#SKDYPart 87 Di Rumah SarahRahma terdiam sejenak. "Ke rumah mbak Sarah sama—""Sarah?" aku terbelalak mendengar ucapan Rahma barusan. Mau apa mas Umair ke rumah Sarah sore-sore begini? Ah, ini tak bisa dibiarkan. Bisa-bisanya mas Umair pergi ke rumah janda tanpa diriku. Menyebalkan. "Iya, Mbak. Tapi gak—""Yaudah, Mbak susul aja sekarang. Makasih, ya." Aku berlalu begitu saja meninggalkan Rahma yang sekilas malah terlihat kebingungan."Rahma kenapa, ya?" gumamku sembari terus berjalan menuju rumah Sarah. Sesampainya aku di depan rumah Sarah mas Umair beserta abi dan umi keluar. Lalu ada juga pak RT dan istrinya yang mengikuti dari dalam, begitu juga dengan Sarah. Aku semakin bingung dengan kehadiran pak RT juga istrinya tersebut. Apa yang mereka lakukan pada Sarah di jam malam seperti ini? Melabrak? Mas Umair yang menyadari kedatanganku ia malah melempar senyum manis seperti biasa yang ia lakukan. Seakan memberi tanda bahwa semuanya baik-baik saja. "Nanti suamimu akan jelaskan d
#SKDYPart 87 KemenanganAku pun hanya menurut dengan ucapan suamiku itu meski sebetulnya dalam hati masih ada rasa kebingungan. Tapi mengingat mas Umairlah yang mengatur semuanya aku pun tak bisa berkata atau membantahnya. ***Keesokan harinya saat aku dan mas Umair tengah bersantai di teras depan kami disuguhkan pemandangan dimana Sarah sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam mobil. Padahal waktu masih sangat pagi. Entah akan kemana Sarah pergi kali ini. Aku dibuat bertanya-tanya mengapa Sarah melakukan hal demikian sembari sesekali melihat aku dan mas Umair yang masih menikmati suasana. "Bagaimana? Kita menang 'kan?" mas Umair menyeruput tehnya. Aku menoleh pada mas Umair. Jadi ini tujuan mengapa tiba-tiba suamiku ini mengajakku bersantai di waktu pagi yang mana hal seperti ini sangat jarang kami lakukan. Mas Umair ingin menunjukkan kemenangannya atas Sarah dan Mbak Sinta.Pantas saja tadi malam saat aku menagih agar mas Umair memberitahukanku tentang pertemuannya dengan Sara
#SKDYPart 88 Setelah Kepergian SarahAku mengangguk pelan mendengar penjelasan mas Uamir. Masuk akal juga apa yang dikatakan suamiku barusan. "Gak usah ngelabrak-ngelabrak kayak di sinetron, bikin malu sendiri dan seperti itu tuh cara yang gak elegan dalam menangani masalah," tambah mas Umair yang membuatku menautkan kedua alisku. Darimana suamiku itu bisa beranggapakan seperti itu? Ada-ada saja. ***Beberapa hari berlalu setelah kepergian Sarah memang membuat keadaan keluargaku kembali tenang dan normal. Tapi tidak dengan Shaka yang sering kali bertanya tentang Romi yang tak pernah lagi datang ke rumahnya. Aku menghela napasku. "Romi 'kan sudah pergi ikut mamanya. Lagian 'kan temen Shaka banyak. Gak usah sedih lagi, ya." Aku mengusap lembut kepala anakku itu. Berharap Shaka bisa melupakan Romi selamanya. Karena tak mungkin Shaka dan Romi akan bertemu kembali karena adanya surat perjanjian yang melibatkan aku dan mas Umair dengan Sarah. Begitulah jawaban yang ku berikan pada Romi
#SKDYPart 89 Gagal Panen Disaat Rima menyadari kalau aku memandanginya, ia malah membalas pandanganku sembari melambaikan tangannya. Aku tercengang sekaligus kebingungan. Jika ia Rima yang ku maksud sungguh terlalu karena berani menunjukkan ekspresi wajah tak bersalah karena sudah membohongiku dan keluargaku. Tapi jika bukan ... Ah, tak mungkin aku salah melihat. Kejadian itu pun aku menceritakannya pada mas Umair. Tetapi suamiku itu malah tak menanggapinya bahkan memintaku untuk mengecek keadaan Shaka dengan dalih takut anaknya belum tidur karena waktu sudah semakin malam. Sikapnya membuatku kesal namun karena ketidakberdayaanku aku pun hanya bisa menuruti apa perkataannya. Saat hendak menuju kamar Shaka tak sengaja aku melihat abi dan umi yang terduduk di ruang tengah. Melihat garis wajah kedua mertuaku itu aku merasa ada yang berbeda kali ini. Mereka tampak seperti sedang menghadapi masalah yang cukup besar. Terlihat dari abi yang terus-terusan memijat keningnya. Sedangkan umi
#SKDYPart 90 Mulai Bangkit Seketika aku menatap keheranan pada suamiku ini. Entah apa yang ada di pikirannya bisa menyatakan kalau ada yang mau membeli sawah adalah masalah. Bukankah itu sebuah keberuntungan? Apalagi disaat kondisi kami yang sangat membutuhkan dana untuk menutupi segala kerugian yang ada. Lagipula harga satu sawah milik mas Umair yang berukuran lumayan besar itu aku rasa akan lebih dari cukup. "Orang itu maunya membeli semua sawah kita," ujar umi yang lantas membuatku menoleh kearahnya. "Jual semuanya atau tidak sama sekali. Katanya begitu," tambah umi. Aku tertegun mendengar apa yang dikatakan umi barusan. Ada orang seperti itu? Bagiku itu bukan membeli ataupun memberi solusi, melainkan merebut usaha mas Umair namun secara halus. Kalau orang kaya itu bisa membeli semua sawah, kemungkinan besar ia juga berkeinginan untuk membeli tempat penggilingannya. Otomatis usaha milik suamiku akan berhenti. Sekarang aku mulai mengerti kepenatan yang menimpa suamiku. Dilain s
#SKDYPart 91 Mendatangi Rumah Calon Penyewa SawahAbi lantas melanjutkan bicaranya kalau orang kaya yang akan menyewa sawah tersebut ingin bertemu mas Umair dan aku secepatnya. Mas Umair pun menyetujuinya dan berencana akan datang ke rumahnya besok yang kebetulan adalah hari libur ia mengajar.Aku sendiri malah jadi penasaran siapa orang kaya tersebut. Sepertinya ia begitu terobsesi dengan sawah milik mas Umair. Dan lagi, sebanyak apa tanaman yang akan ia tanam sehingga satu sawah saja tak cukup. ***Ketika sampai di alamat yang dituju aku dan mas Umair tercengang kala melihat rumah besar di hadapan kami. Sebab mas Umair tahu kalau rumah besar tersebut dulu adalah tempat tinggal mertua Rima. Wanita yang pernah dekat dengannya sebelum ia menikah. Namun, kata mas Umair rumah di depannya ini dulu berukuran kecil dan semegah seperti yang saat ini kami lihat. Aku dan mas Umair mendadak takut jika kami salah alamat. "Kamu yakin alamatnya ini, Mas?" tanyaku pada mas Umair yang terlihat k
Aku terus saja melakukan aktivitasku hingga pada akhirnya tanpa sengaja tiba-tiba netraku terhenti pada satu foto pengantin berukuran besar di ruang sebelah. Aku terus memperhatikan foto pengantin tersebut. Merasa heran karena dari foto itu aku melihat antara pengantin lelaki dan pengantin perempuannya tampak adanya perbedaan usia yang sangat jauh. Ditambah aku merasa seperti pernah melihat foto pengantin perempuan tersebut. "Dik!" suara mas Umair tiba-tiba membuyarkan tatapanku pada foto itu. "Sini!" mas Umair memintaku untuk kembali duduk. Dengan langkah malas aku pun menuruti permintaan mas Umar. Meski sebetulnya dalam hati masih memikiran sosok pengantin perempuan yang ada di foto tadi. Ah, aku benar-benar merasa pernah melihatnya. Tapi di mana dan kapan aku betul-betul tak bisa mengingatnya. Aku melirik kesal sembari mendudukkan kembali tubuhku di samping suamiku. Ingin bercerita tentang apa yang barusan ku lihat, tetapi pasti responnya tak sesuai dengan yang ku harapkan. Perc
#SKDYPart 92 Bukan Rima? Ketika hendak pamit pulang, bersamaan pula adanya mobil yang memasuki halaman rumahnya pak Budi. Kata pak Budi itu adalah istrinya yang baru saja pulang lantaran tadi sempat pergi karena ada sebuah urusan. Si istri pun keluar dari mobilnya yang seketika membuatku dan mas Umair terkejut. Terkejut bukan karena dandanannya, melainkan karena kami tahu perempuan tersebut yang ternyata adalah Rima. Wanita yang pernah mampir dalam kehidupan rumah tangga kami. Seketika aku menelan ludahku secara kasar. Teringat kembali wanita yang ku kira Rima saat aku menjemput Shaka di sekolah barunya beberapa hari yang lalu. Dan kini terjawab sudah jika wanita tersebut benarlah Rima, dan lelaki yang membersamainya kemarin mungkin saja adalah pak Budi. Dan yang semakin membuatku terkejut lagi adalah aku baru menyadari kalau sebetulnya kerja sama antara mas Umair dan pak Budi itu artinya kami bekerja sama juga dengan Rima. Ah, rasanya seperti terjebak dalam kandang buaya. Ya, bu