Share

Bab 123

Penulis: Fahira Khanza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-20 09:48:35

SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKU

BAB 123

Raya sengaja menunjukkan raut wajah tidak sukanya agar Devid tahu jika dirinya tidak menginginkan kehadiran lelaki yang pernah menorehkan luka itu.

"Mau apa kamu ke sini!?" tanya Raya masih dengan nada yang menghentak. Namun, David mencoba menenangkan pikirannya.

'Sabar, semua butuh perjuangan. Kalau mau mengambil hati Raya haruslah sabar, setidaknya jika dia luluh dan mau rujuk kembali aku tidak akan hidup susah lagi' batin David.

"Raya, gimana kabarmu?" Raya mengernyitkan dahi sebab David terlihat sangat aneh. Lagian Raya juga tidak berminat beramah-tamah ria dengan David. Saat ini di hati dan otak janda cantik itu sudah tidak ada lagi nama dan sosok David yang tertancap dalam ingatannya.

"Sepetti yang kamu lihat. Aku sangat baik-baik saja, sudah kan itu saja? Kalau tidak ada yang penting lagi sebaiknya pulang karena aku sedang sibuk!" ketus Raya lagi. Wajahnya benar-benar tidak bersahabat. David masih berusaha tersenyum tidak terlalu ingin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 124

    SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 124Sudahlah aku sangat tahu siapa kamu dan bagaimana kami. Dulu kamu begitu mencintaiku jadi tak akan semudah itu kamu melupakanku bukan? Aku tahu hatimu hanyalah untukku.""Pulanglah! Kamu tidak diterima di sini! Bahkan seandainya di dunia ini hanya ada satu pria yaitu kamu. Aku jauh lebih memilih tidak akan menikah daripada harus kembali hidup dengan manusia seperti kamu!" Raya berbalik badan dan berniat ingin meninggalkan David. Namun, saat Raya berniat menutup pintu, David mencekal tangan itu dan ia mencengkramnya erat. Mata David sudah memerah. Sungguh David merasa ucapan Raya tadi adalah sebuah penghinaan baginya. "Kau harus menerimaku, apa pun alasannya. Kau adalah milikku dan akan tetap jadi milikku," desis David dengan rahang yang mengeras. Raya berusaha melepaskan genggaman tangan David pada tangannya tapi cengkraman itu sungguh kuat. "David lepas! Kau pikir kau siapa bisa memaksaku ha! Sampai kapan pun kau tidak akan bisa memaksaku un

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 125

    Hari terus berganti dengan hari, tak terasa waktu berjalan dengan begitu cepatnya. Kini dua bulan telah berlalu, sudah dua bulan pula Kevin belajar mengaji secara private. Kemajuan berkembang dengan pesat pada diri Kevin. Lelaki yang sebelumnya hanya bisa mengenali huruf hijaiyah satu per satu, kini sudah bisa membaca huruf-huruf itu yang terangkai. Ya, Kevin berhasil menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh sosok lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah calon ayah mertuanya. Meskipun ia belum terlalu fasih dalam membacanya, tapi Kevin sudah bisa melantunkan ayat demi ayat secara lancar. Sang ustadz yang merupakan sang guru pun mengacungkan jempolnya saat melihat perjuangan dan semangatnya dalam belajar. "Alhamdulillah, Nak Kevin sudah lancar membaca al-qur'an. Jangan lupa, setiao hari selalu luangkan waktu untuk melantunkan ayat-ayat-Nya ya, Nak Kevin," tutur Sang Ustadz setelah menyimak Kevin yang membaca alqur'an yang saat ini masih ada di hadapannya. "Iya, Pak Ustadz,"

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 126

    Tak bisa dipungkiri, degup jantung yang sempat normal itu kembali terasa berdebar. Hal itu tak hanya dirasakan oleh Kevin, Sintya yang saat ini duduk dengan kepala menunduk itu pun tak kalah berdebar. Hanya saja, Sintya memainkan ke sepuluh jemarinya untuk menyamarkan rasa gugupnya saya ini. Sang abah pun kembali membuka suara. "Sintya, ambilkan al-qur'an," pinta sang Abah. "Baik, Abah." Sintya bangkit dari tempat duduknya, sedangkan Kevin diantar oleh sang umi untuk mengambil air wudhu. Kevin mulai membuka sampul al-quran dan mencari surah Ar-Rahman yang diminta oleh calon mertuanya itu. Kevin mulai membaca bismillah, setelahnya ayat pertama surah tersebut mulai dilantunkan. Sang abah pun cukup puas dengan cara baca alqur'an Kevin. Memang belum sempurna, akan tetapi, lelaki tua itu cukup salut dengan semangat dalam diri Kevin dalam berusaha memenuhi persyaratan yang diberikan olehnya. Terlebih ia tahu betul kalau Kevin sama sekali tak bisa membaca al-qur'an, hanya mengenal seb

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 127

    Ada rasa tak enak sebenarnya meminta tenggat waktu yang lumayan lama yang Kevin rasakan. Tapi apa boleh buat, bagaimana pun juga Kevin merasa kalau restu dari ibunda angkat juga ia perlukan. "Baiklah kalau begitu. Abah kasih waktu dua bulan. Nanti, sekiranya Nak Kevin sudah mendapatkan restu dari ibunya, baru membahas soal tanggal pernikahan itu. Bagaimana?" Untuk ke sekian kalinya Kevin bernapas lega. "Baik, Abah. Secepatnya saya akan urus cuti dan pulang dan segera menyelesaikan urusan saya. Terima kasih atas kebesaran hati Abah." Sang abah pun menganggukkan kepala. ****Kevin menarik kopernya yang telah terisi penuh oleh pakaian dan perlengkapan pribadinya keluar dari rumah. Setelah memastikan pintu rumah sudah terkunci dengan sempurna, bergegas Kevin melangkah menuju ke arah di mana mobil taksi yang telah ia pesan untuk mengantarkannya ke bandara telah menunggu.Ya, Kevin akan pulang untuk mencari di mana keberadaan Arita. Ia hanya ingin meminta restu dari seseorang yang tel

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 128

    SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 128"Gimana melamar Raya kembali? Berhasil?" tanya Arita melihat David puoanh. Namun, David berdecak kesal karena pertanyaan Arira terdengar seperti ejekan. "Ibu ngejek aku?""Kok ngejek? Ibu kan cuma tanya apa ada yang salah?" "Ya pertanyaan Ibu terdengar seperti ejekan," ujar David sedikit ketus. Ia mendaratkan bokongnya di atas karpet tipis seharga 30 ribuan itu yang sengaja digelar di ruang tamu. "Kamu ini aneh, orang bertanya kok di kata ngejek. Tapi dari nada bicaramu yang terlihat kesal tebakan Ibu pasti kamu gagal kan?" "Ck, si Raya itu sangat sombong sekali. Mentang-mentang hidupnya enak dan aku blangsak begini dia seperti jijik saat melihat kedatanganku tadi." Arita menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak. "Ya wajar kalau Raya begitu sama kamu. Luka yang sudah kita torehkan padanya itu sangat fatal. Mungkin kalau Ibu ada di posisi dia Ibu bakal melakukan yang lebih dari sekedar menatap jijik. Mungkin Ibu akan menyirammu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 129

    Tentu saja hal itu membuat dada Kevin bergemuruh. Bahkan, tangannya sudah mengepal erat. Namun, Kevin mencoba menahan rasa kesabarannya karena tujuannya datang jauh-jauh ke kota kelahirannya bukanlah untuk mencari keributan melainkan untuk meminta doa restu. "Terserah Mas mau bilang apa yang penting aku minta alamat di mana Ibu tinggal.""Kalau aku gak mau kasih tau gimana?"Kevin bungkam dan belum menjawab ucapan David. Ingin sekali rasanya dia meninju wajah sok penting David. Kalau saja Kevin tidak ingat akan tujuannya. "Hahahaha tenang saja gak usah marah. Aku hanya bercanda, aku akan beritahu tapi ada syaratnya.""Apa?" tanya Kevin yang kini sudah bernada datar. Ekspresinya pun terkesan dingin. "Beri aku uang tiga juta maka akan aku berikan alamat di mana Ibu tinggal." Kevin kembali mengepalkan tangannya erat karena David yang mencoba memerasnya. "Sebegitu menyedihkannya kah kehidupan kamu sekarang ini, Mas? Sampai-sampai hanya uang tiga juta saja kau menggunakan Ibu untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 130

    SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 130"Apakah selama ini Ibu tinggal di sini?" gumam Kevin lirih. Setelah yakin kalau rumah sangat sederhana sekali itu adalah rumah ibu tirinya, Kevin bergegas turun dari dalam mobil yang ia tumpangi. Tai lupa ia membayar ongkos taksi online yang sudah ia ajak berkeliling sejak tadi tentunya dengan bayaran yang sesuai. "Pak ini ongkosnya," ucap Kevin seraya memberikan lima lembar merah pada supir taksi tersebut. "Waduh, Pak, saya tidak ada kembaliannya. Tarifnya cuma dua ratus ribu saja.""Itu buat Bapak.""Kebanyakan ini, Pak.""Gak apa-apa, anggap saja rezeki buat Bapak hari iji," ucap Kevin sembari mengulas senyum. "Alhamdulillah, terima kasih, Pak, semoga rezekinya berkah. Makin lancar dengan segala urusannya.""Terima kasih, Pak." Kevin membuka pintu mobio tersebut dan ia menurunkan kedua kakinya. Setelah ia kembali menutup pintu itu, mobil tersebut pun segera memutar balik dan pergi meninggalkan Kevin yang fokus melihat ke arah warung kecil

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 131

    SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 131"Ck, lebay banget sih. Pada tangis-tangisan begitu. Dikira lagi pada main sinetron apa."Ucapan David tentu saja membuat suasana yang mengharu biru bagi Kevin dan Arita menjadi terganggu. Kevin menatap David dengan tatapan datar sedangkan Arita melotot ke arah David. Namun, David acuh, ia sama sekali tidak mempedulikan arti tatapan ibunya itu. "Heh mana uang yang kamu janjikan buruan sini aku mau keliling lagi nih!" todong David pada Kevin mengenai uang tiga juta yang Kebin janjikan padanya setelah sampai ke alamat di mana Arita tinggal. Arita yang belum tahu tentang perjanjian Kevin dan David mengerutkan dahi dan sorot matanya pada Kevin seolah-olah penuh tanya tentang apa yang keduanya bicarakan. "Kalian ngomongin apa sih? Uang apa?" tanya Arita. "Mas David minta uang sama aku kalau aku mau tahu alamat di mana Ibu tinggal," jawab Kevin dengan entengnya. David tentu saja melotot ke arah nya karena tidak menyangka jika Kebin akan memberitahuka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22

Bab terbaru

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 308. Ending

    Beberapa bulan kemudianSuara tangisan bayi itu menggema memenuhi ruangan kamar bersalin. Raya meraup udara dalam-dalam, napasnya tersengal-sengal setelah melakukan proses melahirkan secara normal. Ravi yang saat ini berada di samping Raya, menangis tersedu-sedu kala sang istri berhasil melahirkan keturunannya. Bahkan, kali ini Ravi sedang merengkuh kepala sang istri. Air mata mengalir dengan begitu derasnya di kedua manik mata sepasang suami istri itu. "Selamat ya, Bu Raya dan Pak Ravi, bayinya berjenis kelamin laki-laki." Ravi melepaskan rengkuhan pada sang istri, sejenak mereka saling berpandangan. Terpancar suatu kebahagiaan dengan jelas pada wajah Raya dan juga Ravi. "Terima kasih, Sayang ...." Ravi mengelus pucuk kepala sang istri. Tenang Raya yang sepenuhnya belum pulih itu hanya merespon Ravi dengan anggukan kepala. Seorang dokter yang menggendong bayi mungil itu mendekat ke arah keduanya. "Lihatlah, bayinya sangat tampan." Sang dokter menunjukkan wajah bayi mungil itu.

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 307

    Bab 307Nora tersentak saat menyadari ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Ia berusaha meronta-ronta, dan meminta untuk dilepaskan. "Lepas! Lepas, nggak!" Nora berteriak keras tatkala menyadari kalau tubuhnya ditarik oleh seseorang.Mata wanita itu membola saat membalikkan wajahnya untuk melihat siapa yang melakukannya itu. Ia terbelalak, dan seketika rasa panik menggelayuti hatinya. Dia melihat ada delapan orang pria yang sudah mengerubunginya. Bau alkohol yang sangat menyengat langsung terhidu di hidungnya. Ya, orang-orang itu sedang mabuk rupanya. Dan, saat ini Nora adalah mangsa empuk dan lezat bagi mereka.Nora tak bisa membayangkan kalau malam ini dia akan menjadi pemuas nafsu bagi para lelaki mabuk itu. Ia tak pernah membayangkan akan digangbang masal oleh mereka."Pergi! Pergi kalian dari sini!" Nora berteriak setelah cukup lama mengumpulkan keberaniannya. Namun, teriakannya itu sama sekali tak berpengaruh pada mereka. Mereka hanya tertawa saja menanggapi teriakan Nora ya

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 306

    Bab 306Bryan melangkahkan kaki memasuki beranda rumahnya. Lelaki itu meletakkan kunci mobilnya pada meja hias yang terletak di bawah televisi kemudian melepaskan jaket kulitnya yang berwarna hitam.Kepalanya melihat ke arah lorong yang berjejer pintu-pintu kamar. “Nora,” panggilnya karena ingin segera melihat wajah wanita itu, lelaki itu merasa bosan seharian di luar dan dirinya ingin mendapat pelayanan dari Nora malam ini.Tak ada sahutan saat Bryan memanggil nama wanita itu. “Nora?” panggil Bryan lagi sambil berjalan menuju kamar wanita itu. “Nora? Kenapa dia tidak menjawab?” herannya mengetuk pintu kamar.Tok tok tok …Bryan mengetuk pintu itu sekali lagi dan memanggil-manggil nama wanita pemuas nafsunya itu. Karena lelaki itu tak kunjung mendapatkan sahutan, Bryan pun akhirnya membuka pintu kamar itu dengan paksa.Ketika pintu dibuka, Bryan mendapati ruangan kamar yang kosong tak ada orang. Barang-barang Nora tampak berceceran dan satu hal yang membuat kening Bryan mengkerut. “Pa

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 305

    "Tetapi sebelum itu, mungkin aku harus membersihkan diri dulu," gumam Nora saat menyadari tubuhnya sudah terasa begitu lengket. Tak ingin semakin membuang waktu, wanita itu pun segera mengambil handuknya yang masih tergantung di balik pintu kamar untuk kemudian melenggang memasuki kamar mandi.Sejenak Nora mengeluarkan senandungnya. Lalu, netra wanita itu tampak berkaca menanti kebebasan yang mungkin sebentar lagi akan dia rasakan."Seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Aku benar-benar menyesal karena telah menghabiskan waktu dengan hal penuh dosa ini. Ya Tuhan, masih berkenan kah Engkau memberikan maaf padaku?" gumam Nora yang kini tengah berdiri tepat di bawah guyuran air showernya. Nora benar-benar tak sabar untuk memulai hidup baru yang akan dia isi dengan banyak hal-hal positif.Selesai melakukan ritual mandinya, Nora pun segera bergegas menuju ranjang tidur kemudian pakaian bersihnya untuk kemudian dia kenakan. Nora menatap ke arah kamarnya sesaat. Ruang berukuran sedang ini

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 304

    Nora tidak sadrakan diri karena apa yang di lakukan Bryan kepadanya. Karena di tidak tahan dengan perlakuan Bryan yang membabi buta kepada Nora, membuat wanita itu berontak, akibatnya kepalanya terbentung kepala ranjang.Bryan langsung meninggalkan Nora begitu saja dan menyuruh anak buahnya untuk memanggilkan tenaga medis untuk menangani Nora. Sedangkan Bryan sendiri pergi entah kemana. Setelah puas melampiaskan hasratnya kepada Nora, lelaki itu merasa fresh dan siap menjalankan aktivitasnya.Sebenarnya Bryan juga sedikit heran dengan dirinya sendiri, entah sejak kapan dia sangat menikmati rasa sakit Nora, apalagi ketika gadis itu berteriak-teriak meminta berhenti dan menyudari permainan mereka, Bryan malah merasa terpacu dan tidak ingin berhenti. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa.Keesokan harinya Nora siuman dalam keadaan tidak bisa berjalan, dia juga merasa tenaganya habis terkuras serasa habis berlari ratusan kilometer.“Aku di mana? Apa yang terjadi padaku?” batin Nora sem

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 303

    Malam ini, Nora tampil cantik dengan pakaian ketat dan belahan dada rendah. Dia menggunakan lipstik merah merona yang melapisi bibirnya, kalung cantik yang berkilauan, dan sepatu hak tinggi kulit hitam yang membuat kakinya terlihat berjenjang luar biasa.Rambutnya yang gelap dan tebal jatuh hingga ke tengah punggungnya. Sebatang rokok tergantung bebas dari antara bibirnya, sementara dia berjalan dengan sedikit berlenggak-lenggok. Ketika Nora melangkah memenuhi panggilan Brian, pinggulnya bergoyang sangat menawan.Sang Germo itu memandangnya seolah Nora berjalan dalam gerakan lambat. Nora memanglah sangat cantik dan tidak ada yang akan tahu tentang fakta bahwa dia adalah seorang wanita penghibur yang sebenarnya, jika mereka tidak melihatnya di tempat prostitusi.Seorang pelanggan dengan ekspresi wajah terlalu sumringah datang."Selamat malam, Pak?" sapa Brian tak kalah cerianya.Tentu saja dia menyambut dengan ramah sosok pria yang sudah pasti akan menyumbangkan pundi-pundi yang cukup

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 302

    Bab 302“Please, berhenti, Bryan.” Nora ngos-ngosan dan kesulitan mengambil napas karena sejak tadi Bryan meneruskan ritme goyangan pinggulnya hingga keperkasaan lelaki itu menusuk masuk ke dalam milik sang wanita.“Diamlah! Nikmati saja!” desah Bryan yang kian mempercepat temponya. Lelaki yang posisinya berada di atas itu menopang tubuhnya dengan kedua lengan kekar yang ada di kedua sisi bahu Nora. Bryan menatap wajah Nora dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.“T-tapi, ini sudah ronde … ah entahlah, entah ronde keberapa dalam hari ini!” jerit Nora meremas bantal yang mengalasi kepalanya. Dia memicingkan mata menahan rasa perih yang mulai menjalar pada bagian miliknya. Barangkali miliknya akan lecet setelah pergerumulan ini.“Sudah aku bilang! Aku masih belum puas dan ingin terus kau puaskan,” tukas Bryan dengan nada baritonnya. Suaranya yang berat membuat Nora terpaksa menyerah dan membiarkan tubuhnya terus terlentang dengan Bryan yang mendominasinya.Sudah sejak tiga jam lalu

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 301

    Bab 301“Iya, cuih!” Mira melepeh makanan yang dibuat Amanda setelah sang ibu memaki masakan wanita itu. Dia mengambil tisu dan mengelap sisa makanan di mulutnya.Mira juga mendorong piringnya agar menjauhi pandanganya hingga membuat perasaan Amanda sangat tersakiti dibuatnya.“Maaf, Kak, Mama.” Amanda menunduk masih dengan mengenakan celemek dapur yang melilit pingganya. Dia terduduk di bangku meja makan dan tak mampu mengangkat wajahnya sama sekali.Sang ibu juga jadi tidak selera makan. Sejujurnya dia kesal bukan perkara masakan yang dibuat Amanda, namun omongan tetangga yang tadi dia dengar ketika arisan di rumah salah satu keluarga kaya.“Ibu benar-benar tidak tau lagi bagaimana harus menghadapi kamu, Amanda,” ujar sang Ibu menghela napasnya dengan kasar. Dia memukul-mukul dadanya yang terasa seksak. “Kamu bisanya bikin ibu menderita saja!”Air mata Amanda kembali berlinang. Terserah bila kakak-kakaknya terdengar begitu membencinya, tapi kini ibunya juga ikut kecewa padanya dan m

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 300

    Amanda memasang wajah sedihnya. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Tak punya tempat tinggal dan harta. Sama sekali tak pernah terbesit di pikiran jika pada akhirnya nasib yang dia alami akan sesial ini.Amanda menatap kedua saudaranya secara bergantian. Hal itu justru membuat Rudi dan Mira merasa semakin muak. "Ada apa lagi? Mau bicara apa lagi? Masih mau mengelak dan mengatakan kalau semua ini adalah milikmu? Iya!" sentak Mira seolah tak ingin memberikan kesempatan bagi Amanda untuk bicara.Dulu dia sangat menyukai adiknya ini, bagaimana pun Amanda adalah mesin uang yang mudah dimanfaatkan. Amanda selalu siap sedia kala saudaranya membutuhkan pinjaman. Bahkan Amanda tak segan memberikan uang secara cuma-cuma untuk sanak saudaranya yang kekurangan.Namun nyatanya semua kebaikan Amanda itu tak membuat kedua kakaknya merasa harus berbalas budi dan bersikap baik pada Amanda yang sekarang sepertinya telah jatuh miskin. Justru mereka merasa muak dan tak sudi berbaur de

DMCA.com Protection Status