#SKDYPart 90 Mulai Bangkit Seketika aku menatap keheranan pada suamiku ini. Entah apa yang ada di pikirannya bisa menyatakan kalau ada yang mau membeli sawah adalah masalah. Bukankah itu sebuah keberuntungan? Apalagi disaat kondisi kami yang sangat membutuhkan dana untuk menutupi segala kerugian yang ada. Lagipula harga satu sawah milik mas Umair yang berukuran lumayan besar itu aku rasa akan lebih dari cukup. "Orang itu maunya membeli semua sawah kita," ujar umi yang lantas membuatku menoleh kearahnya. "Jual semuanya atau tidak sama sekali. Katanya begitu," tambah umi. Aku tertegun mendengar apa yang dikatakan umi barusan. Ada orang seperti itu? Bagiku itu bukan membeli ataupun memberi solusi, melainkan merebut usaha mas Umair namun secara halus. Kalau orang kaya itu bisa membeli semua sawah, kemungkinan besar ia juga berkeinginan untuk membeli tempat penggilingannya. Otomatis usaha milik suamiku akan berhenti. Sekarang aku mulai mengerti kepenatan yang menimpa suamiku. Dilain s
#SKDYPart 91 Mendatangi Rumah Calon Penyewa SawahAbi lantas melanjutkan bicaranya kalau orang kaya yang akan menyewa sawah tersebut ingin bertemu mas Umair dan aku secepatnya. Mas Umair pun menyetujuinya dan berencana akan datang ke rumahnya besok yang kebetulan adalah hari libur ia mengajar.Aku sendiri malah jadi penasaran siapa orang kaya tersebut. Sepertinya ia begitu terobsesi dengan sawah milik mas Umair. Dan lagi, sebanyak apa tanaman yang akan ia tanam sehingga satu sawah saja tak cukup. ***Ketika sampai di alamat yang dituju aku dan mas Umair tercengang kala melihat rumah besar di hadapan kami. Sebab mas Umair tahu kalau rumah besar tersebut dulu adalah tempat tinggal mertua Rima. Wanita yang pernah dekat dengannya sebelum ia menikah. Namun, kata mas Umair rumah di depannya ini dulu berukuran kecil dan semegah seperti yang saat ini kami lihat. Aku dan mas Umair mendadak takut jika kami salah alamat. "Kamu yakin alamatnya ini, Mas?" tanyaku pada mas Umair yang terlihat k
Aku terus saja melakukan aktivitasku hingga pada akhirnya tanpa sengaja tiba-tiba netraku terhenti pada satu foto pengantin berukuran besar di ruang sebelah. Aku terus memperhatikan foto pengantin tersebut. Merasa heran karena dari foto itu aku melihat antara pengantin lelaki dan pengantin perempuannya tampak adanya perbedaan usia yang sangat jauh. Ditambah aku merasa seperti pernah melihat foto pengantin perempuan tersebut. "Dik!" suara mas Umair tiba-tiba membuyarkan tatapanku pada foto itu. "Sini!" mas Umair memintaku untuk kembali duduk. Dengan langkah malas aku pun menuruti permintaan mas Umar. Meski sebetulnya dalam hati masih memikiran sosok pengantin perempuan yang ada di foto tadi. Ah, aku benar-benar merasa pernah melihatnya. Tapi di mana dan kapan aku betul-betul tak bisa mengingatnya. Aku melirik kesal sembari mendudukkan kembali tubuhku di samping suamiku. Ingin bercerita tentang apa yang barusan ku lihat, tetapi pasti responnya tak sesuai dengan yang ku harapkan. Perc
#SKDYPart 92 Bukan Rima? Ketika hendak pamit pulang, bersamaan pula adanya mobil yang memasuki halaman rumahnya pak Budi. Kata pak Budi itu adalah istrinya yang baru saja pulang lantaran tadi sempat pergi karena ada sebuah urusan. Si istri pun keluar dari mobilnya yang seketika membuatku dan mas Umair terkejut. Terkejut bukan karena dandanannya, melainkan karena kami tahu perempuan tersebut yang ternyata adalah Rima. Wanita yang pernah mampir dalam kehidupan rumah tangga kami. Seketika aku menelan ludahku secara kasar. Teringat kembali wanita yang ku kira Rima saat aku menjemput Shaka di sekolah barunya beberapa hari yang lalu. Dan kini terjawab sudah jika wanita tersebut benarlah Rima, dan lelaki yang membersamainya kemarin mungkin saja adalah pak Budi. Dan yang semakin membuatku terkejut lagi adalah aku baru menyadari kalau sebetulnya kerja sama antara mas Umair dan pak Budi itu artinya kami bekerja sama juga dengan Rima. Ah, rasanya seperti terjebak dalam kandang buaya. Ya, bu
#SKDYPart 93 RantanganBiarpun mas Umair menganggap jika Tiyas bukanlah Rima, itu bertanding terbalik denganku yang tetap berkeyakinan jika Tiyas adalah Rima. Hanya saja yang membuatku bingung mengapa ia tak mengenaliku dan mas Umair? Padahal aku merasa wajah dan penampilanku tidak berubah meski sudah bertahun-tahun lewat. Aku bertekad akan membuktikan pada mas Umair jika Tiyas memanglah Rima. Ini semua ku lakukan hanya untuk memastikan rumah tanggaku tetap aman. Mengingat dulu Rima pernah berpura-pura berubah dengan tujuan yang tidak baik. Dan aku tak ingin hal itu terjadi lagi. ***Saat akan menjemput Shaka aku sengaja datang lebih awal. Berharap akan bertemu dengan Tiyas yang ku yakini adalah Rima. Dari sinilah akan ku selidiki siapa wanita tersebut sebenarnya. Entah mengapa aku begitu antusias saat murid-murid di sekolah TK ini sudah berhamburan ketika melewati pintu kelas. Pandanganku terus-menerus menatap setiap anak yang keluar dari kelas. Bukan mencari Shaka, melainkan ka
Dengan senyum mengembang aku pun menerima rantangan tersebut. Semangatku untuk menyusul mas Umair kembali berkobar sebab dengan rantangan ini yang bisa kujadikan sebagai alasan aku menyusulnya. ***Sesampainya aku di rumah pak Budi dan baru melewati pagar rumahnya, aku pun dibuat tertegun karena pemandangan di mini taman depan rumah ini. Bukan karena keindahannya melainkan adanya mas Umair yang tengah mengobrol dengan Tiyas tanpa ada orang lain yang membersamainya. Bukankah hal yang demikian dilarang dalam agama karena mereka bukan mahram? Sekalipun jarak mereka berjauhan tetap saja apa yang mereka lakukan tidak akan bisa dibenarkan. Aku sampai tak habis pikir mengapa suamiku bisa bertindak seperti itu padahal selama ini aku selalu menganggap kalau ilmu agama mas Uamir lebih baik dariku. Dan yang membuatku semakin kecewa adalah mas Umair sama sekali tak menyadari kehadiranku. Atau jangan-jangan telinga suamiku itu sudah mulai tuli! Dengan penuh keterpaksaan aku pun mencoba menahan
#SKDYPart 94 Tiyas Adalah ... "Aku tau kalau dia Rima!" mas Umair membalap sepeda motorku lalu membiarkanku terngiang-ngiang dengan ucapannya barusan. Apa aku tak salah dengar? Aku pun mencoba menambah laju sepeda motorku sembari terus menatap punggung mas Umair yang sudah agak jauh di depan. Sebetulnya suamiku itu melajukan sepeda motornya tak begitu kencang namun entah mengapa aku malah merasa melambat hingga tak bisa menyusulnya. Padahal batinku sudah rewel ingin memastikan ucapannya tadi. Ah, mas Umair! Hingga sampai rumah pun aku tetap tak bisa menyusul sepeda motor mas Umair. Alias kalah. Amat terasa aneh karena aku sudah sekuat tenaga berusaha menyalip laju kendaraan suamiku itu. Atau jangan-jangan memang aku nya saja yang tak bisa melaju sekencang mas Umair. ***"Maksud ucapanmu tadi apa, Mas?" tanyaku pada malam harinya disaat aku dan mas Umair bersiap untuk tidur. Bukannya langsung menjawab pertanyaanku mas Umair malah menarik selimut dan menyandarkan tubuhnya pada san
#SKDYPart 95 Mencurigai Seseorang Sebab selama ini aku dan mas Umair tahu kalau Rima itu begitu terobsesi pada mas Umair. Terbukti dari berbagai caranya dimasa lalu yang selalu berusaha untuk mendekati mas Umair bahkan disaat ia masih berstatus suami orang. Ditambah saat mas Umair mendatangi rumah pak Budi tadi sore, suamiku itu mengatakan jika Rima lah yang mengusulkan pada pak Budi untuk menyewa sawah-sawah kami. Mendengar hal demikian pun aku yakin jika ini adalah salah satu caranya untuk kembali mendekati mas Umair. Astagfirullah, kenapa harus ada calon pelakor yang kembali muncul dalam kehidupan rumah tanggaku? ***Mas Umair juga menambahkan jika sebetulnya pertemuannya tadi sore dengan pak Budi karena istrinya lah yang berkeinginan. Dan dari situlah mas Umair yakin jika Tiyas adalah Rima.Sebab, sebelumnya saat pertama kali mas Umair melihat istri pak Budi tersebut, ia juga mencurigai jika Tiyas adalah Rima. Namun karena tak mempunyai bukti apapun, mas Umair memilih diam dan