Ashraf meneliti kembali tas berwarna pink berukuran sedang itu. Setelah benar-benar yakin tas itu milik sang istri, barulah Ashraf membuka dan melihat isi tas itu."Ya Allah. Ini beneran milik Balqis," ucap Ashraf lalu terduduk lemas. Perasaannya kembali teriris. Tas itu menunjukkan bahwa Balqis benar-benar hilang diculik oleh orang yang entah siapa Ashraf tak mengetahuinya."Sabar nak, Insya Allah. nak Balqis bakal baik-baik saja. Dia anak yang kuat dan pastinya dia akan selalu dijaga oleh Allah.," papar Umi Risma mencoba menenangkan sang anak. Umi Risma ikut berjongkok mengelus bahu Ashraf terus-menerus. Sementara Ashraf sudah berjatuhan air matanya karena melihat tas Balqis beserta barang-barang milik Balqis ada dalam tas itu.Kalau memang benar Balqis melarikan diri buat apa dia meninggalkan barang-barangnya. Apalagi di dalam tas itu ada dompet milik Balqis yang berisi ATM dan sejumlah uang cash."Ini kak Fakih sudah bersama beberapa detektifnya, ayo kita kesana," ucap Gibran menu
"Nggak, sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan Mas Ashraf. Ada anak yang harus kami besarkan, dan Mas Ashraf segalanya bagiku," tampik Balqis menggerakkan dirinya di kursi. Bergerak tak diam sama sekali."Ya sudah, berarti kamu mau disini selamanya," ucap Laki-laki itu. Lalu seorang laki-laki satunya memberikan roti dan sebotol air ke tangan Balqis."Sudah baik kami memberikan kamu makan, jangan berisik atau nanti mulut kamu kami tutup dengan kain," ancam lelaki itu. Lalu ketiganya meninggalkan Balqis.Balqis kembali menangis dengan menahan suaranya agar tak berteriak. Balqis terus memegang roti dan air itu. Balqis takut untuk segera memakan roti itu meskipun dirinya sangatlah lapar. Balqis takut malah diracuni. Tapi mengingat ketiga orang itu tak macam-macam dengan Balqis. Balqis mulai yakin kalau mereka disuruh oleh orang terdekat dan Balqis mulai mencurigai satu orang.Sangat kesusahan sekali untuk membukanya. Beruntungnya tangan Balqis di ikat di depan. Jadi Balqis mencoba me
Ayra memberenggut dan masih sangat bingung dengan hal yang Fakih tanyakan. "Maksudnya apa Ustadz Fakih? Balqis hilang?" tanya Ayra menatap penuh tanya ke Fakih."Iya, Bqlqis hilang dari hari kemarin. Dan saya sudah menyewa detektif, dan dua orang yang mencurigakan adalah Ning Ayra?" ucap Fakh kembali menyudutkan Ayra.Ayra lalu berdiri, kebingungannya semamin menjadi. "Balqis hilang aja, aku baru tau. Terus kamu nuduh aku? Sembarangan lagi! Aku gak tau masalah Balqis hilang. Stop tuduh dan menjelekkan aku seperti ini," pinta Ayra tak terima.Ruang pengurus sekarang sangat sepi karena semua pengurus sedang ikut liburan semester. Dan hanya ada beberapa penjaga yang berjaga di depan pesantren dan beberapa santri yang rumahnya di luar pulau Jawa. Mereka memilih untuk menetap di pesantren. Karena liburan pesantren yang hanya satu Minggu lamanya."Oke, kalau Ning Ayra gak mau ngaku sekarang gak apa-apa. Setelah bukti terkumpul semua, nanti Ning Ayra bakal ketahuan. Dan kami tak akan tinggal
Balqis terbangun saat mendengar suara dari pintu yang terbuka. Ketiga penjaga itu mendekati Balqis. Balqis membuka matanya perlahan, begitu perih dan matanya pun sudah memerah. Cahaya lampu yang redup. Balqis tak begitu jelas melihat ke arah ketiga laki-laki itu."Gimana? Masih betah disini?" tanya seorang penjaga itu.Balqis mengerjap dan sekarang kedua matanya terbuka sempurna. Rasa ngantuknya hilang. Balqis baru menyadari kalau ini sudah malam hari."Bebaskan aku," pinta Balqis menatap berani ke penjaga itu."Jauhi Ashraf, baru kamu akan kami bebaskan," hardik salah satu penjaga lainnya.Balqis berusaha melepas tali yang begitu erat itu. Dia menggelengkan kepalanya sangat cepat. Sampai kapanpun dia tak akan mengikuti saran dari seorang laki-laki yang tak dia ketahui ini."Nggak, Mas Ashraf itu suamiku, dan aku sedang mengandung anaknya. Sampai kapanpun aku tak akan meninggalkannya, katakan padaku siapa yang menyuruhmu?" gertan Balqis dengan suara yang sangat keras. Mendengar perint
Ashraf begitu panik saat melihat istrinya terjatuh. Lalu dengan segera Ashar membopong Balqis menuju mobilnya. Sementara para penjahat yang telah menculik Balqis langsung ditangani oleh Fakih dan detektif serta dikawal langsung oleh preman.Abi Lukman membawa mobil dengan kecepatan penuh, dia juga khawatir dengan keadaan dari menantunya. Apalagi tadi Balqis terlihat begitu pucat. Sementara Ashraf terus mengelus kedua tangan Balqis dan meminta Balqis untuk sadar. Namun Balqis tetap terpejam. Umi Risma juga sama paniknya, air matanya sudah mengalir deras. Baru saja keluarga Ashraf bahagia karena Balqis telah ditemukan. Tapi malah diberi ujian kembali dengan Balqis yang tiba-tiba pingsan."Humairah, ayı bangun. Ini Mas sudah ada di depan kamu, tolong jangan seperti ini. Jangan buat Mas tambah khawatir," pinta Ashraf dengan ketakutan yang sangat."Mas janji, setelah ini Mas akan selalu ada untuk kamu, Mas akan kabulin semua permintaan kamu tapi tolong jangan pergi dari Mas, ya. Mas sudah
"Cepat katakan siapa yang menyuruh kalian?" hardik Fakih mencengkram kerah salah satu penjaga yang menyekap Balqis."Ay- ayra," sahutnya gemetar. Biasanya Fakih dikenal dengan ustadz yang ramah tamah namun sekarang Fakih terlihat begitu keras dan tegas."Ayra, Ning dari pesantren Al-fatah?" tanya Fakih memastikan."Benar, dia orangnya," ucap penjaga itu ketakutan.Lalu Fakih melepas cengkramannya dari penjaga itu. Dan mondar mandir memikirkan kenyataan yang dia temui sekarang. Kalau benar Ayra pelakunya, maka akan sulit untuk memberikan hukuman. Sebab membuat Ayra mendapat hukuman itu sama saja menjelekkan nama pesantrennya sendiri. Apalagi Ayra banyak dikenal oleh masyarakat sebagai anak bungsu dari Kyai Zulkifli. Fakih ragu untuk menyimpulkan lebih lanjut lagi."Tuan, bagaimana? Apa mereka sudah bisa kami bawa ke pihak berwajib," tanya seorang detektif meminta keputusan Fakih."Jangan, aku mau bicarakan dulu sama Ashraf. Kalian jaga mereka jangan sampai lari," titah Fakih lalu menga
“Kita tidak boleh gegabah, kita cari bukti yang kuat dulu. Siapapun pelakunya, aku akan tetap balas perbuatannya. Meskipun tanpa melewati jalur hukum,” lirih Ashraf duduk tegak di sebelah Fakih.“Kamu benar Raf, sepertinya ada yang nyepelein kita. Gak tau aja, siapa kita sebenarnya,” ujar Fakih menepuk dadanya bangga.“Kalau dari pencarian kami, Anggi ini seperti menyukai tuan Ashraf dan dia menuduh Ayra, sebagai pelaku karena dendamnya juga kepada Ayra. Apalagi setelah kami tau ternyata Nona Balqis tidak di apa-apain. Hanya di ikat biasa saja dan masih diberi makan, sesuai dugaan kami meskipun Anggi ini dendam tapi jiwa persahabatannya masih ada kepada istri tuan Ashraf,” ujar detektif itu memberikan beberapa keterangan tentang Anggi.“Tapi tetap saja, ini masih kami cari tau yang benar siapa. Soalnya kedua perempuan itu sama-sama mungkin untuk melakukan kejahatan pada Nona Balqis,” imbuh detektif itu.Fakih dan Ashraf saling menatap. Pikiran keduanya sama dan menyetujui perkataan de
"Yey, akhirnya bisa pulang juga, setelah dua hari di rumah sakit," ucap Balqis bersemangat membereskan beberapa barang bawaannya yang sebelumnya Ashraf persiapkan untuk keperluan Balqis selama di rumah sakit."Alhamdulillah, jangan lupa bersyukur ya Humairah," peringat Ashraf mencium kening sang istri yang wajahnya sudah berbinar senang karena urusannya dengan rumah sakit telah selesai."Iya Mas, Alhamdulillah. Tapi omong-omong, kok Anggi gak ada jenguk aku ya, dia juga gak keliatan setelah malam itu. Anggi kemana Mas?" tanya Balqis bingung mengingat sahabat lamanya itu tak menemui dirinya selama dirawat di rumah sakit."Mas kurang tau, mungkin sibuk ada urusan di pesantren," alibi Ashraf agar Balqis tak banyak pikiran lagi."Ouhh, yaahh," lirih Balqis bersedih sambil memasukkan barang-barang miliknya ke tas besar."Sudah jangan dipikirkan, ayo segera, biar bisa cepat sampai rumah," ajak Ashraf dan diangguku oleh Balqis. Lalu keduanya pun meninggalkan ruang rawat itu dalam keadaan ber