“Nona, kenapa Anda mencurigai saya?” sergah Lisa.
Arum tidak menjawab hanya mengendikkan bahu dengan tatapan penuh curiga ke arah Lisa.
“Aku tidak mencurigaimu. Aku hanya bertanya.”
Lisa menghela napas panjang dan meletakkan kotak coklat di dekat Arum. Arum terdiam, melirik dengan air liur yang tertahan di mulutnya. Lisa hampir tertawa melihat reaksi bosnya, tapi dia pura-pura tidak melihat.
“Saya tidak memberitahu tentang hal ini ke Tuan Danu. Mungkin beliau mencari tahu sendiri. Bukankah kalau orang jatuh cinta pasti akan melakukan apa saja untuk menyenangkan pujaan hatinya.”
Arum langsung bergidik geli saat mendengar Lisa berkata seperti itu.
“Jangan bilang kalau dia sedang jatuh cinta padaku, Lisa? Geli aku mendengarnya.”
Lisa tersenyum lebar dengan mata mengerling genit. “Geli atau suka, Nona?”
Arum melotot dan ulahnya dijawab tawa cekikikan Lisa. Tanpa menunggu j
“Nona Nadia, kita harus berangkat!!” seru seorang wanita paruh baya.Nadia terkejut dan urung melangkah masuk ke ruangan Danu. Hatinya sakit usai mendengar ucapan Danu tadi. Jika Nadia menanggapinya, ujung-ujungnya dia akan bad mood dan tentu saja ini berpengaruh pada aktivitasnya hari ini.Nadia menghela napas panjang sambil menyeka buliran bening yang siap luruh perlahan dari sudut matanya. Ia membalikkan badan dan berjalan lebih dulu. Di belakang, sang Asisten mengikuti sambil setengah berlari.Pukul enam sore, saat Danu meninggalkan kantornya. Danu sengaja mengemudi mobil sendiri kali ini menuju rumah mode Arum. Sebelumnya Danu sudah mengirim pesan ke Lisa agar menunda kepulangan Arum lebih awal. Sepertinya asisten Arum itu sengaja bekerja sama dengan Danu hari ini.“Lisa, aku mau pulang dulu, ya?”Arum sudah mematikan laptop dan sibuk merapikan pekerjaannya. Lisa bergegas masuk ke ruangan Arum sambil membawakan beberapa
“APA!!?” seru Arum.Ia sangat terkejut saat Danu tiba-tiba mengutarakan perasaannya. Ini adalah pernyataan yang ia tunggu sejak lama saat lima tahun lalu, saat mereka masih berstatus suami istri. Namun, saat Danu mengatakannya sekarang, Arum tidak tahu harus menjawab apa.Dengan gerak cepat, Arum langsung menarik tangannya dari cekalan Danu. Lalu tanpa pamit, dia bangkit dan berlalu pergi meninggalkan Danu.Danu hanya diam tertegun melihat punggung Arum yang menjauh. Memang film pendek itu sudah selesai diputar dan ini saatnya memberi sambutan. Itu sebabnya Danu tidak bisa meninggalkan studio bioskop itu begitu saja untuk mengejar Arum.“Pak, silakan maju ke depan!!” ujar Firman membuyarkan lamunannya.Danu tidak bersuara hanya menganggukkan kepala. Sementara itu mata Firman tampak beredar seakan sedang mencari seseorang. Danu melihat reaksi Firman.“Arum sedang ke toilet, Firman.” Danu kali ini terpaksa m
“HEH!!!” seru Arum.Ia terkejut setengah mati saat Danu berkata seperti itu. Belum habis rasa terkejutnya atas pernyataan Danu tadi, kini ditambah dengan sikap konyol Danu. Arum tercenung sambil menatap Danu dengan bingung. Ia merasa baru tahu sisi lain Danu. Sisi lain pria yang pernah menjadi suaminya yang tidak pernah dia tahu sebelumnya.“Kok malah bengong. Buruan!!!” Danu menginterupsi lamunan Arum.Arum menggelengkan kepala menatap Danu dengan tajam kemudian tanpa pikir panjang langsung melayangkan tangannya dan mencubit pipi Danu dengan keras.“Awww … sakit, Arum!!!” Danu bersuara sambil mengelus pipinya.Arum terkekeh melihat Danu kesakitan. Entah mengapa dia merasa senang kali ini. Ada rasa dan suasana baru yang ia temukan. Sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Pria dingin dan pendiam itu sudah hilang berganti pria konyol yang penuh kejutan.Mereka masih tertawa untuk beberapa saat
“Bud, bisa minta tolong pesankan tempat di resto langgananku yang di puncak untuk akhir pekan!!” pinta Danu.Pagi itu begitu tiba di kantor, Danu langsung memanggil Budi ke ruangannya. Budi hanya manggut-manggut sambil sibuk mencatat.“Untuk berapa orang, Tuan? Lalu jam berapa reservasinya?”Danu terdiam sejenak, tampak mengetukkan jari ke dagu sambil mengulum senyum.“Tentu hanya untuk dua orang, Bud. Kalau bisa sore menjelang malam saja. Aku ingin menikmati sunset di sana. Pilih view yang bagus, ya!!”Budi menganggukkan kepala sambil mengulum senyum. Danu melihat reaksi asistennya kemudian menoleh ke arah Budi.“Kenapa kamu tersenyum? Kamu tahu aku akan mengajak siapa?”Budi kini menggelengkan kepala. “Tidak, Tuan. Saya … saya hanya menebak saja.”“Lantas siapa tebakanmu?”Budi terdiam sesaat sambil mendongakkan kepala. “Apa Nyonya Aru
“Nona, weekend ini ada undangan dari Tuan Andrew. Apa Anda bersedia hadir?” tanya Lisa pagi itu.Arum yang sedang asyik memasang kain di manekin terlihat menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah Lisa. Lisa tersenyum sambil berjalan ke arahnya.“Saya yakin Anda masih ingat dengan Tuan Andrew. Beliau yang kapan hari memesan baju untuk ulang tahun putrinya. Duda keren itu, Nona,” imbuh Lisa.Arum mengulum senyum sambil menganggukkan kepala. Memang banyak sekali klien Arum yang masih sering menjalin komunikasi dengannya. Selain untuk urusan bisnis, kadang mereka juga menghubungi Arum untuk beramah tamah dan mengenal lebih dekat dirinya. Sayangnya, Arum selalu menutup diri jika kliennya ingin mengenal lebih dekat.“Ehm … aku ada janji, Lisa. Jadi sepertinya aku tidak akan datang.”Lisa sontak terkejut mendengar jawaban Arum. Gadis berusia 20-an itu langsung mengecek tablet yang ia bawa. Jarinya tampak berge
“Apaan sih, Mas!!” seru Arum.Ia buru-buru mengurai pelukan Danu dan berjalan lebih dulu menuruni anak tangga. Danu hanya mengulum senyum sambil memperhatikan Arum. Sekilas ia melihat wajah Arum merona merah karena malu.Tak lama Arum dan Danu sudah berkumpul di ruang tengah. Ada klien yang harus mereka temui. Selanjutnya sudah terlihat interaksi formal di antara mereka. Cukup lama mereka membahas banyak hal kali ini. Bahkan Danu terpaksa meminta Firman memesan makan siang untuk mereka semua.Pukul empat sore, meeting itu berakhir. Klien mereka sudah pulang, tinggal Danu, Arum, Firman beserta tim yang lain.“Jadi gimana kesiapan timmu, Firman?” tanya Danu.“Semuanya sudah tahu apa yang harus dikerjakan, Pak. Saya rasa sudah bisa langsung dieksekusi.”Danu manggut-manggut mendengarkan jawaban Firman. Ia sangat bersyukur memiliki anak buah yang mempunyai kapabilitas baik sehingga tidak perlu susah menjelaska
“Itu adalah hadiah yang tak pernah bisa aku lupakan sepanjang hidupku,” imbuh Danu.Arum hanya diam, tidak bersuara sambil menundukkan kepala. Dia sendiri tidak tahu kapan ulang tahun Danu. Dia juga tidak menyangka apa yang dilakukannya lima tahun lalu menjadi sesuatu yang terus diingat Danu hingga sekarang.Mereka terdiam cukup lama sibuk dengan benaknya masing-masing. Hingga tiba-tiba seorang pramusaji keluar membawakan sebuah kue ulang tahun kecil dengan hiasan lilin yang menyala di atasnya. Tak lupa sebuah iringan lagu selamat ulang tahun bergema. Ada beberapa orang karyawan yang berdiri di belakang pramusaji itu ikut bertepuk tangan dan menyanyikan lagu untuk Danu.Danu mengulum senyum sambil menggelengkan kepala. Dia merasa tidak memesan kue ulang tahun dan Danu bisa menduga kalau ini ulah Budi.“Terima kasih semuanya,” ujar Danu. Ia sudah menerima ucapan selamat dari pramusaji dan karyawan resto tersebut.Kini tatapan
“Maaf, Mas. Aku harus pergi,” ucap Arum.Ia terburu mendorong tubuh Danu kemudian membuka pintu mobil berlalu pergi tanpa pamitan lagi. Arum terus berjalan menunduk tanpa menoleh sedikit pun ke arah Danu. Danu hanya membisu sambil menatap punggung Arum yang mulai menjauh.Pelan ia sentuh bibirnya sambil mengulum senyum bahagia. Danu terus tersenyum sambil mulai melajukan mobil meninggalkan apartemen Arum. Sementara itu, Arum sudah tiba di kabin apartemennya.Ia berdiri diam di balik pintu sambil menyentuh keningnya. Matanya terpejam, berusaha merekam kejadian yang baru saja ia alami. Ini adalah kali pertama Danu menciumnya dan Arum benar-benar terkejut.“Apa sebenarnya yang terjadi? Apa memang dia sudah menyukaiku lima tahun yang lalu?” gumam Arum.Arum masih memejamkan mata berdiri diam di balik pintu sambil mengurut dadanya. Jantungnya masih berlompatan dan Arum kesulitan mengatur debarannya.“Akh … gak