SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 197Guntur mulai menenangkan kondisi, berkali-kali Guntur meminta maaf atas kericuhan yang terjadi. Ravi yang saat ini tengah berdiri di samping Raya, kini merasa malu luar biasa. Ibaratnya, Novita telah melemparkan kotoran tepat di wajah tampannya."Ugh, kenapa Papa malah panggil polisi secepat itu sih? Seharusnya kan biarin dulu Mama untuk berikan pelajaran sama perempuan kurang ajar itu. Bisa-bisanya di hari penting dan spesial seperti ini malah bikin ulah di sini. Ck!" rutuk Nania yang merasa kesal karena tidak bisa membalaskan apa yang Novita perbuat padanya tadi. Padahal tadi Nania sudah mengambil ancang-ancang untuk membalas apa hang Novita lakukan. Namun, nyatanya Guntur sudah bergerak cepat dan mengamankan Novita ke kantor polisi. "Sudahlah, Ma, tidak usah pikirkan itu. Biar itu menjadi urusan polisi. Sekarang kita fokus ini terus gimana sama acaranya rusak semua seperti ini."Nania dan Guntur menghela napasnya. Mereka bingung mau bagaimana
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 198 Terdengar suara Nania dari arah pintu di ruangan itu. Dan itu semakin membuat Novita merasa kesal sehingga memberikan tatapan sinisnya pada Nania. Namun, Nania acuh karena ia sama sekali tidak takut pada perempuan yang usianya dua tahun lebih tua daripada Raya. "Sialan tuh Nenek peot. Awas aja kalau aku sampai bebas dari sini, akan kubuat tuh mulut pedesnya gak berkutik lagi. Syukur-syukur kalau tuh Nenek lumpuh seumur hidupnya atau malah mati sekalian!" dengus Novita dalam hatinya sembari menatap kesal pada Nania yang sudah duduk cantik di kursi yang ada di ruangan itu. ***Suara dentuman musik yang dipimpin seorang Disc Jockey terdengar menghentak di telinga. Tubuh indah, seksi dan juga gagah milik para pengunjung diliukkan sangat erotis bagi siapa saja yang melihatnya. Aroma alkohol menguar di ruangan yang cukup besar itu menusuk tajam indera penciuman. Meja-meja berbahan keramik yang ditata sedemikian rupa sudah penuh diisi oleh para peni
Usaha Kevin tak sia-sia setelah meyakinkan Sintya jika semua akan baik-baik saja. Meskipun kejadian mengerikan itu telah menimpa Sintya, Kevin benar-benar menerima Sintya apa adanya. Entah dalam keadaan kesucian dan mahkotanya telah terenggut atau belum. Akan tetapi, Kevin sedikit bernapas lega, sebab seseorang yang tengah menyelinap masuk dan berusaha berbuat jahat pada Sintya upayanya telah gagal. Kini ada satu tugas berat yang harus Kevin lakukan, yaitu mencari lelaki bajingan yang telah berusaha melecehkan calon istrinya. "Kamu serius akan melanjutkan semuanya?" tanya Sang Abah yang kini bersuara. Mendengar pertanyaan itu, Kevin lantas tersenyum. "Saya serius, Abah. Bahkan sekali pun kemungkinan terburuk menimpa Sintya, Kevin tak akan mundur," ucap Kevin dengan tegas. Sang Abah mengangguk-anggukkan kepalanya. Pun juga dengan sang Umi, perempuan itu tersenyum lega. "Jika memang itu sudah menjadi keputusan kalian, tidak apa-apa. Abah dan Umi hanya mampu memberikan doa dan res
"Saya terima dan kawinnya Sintya Larasati binti Bapak Pramono dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Dengan suara lantang dan nada yang begitu yakin Kevin mengikrarkan kalimat sakral yaitu ijab Qabul. Sedikit pun tak ada rasa grogi saat lelaki itu menjabat tangan kanan milik sosok lelaki yang saat ini telah sah menyandang gelar sebagai bapak mertuanya itu. "Bagaimana, saksi? Sah?" "Sah!""Sah!""Sah!"Jawaban serempak terdengar dari beberapa tamu undangan yang menghadiri acara ijab Qabul pagi ini. Sang penghulu mulai menengadahkan kedua tangannya sebatas dada lalu disusul orang-orang yang lainnya. Ia memimpin do'a untuk melengkapi jalannya acara pagi ini. Setiap bibir meng-Aamini sebait doa yang dilantunkan oleh sang penghulu hingga akhirnya mereka mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah sebagai tanda jika acara doa telah berakhir. Kini dua mempelai pengantin itu saling berpandangan dengan perasaan lega yang luar biasa. Kedua sudut bibir itu tertarik ke atas, hingga cipt
Hari ini acara resepsi pernikahan Raya tengah berlangsung. Sudah menjadi kesepakatan kedua belah pihak jika acara resepsi akan diadakan dua hari setelah acara ijab qabul. Sebenarnya Ravi dan juga Raya enggan sekali untuk melakukan resepsi pernikahan itu, mengingat statusnya yang seorang janda dan duda. Hanya saja kedua orang tua mempelai pengantin baru menginginkan resepsi untuk dilangsungkan. Bukan tanpa sebab, mereka juga ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Gedung yang telah dihiasi oleh aneka bunga mawar dengan kombinasi bunga melati bersiap untuk menyambut kedatangan mempelai pengantin. Beberapa tamu silih berganti datang. Halaman gedung setengahnya sudah terisi oleh beberapa tamu undangan. Berbagai macam hidangan telah tertata rapi dengan sempurna di atas meja. Tak ketinggalan juga ada aneka buah siap makan, minuman dan beberapa macam cake yang dipersiapkan untuk semua tamu undangan. Tak banyak tamu yang diundang, hanya kerabat dekat dan rekan bisnis saja. "Kamu
"Stop, David! Jangan pernah membuat masalah lagi dengan Kevin. Cukup di masa lalu kita membuatnya kecewa dan sakit hati. Andai adik angkatmu itu tak memiliki hati yang baik dan tulus, tak mungkin ia sudi menerima kita. Jangankan menerima kembali, sekedar memberikan kata maaf pun tak akan sudi."****Tiga hari sudah waktu berjalan. Kini sudah waktunya sepasang pengantin baru itu bekerja.Ya, Kevin dan Sintya hanya diberikan cuti selama tiga hari saja."Kamu jadi hari ini mengajukan surat pengunduran diri?" tanya Kevin lembut pada Sintya yang saat ini sedang duduk di kursi yang ada di depan meja rias sembari menyisir rambut panjangnya."Jadi, Mas. Memang kamu menginginkan aku terus berkarir?" tanya Sintya sembari menatap sang suami yang sedang duduk di tepi ranjang melalui pantulan cermin."Sebenarnya kalau aku pribadi menginginkan istri yang cukup di rumah saja. Selalu melepasku saat bekerja, dan menyambut kepulanganku saat tubuh terasa penat setelah seharian bekerja. Hanya saja, aku t
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 203Akhirnya David mengurungkan niat untuk menemui keduanya, David kembali berjalan menuju ke arah kamar lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang kembali."Hah, sialan bener, kenapa nih otak gak berhenti-berhentinya mikirin si Raya sama Sintia sih. Ah! Dua-duanya memang wanita pilihan. Raya yang cerdas, energik dan cantik hingga selalu memukau di setiap penampilannya sedangkan Sintia yang selalu cantik dengan balutan hijabnya dan membuat berdesir dada setiap memandang wajah teduh dan ayu nya. Dua wanita yang mampu membangkitkan hasrat kelelakianku. Oh Raya, oh Sintia. Arghhh aku bisa gila memikirkan keduanya." David bergumam di dalam Kamar yang ia tempati. Entah kenapa semakin ia menepis rasa itu nyatanya semakin kuat debaran itu hadir di dalam dadanya. Keinginannya menjadi berkali lipat untuk memiliki Sintia. Bahkan, saat ini pun hasrat David kembali bergejolak. Jika untuk Raya sendiri David masih ingat rasanya saat dulu masih menjadi istrinya. T
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 204"Hah, baru membayangkannya saja si joniku sudah kembali bangun. Sabar ya, Jon, habis ini kamu akan mendapatkan hakmu kok," gumam David sembari mengelus juniornya yang kembali membesar. David terus membayangkan betapa inginnya dia menikmati tubuh molek milik Sintia. Sembari mengelus si joni David terus saja membayangkannya. Hingga tanpa terasa sudah tidak lagi terdengar suara obrolan di luar sana. David pun akhirnya membuka pintu kamar secara perlahan agar tidak menimbulkan suara deritan karena memang pintunya sedikit berbunyi saat dibuka. Setelah memastikan semua aman, David berjalan perlahan menuju ruang keluarga dan benar sana kalau Sintia dan Arita sudah tidak ada di tempatnya. David kembali melangkah menuju kamar Arita. Ia akan memastikan terlebih dahulu kalau ibunya itu sudah tertidur pulas. David membuka perlahan pintu kamar Arita dan ia mengintip sang ibu yang sudah terlelap dengan matanya yang terpejam. Bahkan, Arita terdengar mendengku