Share

Di Rumah Pak Budi

Dengan senyum mengembang aku pun menerima rantangan tersebut. Semangatku untuk menyusul mas Umair kembali berkobar sebab dengan rantangan ini yang bisa kujadikan sebagai alasan aku menyusulnya.

***

Sesampainya aku di rumah pak Budi dan baru melewati pagar rumahnya, aku pun dibuat tertegun karena pemandangan di mini taman depan rumah ini. Bukan karena keindahannya melainkan adanya mas Umair yang tengah mengobrol dengan Tiyas tanpa ada orang lain yang membersamainya. Bukankah hal yang demikian dilarang dalam agama karena mereka bukan mahram? Sekalipun jarak mereka berjauhan tetap saja apa yang mereka lakukan tidak akan bisa dibenarkan.

Aku sampai tak habis pikir mengapa suamiku bisa bertindak seperti itu padahal selama ini aku selalu menganggap kalau ilmu agama mas Uamir lebih baik dariku. Dan yang membuatku semakin kecewa adalah mas Umair sama sekali tak menyadari kehadiranku. Atau jangan-jangan telinga suamiku itu sudah mulai tuli!

Dengan penuh keterpaksaan aku pun mencoba menahan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status