..“Aila!”Ricky mengejar Aila, yang sudah duduk di pinggiran pantai yang saat itu cukup sepi.Kemudian Ricky duduk di samping Aila.“Hey, kamu kenapa?”Aila menggeleng pelan, sambil mengusap aira mata yang entah kenapa keluar sendiri meski dia sudah menahannya.“Aku baik-baik aja kok.”“Enggak mungkin lah, masa nangis gini baik-baik aja sih?” Ricky meraih dagu Aila, lalu menghadapkan wajah Aila padanya.Pipi putih itu memerah, hidungnya pun memerah, Ricky tidak akan mengatakan jika Aila yang menangis itu lucu, nanti tersinggung lagi. Jadi, dia hanya tersenyum kecil, “kamu jelek kalo nangis, jadi jangan nangis ya? Biar tetep cantik” ucap Ricky.Aila pun menepis tangan Ricky, kemudian mengusap air mata dengan lengannya.“Mau main ke San Antonio Beach gak? Atau Cove at batavia PIK, atau Urban Farm, ada banyak tempat bagus disini, aku sendiri belum kesana, jadi lebih baik kita jelajahi saja, dari pada nangis kan?”Ricky kemudian berdiri, lalu mengulurkan tangannya.Aila berpikir sejenak
..Tempat yang Aila dan Ricky kunjungi menjual beberapa jajanan dan minuman enak, ada pula sopt-spot foto atau tempat nongkrong yang seru.Aila menatap tubuhnya yang terpantul di salah satu jendela kaca.Dia sudah lebih kurus, terakhir dia menimbang, beratnya sudah mencapai 55 kg. Aila juga rajin olah raga untuk membentuk ototnya dan juga membakar lemaknya.Namun, saat ini dia disuguhi beberapa jajanan yang menggiurkan, dia mulai tergoda.Menaikkan berat badan bagi Aila itu mudah, yang sulit adalah menurunkannya. Padahal Aila dan Alex sudah bekerja keras – ah, jika mengingat Alex, Aila kembali kesal.“Gimana? Kamu mau beli gak?” tanya Ricky, dia sudah lebih dulu membeli makanan enak. Gara-gara Ricky makan dengan lahap dan nikmat, Aila jadi tergiur.“Ak-aku... aku mau!”Ricky tersenyum, “gitu dong! Kamu cantik apa adanya, gak perlu diet lah, ayo pesen sekarang, atau aku pesenin aja?”Aila mengangguk “kamu pesenin aja ya, minta tolong.”Ricky tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk
..Stevi membawa Aila menuju tempat yang sepi, mereka hanya berjalan berputar-putar. Stevi membicarakan sesuatu yang kurang penting, Aila saja pusing karena pembicaraan Stevi itu berputar-putar.Awalnya dia membicarakan tentang Alex dan keluarganya yang sudah dekat dengannya, kemudian dia membicarakan hubungannya dengan Alex yang toxic. Stevi bilang, Alex itu kurang perhatian dengannya, Alex selalu meninggalkannya dan tidak pernah ada waktu untuknya. Kemudian saat Stevi pergi dengan teman cowok, tiba-tiba Alex datang dan menuduhnya.Kemudian setelah itu Stevi membicarakan tentang wanita yang bersama Alex di pesta, rupanya wanita itu anak dari teman ibunya Alex, sengaja ingin dijodohkan dengan Alex.Ucapan Stevi tersebut membuat Aila agak tenang, karena ternyata Alex memang terpaksa dengan wanita itu. Sepertinya Aila harus mendengarkan cerita Alex.Entah itu karena Aila sudah sangat menyukai Alex sampai mau memberikan kesempatan kedua, atau memang Aila saja yang kekanakan dan tiba-tib
..PLAK!Alex diam saja saat ibunya Aila menamparnya dengan keras, kemudian dihentikan oleh ayahnya Aila.“Ini pasti gara-gara kamu, Alex! Aku tahu putriku yang sudah jadi janda itu akan bermasalah jika dekat-dekat denganmu, jika sudah seperti ini kamu harus ganti rugi!” ucap ibunya Aila.“Cukup bu, Alex sudah membayar biaya rumah sakit Aila yang mahal itu, lagipula ini kecelakaan, tidak ada hubungannya dengan Alex” ayahnya Aila pun menyeret istrinya pergi meninggalkan Alex.Orangtua Aila cepat-cepat pergi ke Jakarta dengan bantuan Alex, jadi biaya pesawat dan hotelnya dibayarkan Alex. Meski sudah melakukan itu pun, ibunya Aila masih saja ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk memoroti uang Alex. Jadi, ayahnya Aila yang malu pun akhirnya mengajak istrinya pergi dan meminta Alex untuk menjauh.Setelah orangtua Aila pergi, Alex mendekati ruangan Aila, memandang wanita yang sedang koma tersebut dengan tatapan sendu.“Aila, kapan kamu sadar? Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu dengan
..Alex sangat frustrasi saat mengetahui Aila sudah siuman tapi dia dilarang mendekat sama sekali, mungkin nanti saat tidak ada orang, Alex akan menyelinap untuk menemui Aila. tapi, Alex sudah lega karena Aila telah bangun.Sementara itu Aila masih terapi bersama perawat, ditemani ibunya dan juga Lexi. Aila sebenarnya bingung kenapa mereka seolah-olah sangat peduli padanya, tapi dia tidak bisa berpikir terlalu keras. Dia sedang dalam masa pemulihan.Aila koma selama kira-kira dua belas hari, hampir dua minggu. Untungnya setelah diperiksa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya saja keadaan Aila masih sangat lemah.Jadinya seharian itu Aila fokus memulihkan dirinya saja.Setelah ibunya dan Lexi pergi, Aila pun hanya diam merenung, sampai kemudian Ricky datang menemuinya. Ricky tidak berkata apapun, tiba-tiba saja langsung memeluk Aila. Ricky membawakan beberapa rotidan buah untuk Aila, dia takut Aila tidak bisa makan.“Kenapa tatapanmu seperti itu? Aku baik-baik saja Ricky, perawat
..Alex terdiam sejenak.Aila bilang dia tidak bisa menerima cintanya, padahal dia tahu Aila juga menyukainya, kenapa?“Kamu bercanda kan, Aila? Apa kamu takut pada mama? Jangan khawatirkan itu –”Aila menggeleng pelan lalu mendorong bahu Alex, “tidak Alex, mama mu benar semua, kamu tahu aku ini janda, jelek, miskin... aku hanya membebanimu selama ini, harusnya aku tahu diri, kamu sudah banyak membantuku, tidak mungkin aku egois dan serakah, menginginkanmu untuk diriku sendiri, betapa serakahnya aku, jadi ku mohon... kita berteman saja, kamu tidak pantas bagiku, kamu jauh diatasku, Alex!”Alex menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan pendengarannya.“Aila, jangan begini, ku mohon, aku tidak peduli statusmu mau janda atau apalah itu, kamu juga sangat cantik! Seharusnya kamu yang sadar Aila, kamu harus melihat dirimu sendiri yang begitu cantik dan hatimu yang baik, kamu tidak perlu insecure seperti ini.”Aila pun berdiri dari duduknya, “maaf Alex, ini demi dirimu sendiri, cobalah
. . “Kamu sungguh akan pergi?” Aila menoleh pada Ricky yang menatapnya sambil berdiri, dengan tatapan bingung. Karena Ricky sendiri baru datang, tiba-tiba saja Aila membereskan barang-barangnya. Aila tidak menoleh pada Ricky, dia tetap melanjutkan kegiatannya sambil menjawab, “iya, katanya aku sudah membaik, aku tidak ingin terus seperti ini, aku harus bekerja juga, kan? aku sudah mengatakan pada ayah dan ibuku, setelah sembuh aku akan kembali bekerja, dengan begitu, mereka membiarkanku tetap di sini, sebenarnya mereka ingin aku kembali ke rumah. Oh iya, aku juga harus mencari kos atau tempat tinggal sementara – Ricky!” Ricky dengan cepat merebut tas Aila, lalu dia letakkan di lantai, setelah itu dia meraih kedua bahu Aila, menatap wanita yang sekarang sudah kurus itu dengan tatapan tajam. “sadarlah, Aila! Kau tidak bisa cepat-cepat kembali, lagipula memangnya kau pikir mudah untuk mendapatkan tempat tinggal baru? Kau sungguh-sungguh ingin pergi meninggalkan Alex?” “Lalu aku har
Aila memandangi belanjaan yang Ricky bawakan untuknya. Rencana hari itu adalah untuk memastikan menu untuk cafe yang akan dibuka Aila nantinya. Ricky memiliki beberapa anak buah yang bisa dimintai untuk mencarikan lokasi cafe di tempat yang strategis. Tentu saja itu itu sangat mudah bagi Ricky, dia adalah orang yang memiliki kekuasaan, koneksi dan kemampuan untuk melakukan hal remeh seperti itu.Aila saja kagum sekali dengan hal itu.Kesampingkan masalah tempat atau tokonya, masalah saat ini adalah membuat makanannya.Aila sendiri bingung, haruskah membuat cafe yang berfokus pada dessert atau makanan lainnya. Yang pasti, ada banyak bahan yang dibeli Ricky, sampai Aila bingung harus mulai dari mana.Ricky sendiri duduk tenang di kursi Sultannya, menunggu dengan manis makanan yang akan Aila buat untuknya.Oh iya, Ricky membawa sebuah kursi seperti kursi raja, dengan dudukan super empuk, ornamen luar biasa indah dilapisi emas. Aila menyebutnya kursi sultan, karena terlihat sangat mewah.
Aila jarang sekali pergi berkemah, dulu pernah pergi dengan Gavin, hanya berdua saja, itupun hanya di belakang rumah nenek mereka.Sebenarnya dulu Aila iri melihat adiknya yang bisa bebas kemana saja, memiliki banyak teman. Jauh berbeda dengan Aila.Banyak juga gadis yang menyukai Gavin, itu juga membuat Aila iri. Dia hanya ingin tahu rasanya disukai oleh seseorang, sekali saja.Dan saat keinginan dia dikabulkan, malah ada dua orang yang mengaku jika menyukainya."Kak, kenapa diam aja disini?" Tanya Travis.Aila yang hanya duduk di depan kompor portabel sambil membuat s'more, menoleh pada Travis.Lelaki tampan yang memiliki mata tajam dan bibir mungil itu sedang berjongkok sambil menatap Aila.Bahkan saat Travis jongkok saja, Aila masih lebih mungil darinya. Aila bengong karena dia sedang berpikir 'mengapa anak-anak yang lebih muda darinya bertubuh besar-besar?'"Kak?" "Oh, aku lagi buat s'more, ini lho... Marshmallow yang dibakar, terus diapit diantara biskuit coklat, kamu coba deh
Aila membuka matanya perlahan. Matanya terasa berat, dan saat dia mencari cermin, dia melihat kedua matanya sudah membengkak, wajahnya pun sedikit membengkak.Menurut cara yang Aila tahu, dia hanya harus mengompresnya dengan air hangat atau kompres dingin. Aila memilih kompres dingin, baru kemudian menempelkan irisan mentimun pada matanya, sambil kembali rebahan di ranjang.Tanpa Aila sadari, dia kembali terlelap.Dalam tidurnya, teringat kembali kehidupan pernikahan yang menyakitkan bersama Rendy.Saat itu Aila masih gemuk, dia harus merasakan tatapan jijik dari suaminya. Setiap hari suaminya berkata padanya, "cewek gendut kayak kamu tuh, siapa sih yang mau nikahin kali bukan aku? Aku tuh kasihan sama kamu, harusnya kamu bersyukur punya suami kaya aku yang mau Nerima kamu apa adanya, iya kan? Coba sekarang sebutin, pernah pacaran nggak? Enggak kan? Hahaha, itu karena kamu udah kayak babi, kayak buldozer tahu nggak. Ya nggak aneh lah kalo aku nggak mau nyentuh kamu lagi, makanya diet
Alexa menepuk bahu kakaknya, Alex, lalu berbisik di telinganya, "kak, aku itu bukannya ingin mengejar Ricky, tapi aku ingin mengawasinya, karena aku tahu dia suatu saat akan berbuat yang lebih dari hari ini pada kak Aila."Alex hanya bergeming, dia tidak bisa mengatakan apapun untuk mengiyakan atau membantah adiknya, karena dia sendiri juga tidak tahu apakah adiknya berbohong atau tidak.Kemudian Alexa berdiri, mengambil sesuatu dari laci warna putih yang ada di meja, lalu memberikannya pada Alex."Lihat ini, aku menemukan foto-foto ini di kamar Ricky, dan itu hanya sebagian. Ricky memotret kak Aila diam-diam dan memandanginya tiap malam, aku melakukan ini semua untuk mu Alex... Aku tidak menyukai Ricky!"Alex memeriksa semua foto yang Alexa berikan padanya. Memang sebagian foto dipotret secara diam-diam, tapi sebagian lainnya pernah Alex lihat di ponsel Aila sendiri, entah itu diposting atau tidak."Tapi aku tahu kamu menyukai Ricky, Alexa... Kamu tidak perlu mengelak hal itu, karena
"Kak, kamu kenapa?"Gavin yang baru saja sampai di apartemen harus dikejutkan dengan Aila yang menangis di kamarnya tanpa suara, hanya terdengar suara ingus yang dibersihkan dengan tisu.Aila menoleh pada adiknya sebentar, lalu menggeleng pelan. Gavin menghela nafas berat. Aila memang sudah biasa memendam sendiri semua masalahnya, apa yang dia pikirkan, apa yang orang lain katakan padanya. Itu karena dari kecil, tidak ada yang mau mendengarkan ceritanya, bahkan saat ingin bercerita pada ibunya, yang ada Aila malah dibentak.Meski begitu, Aila selalu menjadi pendengar yang baik bagi adik-adiknya, Gavin juga sering bercerita pada Aila.Jadi, Gavin tidak mau membiarkan kakaknya seperti itu terus."Kak, ayo cerita... Jangan dipendam sendiri, nanti malah stress dan jadi jerawat, kulit jadi kusam, bukankah kakak bilang gitu kemarin?"Gavin duduk ditepi ranjang, tersenyum lembut pada kakak perempuannya.Aila beringsut mendekati Gavin, lalu memeluk adiknya erat, kemudian menangis lagi disana.
Ricky menghapus sedikit darah yang keluar dari sudut bibirnya, lalu dia menyeringai pada Alex."Ada apa bro? Aila ada disini, dia baik-baik saja, tidak perlu terburu-buru." Ucap Ricky santai.Dia sudah meminta Aila untuk sembunyi, karena awalnya Ricky mengira yang datang Alexa, karena jika Alexa yang datang, dia bisa mencelakai Aila."Tidak perlu pura-pura baik, aku sudah tahu tabiat burukmu, kau berpura-pura menjadi temanku tapi menusukku dari belakang!" Alex menunjukkan rekaman video yang Alexa kirimkan pada Ricky, membuat Ricky menaikkan satu alisnya."Ah, jadi dia menaruh kamera disana, aku akan membuangnya nanti. Katakan pada adikmu untuk tidak terobsesi denganku, aku hanya menyukai Aila—"Alex kembali berniat memukul Ricky, tapi Ricky dengan cepat menghindar dan menarik lengan Alex, menahannya dibalik punggung."Hei lepaskan aku!"Alex yang saat itu sedang kelelahan karena pekerjaannya, bisa kalah dengan Ricky dan dia merasa sangat kesal."Tidak, tunggu, kau harus menenangkan di
Saat itu Alex memiliki banyak pekerjaan, dia membantu dokter senior untuk menangani beberapa pasien. Dokter senior itu sangat menyukainya, jadi dia selalu meminta Alex untuk datang. Alex juga senang, dia jadi bisa banyak belajar dari dokter tersebut.Tapi akhir-akhir ini Alex diberi tugas lain, untuk membantu seorang dokter forensik yang sudah sangat terkenal, untuk menangani suatu kasus yang diduga rencana pembunuhan. Korbannya adalah selebriti, makanya tidak semudah itu.Maka dari itu, Alex jadi sangat sibuk. Padahal dia ingin sekali menemui Aila. Perasaannya tidak enak saat itu, ketika tiba-tiba ada Lexa, adiknya, menelfonnya.(Kak Alex!) Ucap Lexa dengan ceria setelah Alex akhirnya menerima panggilan tersebut."Iya, Lexa ada apa? Bagaimana dengan kerja pertamamu di cafenya Aila? Apa kamu sudah pulang?"Lexa bergumam kecil, (hmm, aku baru saja pulang dan aku ingin mengatakan sesuatu padamu, kamu mau mendengarkan ku kan, kak? Kita memang tidak seakrab itu, tapi aku tetap menyayangim
Saat itu, Aila merasa bingung, tidak berdaya. Apalagi Ricky mendekap tubuhnya dengan sangat erat.Aila tidak tahu apa yang terjadi, jadi dia ingin tahu. Dia berusaha memberontak dari rengkuhan Ricky, tapi dia sangat lemah.Sebenarnya, ciuman Ricky sangat lembut dan penuh perasaan, sampai Aila merasa dia sudah gila karena lama-kelamaan dia menikmatinya.Ciuman yang sangat terburu-buru itu, akhirnya selesai juga dengan tiba-tiba.Aila tidak sadar, tahu-tahu dia sudah duduk manis di sofa — tidak, diatas pangkuan Ricky.Sungguh, Ricky sangat tampan.Dengan wajah setampan itu, Aila merasa sayang sekali jika Ricky menyukainya.Karena..."Ricky, kamu tahu jika aku tidak bisa menerimamu, kan? Kenapa kamu memaksaku?""Kenapa kamu tidak berontak?""Bukankah kamu yang mendekapku dengan sangat kuat? Ku rasa kamu mencengkram pinggangku terlalu kuat tadi."Ricky terlihat khawatir, dia menurunkan Aila agar duduk sendiri, "serius? Maafkan aku Aila, aku tidak bermaksud. Seharusnya kamu hentikan aku tad
Aila merasa khawatir saat Ricky mengatakan ketidaksukaan dia secara terang-terangan pada Alexa, akan membuat Alexa kembali menyebalkan seperti dulu. Tapi ternyata Alexa hanya menanggapi ucapan Ricky seakan-akan Ricky tidak pernah mengucapkannya. Yah, tidak ada masalah dengan cafe. Alexa dapat berbaur dengan mudah, apalagi ada temannya, yaitu Travis. Gavin juga mulai bisa menerima Alexa, walaupun kadang kesal dengan Alexa, karena gadis itu tidak tahu banyak tentang dunia luar. Alexa bahkan tidak tahu caranya menyapu, jadi Gavin dan Travis seperti mengajari anak TK. Mereka bahkan berpikir anak TK bahkan lebih baik daripada Alexa. "Aku akan pergi sendiri naik taxi, aku baik-baik saja." Ucap Aila pada Gavin, saat dia akan pulang sendirian. Tidak ada Ricky yang biasanya mau mengantar Aila, karena Ricky tidak betah jika ada Alexa di sekitar sana. "Dia sudah besar, biarkan dia pulang sendiri," ucap Alexa, dia menyeret Gavin kembali ke cafe karena ada banyak kerjaan menumpuk. Aila berjal
"Tunggu dulu! Adiknya kak Alex? Gak mungkin lah kalo dia mau kerja di cafe, kan orang kaya raya!"Aila tersenyum tipis, "aku juga gak tahu, dia kemarin dateng kesini, mohon-mohon biar bisa kerja di cafe. Katanya dia mau cari pengalaman aja, gitu kok. Aku nggak tega sama di, jadi... Nanti tolong dibantu, ya? Pasti dia memiliki banyak kesulitan, karena dia udah kayak putri dari lahir."Gavin mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan, "kak... Aku tau kamu nggak tegaan, tapi ya mikir dong! Kita butuh orang baru yang bisa langsung kerja, bukan malah ngajarin bayi!"Aila tertawa canggung, lalu dia menepuk bahu Gavin, "kamu pasti bisa, Vin! Sehari atau dua hari, kalau dia nggak betah, pasti minta keluar sendiri kok."Gavin kembali menatap kakaknya, ada ide terlintas di kepalanya, "iya juga, ya?""Nah, sekarang kamu mandi dan siap-siap ya, aku masakin sarapan dan bekal makan siang."Gavin sudah tidak terlihat kesal, dia pun pergi untuk mandi dan bersiap. Jadi, Aila pikir, adiknya