“Tadi Tuan Danu menelepon Anda berulang kali, Nona,” ujar Lisa.
Kini tinggal mereka berdua, Danu dan Bu Fatma sudah berlalu pergi. Arum hanya diam sambil menghela napas panjang.
“Saya sengaja menolak kemudian mematikan ponselnya. Maafkan, saya. Saya benar-benar bingung, Nona.”
Arum mengulum senyum sambil mengelus lembut bahu Lisa.
“Iya, gak papa. Aku yang terima kasih karena sudah merepotkanmu.”
Lisa tersenyum sambil menggelengkan kepala. “Tidak, Nona. Ini sudah tugas saya. Jangan sungkan untuk minta bantuan saya lagi.”
Selang beberapa saat, Arum sudah kembali melakukan syuting. Kali ini Nadia yang duduk tidak jauh darinya terlihat kesal. Bahkan setiap Arum memberi komentar untuk finalis, Nadia langsung menentangnya. Seakan ada dua kubu di atas panggung. Arum tidak mempedulikannya. Dia berusaha obyektif dan melakukan tugasnya sebaik mungkin.
Beberapa jam kemudian syuting berakhir. Mereka
“Eng … maksud saya. Saya tidak tahu dia sudah datang atau belum. Anda tahu sendiri kalau saya tadi masih menemani Nona Anjani,” jelas Lisa.Ia sebisa mungkin memberi alasan agar tidak membuat Danu curiga. Lisa juga tidak tahu jika Danu pernah mengantar Arum ke apartemennya. Itu sebabnya Lisa sedikit bingung.Danu menghela napas panjang sambil menatap Lisa dengan kecewa.“Baik kalau begitu saya permisi pulang dulu. Padahal saya berharap bisa menemuinya tadi, tapi ini sudah terlalu malam untuk bertamu. Saya permisi.”Danu berpamitan dan gegas berlalu pergi. Lisa hanya diam mematung sambil menganggukkan kepalanya. Selang beberapa saat Lisa sudah berada di kabin apartemennya tampak sedang melakukan panggilan ke Arum.Namun, begitu lama Lisa menunggu masih belum ada jawaban dari Arum.“Sepertinya Nona Anjani sudah beristirahat. Aku ceritakan tentang hal ini besok pagi saja.”Lisa menguap lebar sam
“Nona Anjani hendak menga--Hmmffppft … .” Suara Lisa terhenti karena Arum sudah menutup mulut asistennya dengan tangan.Arum melotot ke arah Lisa sambil menggelengkan kepala seakan sedang memberi isyarat untuk menghentikan ulah Lisa. Lisa hanya mengerjapkan mata sambil menganggukkan kepala. Kemudian perlahan Lisa menunjukkan ponselnya ke arah Arum.Arum langsung terbelalak kaget saat melihat tidak ada panggilan yang sedang berlangsung di ponsel Lisa. Asistennya tadi sengaja mengerjai Arum dan sepertinya Arum sudah terpancing.“LISA!!! Kamu usil sekali. Pagi-pagi sudah menipuku!!!” omel Arum.Lisa tertawa kesenangan. Tadi ponselnya memang berbunyi karena alarm dan Lisa sengaja memasang nada alarm sama dengan nada dering panggilannya.“Maaf, Nona. Saya hanya tidak ingin melihat Anda tegang terus beberapa hari ini.”Arum akhirnya ikut tersenyum setelah mendengar penjelasan Lisa. Gara-gara banyaknya ker
“Sudah, jangan meracau!! Kamu tidak ingin kita datang terlambat, kan?” ucap Arum.Danu menghela napas panjang sambil menatap tajam ke arah Arum. Arum buru-buru melengos dan mengalihkan pandangannya dari Danu. Danu hanya diam dan memaklumi sikap Arum. Ia sudah membuka pintu mobil dan menyilakan Arum masuk.Sepanjang perjalanan mereka saling diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hanya saja berulang kali Danu mencuri pandang ke arah Arum. Sama seperti yang dilakukannya tadi.“Apa Nona Anjani sudah memberi tahu apa yang harus kamu lakukan?” Danu membuka pembicaraan.“Iya. Beliau sudah memberitahu,” jawab Arum datar. Ia menjawab tanpa menoleh ke arah Danu.Danu hanya diam sambil manggut-manggut. Kemudian melirik ke arah Arum lagi.“Kalau boleh tahu sejak kapan kamu bisa berpenampilan seperti ini? Apa Nona Anjani yang mengajarimu juga?”Arum berdecak, sebuah senyum masam tergambar jelas
“WAH!!! Ternyata tepat dugaan saya. Kalian berdua sepasang kekasih rupanya,” sahut Bu Retno.Danu tersenyum cengengesan sedangkan Arum hanya diam sambil melirik sinis ke arah Danu. Sepertinya Danu tahu reaksi Arum. Ia buru-buru membuka suara kembali.“Belum, Bu. Namun, doakan segera ke arah sana.” Danu berkata sambil membalas tatapan Arum.Arum hanya diam dan pura-pura fokus dengan makanannya. Mereka kembali sibuk membicarakan bisnis lagi. Baru sekitar pukul setengah sepuluh, Arum dan Danu keluar dari restoran tersebut. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran.“Antar aku ke kantor lagi saja, Mas. Ada yang harus aku ambil,” pinta Arum.Danu hanya manggut-manggut sambil membukakan pintu mobil untuknya. Selang beberapa saat, mereka sudah tiba di kantor Arum. Arum bergegas membuka seat belt hendak turun. Namun, sesaat sebelum turun ia menoleh ke Danu.“Kamu bisa langsung pulang, Mas. Gak perlu menungg
“Eng … Nona Anjani membutuhkanku. Itu sebabnya aku ke sini,” jawab Arum.Danu mengernyitkan alis dengan tatapan mata elangnya nan tajam menghujam ke Arum. Arum buru-buru memalingkan wajah dan melihat pintu lift terbuka. Ia bergegas masuk ke dalam lift tanpa menunggu jawaban dari Danu. Tanpa diduga Danu malah ikut masuk ke dalam lift.Arum tercengang dan menatap Danu dengan bingung.“Kamu ngapain ikut masuk? Ini sudah malam, Mas. Kamu seharusnya pulang,” protes Arum. Namun, sepertinya hal itu diabaikan oleh Danu. Ia malah menekan tombol lift agar menutup pintunya.“Berapa lantai tempat Nona Anjani berada?”Arum berdecak, tapi tangannya sudah terulur menekan sebuah nomor di sana. Danu hanya diam sambil melipat tangan memperhatikan Arum.“Aku mau bertemu Nona Anjani dan mengatakan hasil pertemuan kita tadi.” Akhirnya Danu bersuara setelah terdiam beberapa saat.Arum menoleh ke
“Nona, kenapa Anda mencurigai saya?” sergah Lisa.Arum tidak menjawab hanya mengendikkan bahu dengan tatapan penuh curiga ke arah Lisa.“Aku tidak mencurigaimu. Aku hanya bertanya.”Lisa menghela napas panjang dan meletakkan kotak coklat di dekat Arum. Arum terdiam, melirik dengan air liur yang tertahan di mulutnya. Lisa hampir tertawa melihat reaksi bosnya, tapi dia pura-pura tidak melihat.“Saya tidak memberitahu tentang hal ini ke Tuan Danu. Mungkin beliau mencari tahu sendiri. Bukankah kalau orang jatuh cinta pasti akan melakukan apa saja untuk menyenangkan pujaan hatinya.”Arum langsung bergidik geli saat mendengar Lisa berkata seperti itu.“Jangan bilang kalau dia sedang jatuh cinta padaku, Lisa? Geli aku mendengarnya.”Lisa tersenyum lebar dengan mata mengerling genit. “Geli atau suka, Nona?”Arum melotot dan ulahnya dijawab tawa cekikikan Lisa. Tanpa menunggu j
“Nona Nadia, kita harus berangkat!!” seru seorang wanita paruh baya.Nadia terkejut dan urung melangkah masuk ke ruangan Danu. Hatinya sakit usai mendengar ucapan Danu tadi. Jika Nadia menanggapinya, ujung-ujungnya dia akan bad mood dan tentu saja ini berpengaruh pada aktivitasnya hari ini.Nadia menghela napas panjang sambil menyeka buliran bening yang siap luruh perlahan dari sudut matanya. Ia membalikkan badan dan berjalan lebih dulu. Di belakang, sang Asisten mengikuti sambil setengah berlari.Pukul enam sore, saat Danu meninggalkan kantornya. Danu sengaja mengemudi mobil sendiri kali ini menuju rumah mode Arum. Sebelumnya Danu sudah mengirim pesan ke Lisa agar menunda kepulangan Arum lebih awal. Sepertinya asisten Arum itu sengaja bekerja sama dengan Danu hari ini.“Lisa, aku mau pulang dulu, ya?”Arum sudah mematikan laptop dan sibuk merapikan pekerjaannya. Lisa bergegas masuk ke ruangan Arum sambil membawakan beberapa
“APA!!?” seru Arum.Ia sangat terkejut saat Danu tiba-tiba mengutarakan perasaannya. Ini adalah pernyataan yang ia tunggu sejak lama saat lima tahun lalu, saat mereka masih berstatus suami istri. Namun, saat Danu mengatakannya sekarang, Arum tidak tahu harus menjawab apa.Dengan gerak cepat, Arum langsung menarik tangannya dari cekalan Danu. Lalu tanpa pamit, dia bangkit dan berlalu pergi meninggalkan Danu.Danu hanya diam tertegun melihat punggung Arum yang menjauh. Memang film pendek itu sudah selesai diputar dan ini saatnya memberi sambutan. Itu sebabnya Danu tidak bisa meninggalkan studio bioskop itu begitu saja untuk mengejar Arum.“Pak, silakan maju ke depan!!” ujar Firman membuyarkan lamunannya.Danu tidak bersuara hanya menganggukkan kepala. Sementara itu mata Firman tampak beredar seakan sedang mencari seseorang. Danu melihat reaksi Firman.“Arum sedang ke toilet, Firman.” Danu kali ini terpaksa m