"Dimana pria itu?" seru Sergei menerobos masuk ke dalam ruang kerja Nick, tidak peduli kalau sekretaris dan juga seorang security mencoba menahannya gara tidak masuk ke dalam ruangan.Pintu terbuka lebar, dan Nick berdiri di ambang pintu melihat Sergei yang tampak marah. Akhirnya, Nick memberikan izin agar Sergei tidak membuat keributan di kantornya.Sergei melangkah masuk dengan tatapan tajam. Pintu ditutup kembali, dan Nick menghampiri Sergei yang jelas-jelas ingin melampiaskan kemarahannya. Sergei mencengkeram baju Nick, namun Nick tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh ancaman tersebut."Sebaiknya kamu berhenti, Nick. Kau tidak tau apa-apa, jadi jangan ikut campur ke dalam masalahku."Nick menaikkan alisnya dan tersenyum mengejek. "Aku belum bertindak jauh, dan kau sudah khawatir aku bisa menghancurkannya?" Nick mendorong Sergei hingga mundur."Apa tadi kau bilang aku tidak tahu apa-apa? Lucu sekali, karena aku tahu rencana busuk apa yang selalu ada di kepalamu. Ah, dan aku juga
Plakk!!Tamparan keras mendarat di sisi wajah Alexa, tubuhnya sempat kaget menerima tamparan tersebut, tapi lebih kaget lagi karena yang menamparnya adalah Laura. Jadi wanita ini yang menculiknya?"Bisa-bisanya wanita murahan sepertimu bisa melebihi diriku. Aku tidak akan membiarkannya!"Alexa masih diam, rasa perih dari tamparan Laura barusan masih belum hilang. Kali ini, Alexa dengan berani menatap balik Laura. Sudah cukup, ia sudah lelah dipandang rendah oleh perempuan di depannya ini.Dulu, Alexa masih sangat ingat bagaimana ia bisa berteman dengan Laura. Padahal Laura dulu bukan siapa-siapa, Alexa mau berteman dengan Laura karena pada awal mereka bertemu saat itu Laura dijauhi oleh teman-temannya.Sekarang Alexa mulai membuka pikirannya, ia tau alasan mengapa dulu Laura diasingkan oleh temannya."Harusnya kau berkaca, Laura. Siapa yang wanita murahan disini!" balas Alexa.Tangan Laura terangkat untuk menampar Alexa kembali, tapi dengan cepat tangan Alexa menangkisnya. "Kamu pikir
Di sebuah ruangan yang sunyi, Alexa duduk memikirkan bagaimana caranya keluar dari tempat ini. Ketika ia melihat keluar, di sana begitu banyak penjagaan yang tidak memungkinkan untuknya bisa kabur."Aku tidak mengerti kenapa Laura sampai membawaku seperti ini," gumamnya.Pintu di belakangnya terbuka, Alexa langsung berbalik karena yang masuk saat itu adalah Sergei. Pria itu berkacak pinggang menatap Alexa, wajahnya jelas menunjukkan kalau ia tidak senang dengan perempuan itu."Aku memberimu satu kesempatan, kamu akan bebas dari sini dan aku tidak akan mengganggumu dengan syarat, kau harus berada di pihakku." katanya.Kalimat tersebut dicibir dengan kekehan geli Alexa. "Berada di pihak Anda? Aku rasa, itu adalah kegilaan yang tak akan pernah aku lakukan. Orang gila mana yang ingin terjebak dalam perangkap iblis seperti kalian." katanya."Kalau begitu jangan salahkan aku untuk menyakiti orang tuamu." ancam Sergei.Alexa menaikkan alisnya, kemudian kembali tertawa. "Mengganggu siapa? Ora
Wanita itu sempat beradu tatapan dengan Sergei sebelum duduk di kursi tengah paling ujung yang biasa digunakan oleh pemimpin utama. Begitu wanita tadi duduk, semua orang yang ada di ruangan juga duduk."Bagikan salinan itu pada anggota rapat lainnya." perintahnya pada asisten pribadi yang ia bawa.Setiap anggota rapat mendapatkan sebuah dokumen, dan saat itu semua orang yang sudah membaca seketika menatap ke arah Sergei."Baiklah, sebelumnya aku akan perkenalkan diriku. Namaku adalah Sofia Halton. Putri tunggal Tristan Halton. Dan Hari ini, aku mengambil alih pekerjaan ayahku sebagai pemilik saham utama di perusahaan ini."Anggota rapat saling berbisik, nama Sofia Halton terdengar tidak asing di telinga mereka. Nama itu sangat berpengaruh di bagian kota Dallas dan memimpin perusahaan induk."Kami sangat beruntung bisa bertemu wanita berbakat seperti Anda, Nona Halton. Di usia yang terbilang muda, Anda sudah sukses mengembangkan bisnis keluarga sebaik ini." puji salah satu anggota rapa
Banyak pihak kepolisian datang ke kediaman Laura, melihat kedatangan pihak berwajib tanpa permisi. Laura langsung terkejut dan menghalangi mereka masuk ke dalam rumahnya.Namun beberapa polisi justru melingkarkan garis di bagian depan rumah yang menunjukkan rumah tersebut disegel mulai hari ini."Apa yang kalian lakukan?" seru Laura kaget.Salah satu pihak polisi menunjukkan surat perintah. "Rumah ini akan disita. Silahkan tinggalkan rumah ini dalam waktu kurang dari tiga hari.""Apa? Kenapa aku harus pergi dari rumahku? Kalian harus bicara dengan ayahku lebih dulu sebelum menyita rumah ini.""Ayah Anda, Sergei Corner kini dalam tahanan polisi, Nona." jawab polisi, tentunya hal itu membuat Laura terkejut setengah mati.Beberapa orang dari perusahaan menerobos masuk ke dalam rumah untuk mengambil berkas-berkas yang ada di ruang kerja Sergei, semua mereka kumpulkan ke dalam boks-boks yang ada sebagai barang bukti.Laura mengejar dan membuat keributan untuk menghentikan. "Hentikan, kalia
"Sofia, tahan dirimu." Nick mendorong perempuan itu mundur, ia bahkan berdiri agar Sofia turun dari pangkuannya. Nick adalah pria normal, bisa saja ia tergoda oleh godaan Sofia. Terlebih lagi wanita ini adalah sosok penting yang pernah ada dalam hidupnya.Perempuan itu mendongak, menatap Nick heran karena menolaknya untuk kedua kali. Pertama saat ia ingin mencium Nick, lalu kedua saat Nick menolaknya untuk melakukan hubungan intens.Sofia pun melipat tangan di depan perut, menyandarkan bahu ke sofa sembari menyilangkan kakinya. "Apa ini? Kamu menolakku?""Hubungan kita sudah tidak sama seperti dulu lagi, Sofia. Lalu mengenai hubungan palsu yang kamu katakan terhadapku dengan Alexa, itu tidak benar. Aku menikah secara resmi dengannya."Alis Sofia terangkat, lalu terkekeh geli. "Nick, aku tau kita tinggal di tempat yang melarang untuk memiliki dua istri. Tapi tidak ada yang melarang kalau kau berhubungan dengan wanita lain," kemudian berdiri, tangannya membelai dada Nick."Apa kamu tidak
Keesokan harinya, Alexa baru saja mengantarkan bunga pesanan dari pelanggan, dan masih ada satu lagi yang perlu ia antarkan. Alexa ditemani oleh Lena, agar bunga yang mereka bawa selalu dipastikan aman tanpa ada kerusakan."Aku sudah mendengar beritanya kalau kemarin kamu dalam masalah," ucap Lena.Alexa menoleh, tersenyum tipis sambil mengendarai mobil. "Semua orang punya masalah, sekarang aku sudah baik-baik saja. Oh ya, Lena. Apa alamat yang akan kita datangi sudah sesuai?""Di depan kamu hanya belok kanan, rumah nomor tujuh puluh." jawab Lena.Mereka tiba, bunga yang dipesan akhirnya sampai pada pemiliknya. Tanpa menunggu waktu lama, Alexa kembali ke toko bunga setelah mengantarkan pesanan. Namun, di perjalanan ia berhenti karena matanya melihat Steve baru saja keluar dari salah satu perusahaan."Alexa, ada apa?" tanya Lena melihat Alexa tiba-tiba memelankan laju mobil.Perempuan itu menoleh. "Sepertinya aku akan ke toko bunga nanti, sebaiknya kamu kesana lebih dulu. Aku ada sedik
"Apa yang wanita sukai?" tanya Nick secara acak pada karyawan yang ia temui saat keluar dari ruang kerjanya."Wanita suka bunga," jawab karyawan di sebelah Nick dengan ragu-ragu.Sejenak Nick berpikir, tidak mungkin ia memberikan bunga untuk Alexa sementara perempuan itu bekerja di toko bunga."Ada yang lain? Istriku sepertinya tidak membutuhkan bunga," ucap Nick, karena ia sudah membelikan bunga sekaligus dengan tokonya.Karyawan itu turut berpikir, lalu tiba-tiba seorang karyawan lelaki yang turut ikut masuk ke dalam lift menyahut. "Wanita suka diperlakukan romantis, kalau Anda ingin memberikan hadiah untuk istri Anda, cobalah ajak beliau ke suatu tempat yang sangat dia inginkan. Lalu berikan benda yang wanita suka," katanya."Wanita suka perhiasan." sahut karyawan wanita yang tadi Nick ajak bicara.Nick pun mengangguk, ia melihat sekarang sudah jam empat sore. Setidaknya masih sempat untuk melakukan sebuah kejutan kecil untuk Alexa, Nick perlu memastikan apakah yang Raymond katakan
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan