohnya nggak ketulungan seperti bukan orang berpendidikan lebih cerdik siska
goodnovel comment avatar
Ellya Murjani
biadap kamu fery
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   9 Bagaikan Disayat Sembilu

    "Bye! Nanti ketemu lagi ya."Suara Mas Fery terdengar mengakhiri percakapannya dengan seseorang, namun aku sama sekali tak mendengar suara lawan bicaranya.Siska kemudian melihat titik lokasi Mas Fery yang saat ini berada di sekolahan Rani, kemudian berlalu pergi."Mau kemana lagi, Mas Fery?" Aku bertanya-tanya sendiri dengan perasaan yang menggebu di dalam dada."Sudahlah, Mia. Kita selesaikan misi kita sekarang. Kita ikuti kemana mobil suamimu hari ini." Siska kembali fokus dengan setir mobilnya.Sementara aku, hanya bisa mengangguk pasrah. Apa mungkin aku telah mendapat penghianatan yang kedua kalinya dari seorang lelaki?Pasang manik ini kembali berkaca-kaca. Aku berusaha membendung semua kepedihan ini. Masih berharap semoga apa yang aku dengar tadi tak seperti yang aku bayangkan.Aku menyeka tetesan bulir bening yang berhasil jatuh. Tangan ini bahkan terasa bergetar saat menyentuh wajah. Mengapa aku merasa akan melewati masalah yang cukup besar. Ditambah lagi dengan Rani yang sam

    Last Updated : 2023-03-24
  • Suara Desahan di Kamar Anakku   10 Pura-Pura Tidak Tahu

    Sayangnya tak ada percakapan apa-apa lagi yang aku dengar dalam alat penyadap itu. Mobil Mas Fery hanya mengantarkan Rani ke depan Mall kemudian ia pergi lagi sendirian.Penyelidikan aku dan Siska hari ini memang tidak gagal, hanya saja aku masih penasaran dengan wanita idaman lain yang Mas Fery miliki saat ini. Aku masih belum punya bukti untuk menegur suamiku. Bukan tidak mungkin, Mas Fery akan kembali mengelak lalu marah saat aku menuduh tanpa bukti.Dengan segera, Siska mengantarkan aku pulang ke rumah karena khawatir Mas Fery akan pulang duluan. Aku tidak mau suamiku curiga saat aku bersama Siska.Namun, yang dikhawatirkan ternyata terjadi. Mas Fery tiba di rumah saat Siska baru saja hendak mengeluarkan mobilnya dari pekarangan rumah.Beruntung aku sudah menaruh tas selempang yang aku bawa ke dalam kamar sehingga Mas Fery tak melihat kalau aku pun baru saja tiba.Siska tampak melebarkan senyuman pada Mas Fery dan suamiku membalasnya. Tanpa menyapa Siska lekas pergi melajukan ken

    Last Updated : 2023-03-25
  • Suara Desahan di Kamar Anakku   11 Ada apa ini?

    Aku merasa ada yang tidak beres. Ingin rasanya menelephone Siska detik ini juga untuk bertanya perihal kedatangan Mas Fery ke rumahnya.Aku menghentikan layar gps, kemudian menekan kontak bernama Siska pada layar ponselku.Benda pipih itu telah menempel di telingaku. Nomor yang aku tuju masih mengeluarkan bunyi aktiv. Akan tetapi, panggilanku tidak dijawab oleh teman dekatku itu.Aku hanya khawatir kalau Mas Fery akan bertanya mengenai kedatangan Siska tadi sore di rumahku. Jangan sampai Siska mengatakan yang sebenarnya. Tapi aku yakin sahabat baikku itu mampu mengunci mulut.Lagi, aku mengecek gps dan hasilnya masih sama. Mobil Mas Fery masih saja tertahan di ruman Siska."Sedang apa sih Mas Fery di sana?" Aku bertanya-tanya sendirian dengan perasaan resah campur aduk. Ditambah lagi Siska tak mau menjawab sambungan telephone dariku.Tak mau berlama-lama dalam keresahan. Aku lebih baik mengumpulkan berkas-berkas penting seperti surat rumah dan perhiasan milikku yang ada di dalam lema

    Last Updated : 2023-03-25
  • Suara Desahan di Kamar Anakku   12 Bertengkar

    Rani terkejut lagi dan lagi. Hari ini mungkin anak gadisku itu tak mampu lagi membuat alasan. Ia tampak gugup dengan suara napas yang memburu di dadanya.Aku menatap anakku dengan nanar. Sementara dia malah menunduk dan tak mampu membalas tatapanku saat ini."Katakan, Rani! Pria mana yang berhasil merusak masa depanmu? Pria mana yang berani kamu masukan ke dalam kamarmu? Katakan!" Bibirku bahkan terasa bergetar saat mengeluarkan pertanyaan itu kepada Rani. Ai mata kesedihan yang berusaha aku bendung nyatanya menetes begitu saja namun segera aku usap dengan jemari."Mengapa kamu tega menghancurkan masa depan hanya demi nafsu sesaat, Rani! Kamu tega melukai perasaan Mamah yang sudah belasan tahun membesarkanmu," sambungku dengan lirih. Sementara Rani masih diam. Aku yakin sedang mencari alasan lagi untuk mengelak. "Mamah hanya ingin tahu, siapa pria itu, Rani?" tegasku dengan bertanya lagi. Aku tak memalingkan tatapanku ke arah mana pun, hanya kepada Rani penuh selidik."Aku tidak tahu

    Last Updated : 2023-03-26
  • Suara Desahan di Kamar Anakku   13 Kok Aneh Ya

    Aku kini sendirian terduduk lesu di sofa ruang tengah. Aku merasa tak berdaya. Mas Fery telah berubah. Apalagi aku tak punya alasan untuk bertahan setelah mengetahui penghianatan suamiku.Aku merenung sendirian. Memijat pelipis yang terasa berat. Ingin rasanya teriak namun tak memiliki daya.Kemudian aku berjalan keluar rumah untuk sekedar menenangkan diri. Aku duduk di kursi kayu yang ada di taman dekat rumah dengan wajah sendu.Tiba-tiba ponselku berdering. Saat aku merogoh saku celana dan melihat pada layar ponsel, sang penelephone ternyata Siska gegas aku menjawabnya."Hallo, Sis!" sapaku saat benda pipih itu telah menempel ditelinga."Mia, apa kabar denganmu? Mengapa suara kamu terdengar lesu?" Siska segera mencerca pertanyaan setelah mendengar suaraku."Aku bertengkar lagi dengan, Rani," jawabku lesu."Anakmu sudah pulang?" Siska bertanya lagi."Sudah. Aku rasanya lelah, Sis. Aku dihadapkan dengan dua masalah sekaligus. Masalah antara Rani dan Mas Fery. Kedua masalah itu masih b

    Last Updated : 2023-03-26
  • Suara Desahan di Kamar Anakku   14 POV Siska

    Setelah mengakhiri sambungan telephone bersama Mia, Siska kini tampak melamun. Ada yang mengganjal di dalam dadanya. Ia merasa bersalah pada sahabatnya."Maafkan aku, Mia. Bukannya aku tak mau jujur sama kamu. Aku hanya tidak mau terjadi ke salah pahaman antara kita." Siska nampak bergumam sendirian di ruang kamarnya.Malam kemarin saat Siska tengah merebahkan tubuhnya sendirian di kamar, tiba-tiba ia mendengar suara bell berbunyi di depan pintu. Ia bergegas keluar untuk memastikan tamunya hari ini.Betapa Siska terkejut begitu pintu dibuka. Fery berdiri di depannya seraya mengukir senyum.Kala itu Siska merasa aneh dengan kedatangan Fery yang mengejutkan. Ia lekas bertanya untuk sekedar basa-basi,"Ada apa ya, Fery?" Siska bertanya. Ia masih berdiri di depan pintu yang telah ia buka, pun dengan Fery."Apa tidak dipersilahkan masuk dulu tamu kamu, Sis?" Fery malah berbalik tanya. Lagi-lagi ia mengukir senyum membuat Siska muak melihatnya."Tidak, Fery. Saya tidak biasa membawa masuk t

    Last Updated : 2023-03-27
  • Suara Desahan di Kamar Anakku   15 Tertangkap Basah

    Hari berlalu bergitu saja, sampai saat ini aku masih saja belum menemukan jawaban atas teka-teki yang terjadi pada selingkuhan Mas Fery, mau pun mengenai alat kontrasepsi di kamar Rani.Banyak sekali yang berubah setelah pertengkaran bersama Rani. Mulai deri sikap Mas Fery yang semakin acuh tak acuh kepadaku, juga sikap Rani yang sinis tak mau bertegur sapa denganku.Padahal Rani adalah anakku, tapi mengapa dia seolah tak merasakan kontak batin saat isi dada ini terasa sakit karena sikapnya. Mengapa Rani tak merasa bersalah dengan sikapnya yang tak pantas terhadap seorang Ibu.Aku memang telah gagal mendidik anakku, aku bukan Ibu yang baik.Kini aku hanya melihat keakraban yang justru tercipta antara Rani dan Ayah tirinya. Ya, Rani kini semakin dekat saja dengan Mas Fery. Bukan terlihat seperti Ayah tiri, melainkan seperti seorang kekasih yang tengah dimabuk asmara.Aku paham kalau Mas Fery memang amat menyayangi Rani layaknya anak kandung sendiri, namun pemandangan pagi ini terasa me

    Last Updated : 2023-03-27
  • Suara Desahan di Kamar Anakku   16 POV Author

    Saling suap-suapan makanan adalah pemandangan yang bukan pertama dilihat Mia, karena di rumah pun mereka memperlihatkan itu. Akan tetapi, Mia dan Siska menyaksikan sendiri tatkala Fery suaminya memegang tangan Rani dan mengelus pipinya dengan perhatian.Tak mau berlama-lama menerka dalam keterkejutan, Mia yang kini telah berada sangat dekat dengan anak dan suaminya dengan segera menegur."Apa-apaan kalian!"Suara Mia tampak membuat Fery dan Rani terkesiap saat mendengarnya. Mereka berdua menoleh ke arah Mia yang berdiri di sampingnya sambil memasang wajah kaget."Mia! Sedang apa kamu di sini?" Fery segera beranjak dari tempat duduk, ia berdiri. Wajahnya tegang.Sementara Rani, tampak menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan guna menyembunyikan ketegangan yang tengah dirasakan, 'Aduh! Bagaimana ini? Mengapa bisa ada Mamah di sini?' batinnya resah tanpa ada rasa bersalah.Mia menatap nanar suaminya kemudian kepada Rani, lalu berbalik lagi pada suaminya. Di sampingnya bahkan berdiri

    Last Updated : 2023-03-28

Latest chapter

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   334 Happy Ending

    Siang ini 40 hari sudah setelah kelahiran Yusra dan Yumna. Kediaman Yusuf nampak dipenuhi bunga serba putih. Semua dekorasi serba putih. Ini bukan sedang berpesta, melainkam sedang ada acara aqiqah si kembar Yusra dan Yumna.Dua bayi kembar yang lucu yang memakai pakaian muslim ala-ala bayi, sudah dibawa pengasuhnya masing-masing ke tengah-tengah pengajian. Sebagai rasa syukur yang luar biasa pada Tuhan, Yusuf dan Mia menggelar acara pengajian sekaligus aqiqahan untuk bayi kembarnya. Bukan hanya itu, Yusuf dan Mia juga mengadakan santunan anak yatim yang diundang dari salah satu panti asuhan yatim piatu di kota Jakarta. Yusuf berharap, anak-anak yang kurang beruntung itu bisa merasakan kebahagiaan yang kini tengah dia rasakan.Kediaman Zubair dipenuhi banyak jamaah pengajian dan anak yatim piatu yang hadir. Mereka membacakaan dzikir dan puji-pujian. Menggunting rambut si kembar Yusra dan Yumna secara bergantian.Seperti ada cahaya yang terpancar pada bayi kembar Yusra dan Yumna kali i

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   333 Hijrah

    Benar saja dengan apa yang sudah ditebak sebelumnya. Kediaman Zubair nampak ramai oleh suara tangisan bayi yang silih berganti. Sudah menjadi kebiasaan bayi yang pusarnya belum copot memang agak rewel. Akan tetapi Mia nampak piawai menghandle. Mungkin karena bukan yang pertama kalinya, jadi Mia sudah paham.Bayi kembar yang mungil nampak anteng apabila dalam gendongan Mia. Mungkin karena bayi kembar itu merasakan kenyamanan saat berada di dekat orang tuanya."Kenapa kalian tidak bisa menghandle? Bukankah kalian sudah pengalaman sebagai baby sitter! Dimana keahlian kalian?!" Suara Yusuf terdengar mengeras di kamar anaknya. Dia bicara pada dua pengasuh anaknya."Sstt! Mas, jangan begitu dong." Mia meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Rupanya Yusuf tengah memarahi dua baby sitter anaknya yang tampak tak bisa menghandle tugas. Dua anak kembar Mia dan Yusuf hanya bisa anteng dan tak menangis saat berada dalam dekapan mamanya."Habisnya mereka salah, Sayang. Kamu kan belum benar-bena

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   332 Bayi Kembar Datang

    Banyak sekali yang harus dipelajari Mia setelah operasi. Mulai dari belajar tidur miring kiri miring kanan, belajar bangun sendiri kemudian sampai berjalan.Yusuf mendukung Mia yang belajar dengan antusias. Saat ini bahkan Mia sudah berada di ruangan rawat inap. Banyak sekali perjuangan yang telah dia lakukan untuk anak kembarnya.Mia juga mulai memberikan asi pertamanya untuk kedua anak kembar, meski pun belum ada asi putih yang keluar. Anak kembar itu juga akan dibantu susu formula karena asi Mia belum keluar dan mungkin tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua anak kembar."Sayang, anak kita cantik dan tampan ya. Mirip sekali dengan wajah mamanya. Mamanya cantik sih, jadi anaknya juga cantik dan tampan," kata Yusuf tanpa bisa berhenti menatap wajah anak kembarnya. Rasa syukur pada Tuhan pun ia ungkapkan berkali-kali atas rasa bahagia yang sangat luar biasa."Papanya juga tampan, Mas. Makanya saya jatuh cinta," balas Mia pada suaminya. Dia kini sudah bisa berbicara."Masa sih?" Y

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   331 Melahirkan

    Saat ini Mia masih berada di ruang rawat inap. Operasi akan dilakukan besok siang pukul sepuluh pagi. Mia tengah beristirahat membaringkan tubuhnya di atas bed pasien."Sayang, perutnya masih sakit?" Yusuf mengusap kening istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Dalam benaknya berkecamuk rasa. Khawatir cemas bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat wajah Mia yang terlihat layu."Tak terlalu sakit, Mas. Semoga besok pagi operasinya lancar ya." Suara Mia terdengar lemas. Yusuf mengecup kembali kening Mia. "Sayang, tentu saja saya do'akan semoga operasinya lancar. Kamu dan bayi kita selamat. Kamu harus semangat dan kuat, karena ini adalah impian kita berdua," ia menyemangati."Iya, Mas. Saya akan berjuang. Saya akan semangat," balas Mia.Sejujurnya Yusuf tidak tega melihat Mia yang tiba-tiba meringgis kesakitan. Namun, jadwal caesar memang sudah ditentukan dan surat perjanjian sudah ditanda tangani. Ia tak tega melihat istrinya kesakitan. Andai tak malu dengan diri sendir

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   330 Tiba-tiba Sakit Perut

    Yusuf dan Mia telah sampai di depan rumah sakit. Mereka langsung duduk di kursi tunggu karena nomor antrian telah diambilkan oleh anak buahnya.Yusuf mengusap perut Mia. Walau di depan banyak orang, Yusuf tak mau perduli. Rasa sayangnya pada Mia menutup matanya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Nyonya Mia Lestari!"Saat namanya dipanggil, Mia dan Yusuf langsung berdiri. Dia segera masuk ke ruang Dokter kandungan.Setelah ditanya-tanya sebentar, Dokter langsung menyuruh Mia berbaring di atas bed pasien. Perut buncitnya dioleskan cairan dan alat USG langsung ditempelkan pada perut Mia.Bola mata Yusuf seketika berkaca-kaca melihat calon anaknya pada layar monitor."Selamat ya, Pak. Tuhan memberikan bayi kembar. Sepertinya jenis kelaminnya sepasang ni," kata Dokter sambil terus menempelkan alat USG di perut Mia. Sementara layar monitir menampilkan hasilnya."Apa! Kembar, Dok?" Yusuf terbelalak. Pun dengan Mia yang terkejut."Serius, Dok?" Timpal Mia. Mulutnya sedikit terbuka k

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   329 Pulang

    Pagi hari di cappadocia.Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar. Keduanya masih asik dalam mimpi indah usai bergelut dalam permainan panas semalam.Mata Mia menyipit saat mulai membuka kelopak matanya. Ia sadar dari mimpi indah semalaman tadi. Ia terkejut saat sadar telah bangun keiangan."Ya ampun! Kesiangan!" Mia bangkit dari tempat tidur. Dia bahkan masih memakai lingerie berwarna silver sisa semalam. Ia menuju kamar mandi dan akan segera membersihkan tubuhnya.Perut mulusnya mulai terlihat membuncit. Mia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya harus segera dikeringkan. Melihat ke atas ranjang, Yusuf tampak masih terlelap dalam tidurnya. Cuaca dingin membuat suami Mia tampak nyaman di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya yang hanya memakai bokser saja."Sayang, jam berapa?" Suara serak pria yang masih terbaring di atas ranjang, tampak membuka sedikit kelopak matanya. Terlihat kelelahan."Sudah siang, Mas. Cepetan mandi. Katanya mau ng

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   328 Cappadocia

    Satu bulan kemudian."Mas, koper punya saya mana?" Mia mencari koper miliknya. Mereka kini dalam perjalanan menuju bandara. Perut Mia kali ini sudah terlihat menonjol ke depan. Semakin nampak kalau dia tengah hamil.Sejak satu minggu yang lalu semua telah dipersiapkan. Mulai dari tiket, paspor dan perlengkapan yang lainnya. Yusuf juga telah konsultasi ke Dokter kandungan Mia. Beruntung janin yang ada dalam perut Mia dalam keadaan sehat dan bisa diajak jalan-jalan ke luar negri."Sepertinya sudah dimasukan Ijah ke dalam bagasi," jawab Yusuf menerka saja. Padahal dia tak terlalu yakin. Ia mengusap kening mengiyakan saja dari pada salah. Maklum semenjak hamil, Mia jadi sering baperan dan Yusuf paham akan hal itu."Baguslah, Mas. Soalnya saya tak melihatnya tadi. Mungkin karena Ijah telah merapihkannya." Mia bergelayut manja di dada bidang milik suaminya. Sementara supir yang mengemudikan mobil tetap fokus ke jalan raya.Bersamaan dengan itu ponsel Mia nampak berdering ada panggilan masuk

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   327 Naik Daun

    Hampir satu jam Yusuf mengantri di cafe martabak itu. Dia memijat pelipis karena baru kali ini dia rasakan rasanya menunggu sungguh membosankan."Mas, apa masih lama?" Akhirnya memberanikan diri bertanya karena sudah merasa kesal."Sebentar lagi kok, Pak. Hanya tinggal satu orang lagi," jawab pelayan cafe dengan ramahnya."Oke baik." Yusuf memutuskan untuk menunggu lagi. Semua itu semata-mata demi sang istri tercinta yang tengah mengandung buah hatinya.Dengan tambahan waktu lima belas menit akhirnya dua dus martabak pesanan Mia telah selesai dibuat dan kini sudah berada dalam genggaman. Yusuf segera kembali ke rumah. Dia sudah tidak sabar ingin melihat senyuman istrinya malam ini. Apalagi imbalannya yang akan menengok dede bayi dalam kandungan, tentu saja semakin membuat dia semangat.Perjalanan malam ini sangat cepat karena suasana jalanan yang sepi Yusuf tiba di rumah lebih cepat. Ia segera masuk ke kamar menenteng dus martabak pesanan istrinya."Sayang, ini pesanan kamu." Yusuf me

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   326 Hamil

    Sampai satu hari berganti, keadaan Mia masih saja tetap sama. Tubuhnya lemas ia tak berdaya. Mual muntah. Setiap kali ada makanan yang masuk maka kembali ia muntahkan.Yusuf yang siaga, segera membawa istrinya ke Dokter. Ia tak akan membiarkan Mia kesakitan.Yusuf kini tengah memunggu di depan ruang pemeriksaan. Salah satu perawat memanggilnya atas perintah Dokter. Dia segera menghadap dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Dokter."Selamat, Pak!" Dokter wanita berlesung pipit itu menyodorkan tangannya ke hadapan Yusuf. Yusuf mengernyitkan dahi saat Dokter yang telah memeriksa istrinya itu malah mengajak berjabat tangan."Selamat untuk apa, Dok?" Yusuf kemudian bertanya karena tak paham."Selamat karena Bu Mia positif hamil. Sebentar lagi Pak Yusuf akan jadi seorang Ayah," jelas wanita berjas putih itu.Tentu saja Yusuf menyeringai senang mendengar berita yang baru saja di dengarnya."Apa!" Yusuf langsung beranjak menghampiri Mia yang duduk di atas ranjang rumah sakit usai dipe

DMCA.com Protection Status