Share

Part 64

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tante. Kok muka tante dilipet begitu?” Athira menghampiri, menyalamiku dan mencium punggung tanganku dengan takzim.

“Pasti Om Bram yang bikin Tante merengut ya? Jangan diambil hati kalau dia ngomong, Tante. Om Bram memang begitu. Galak, bawel, hobi PHPin orang. Aku aja katanya mau diajak nonton sampe sekarang belum diajak pergi. Keburu aku pulang ke Semarang kalau begini!” rutuk Athira panjang lebar.

“Memangnya kamu tinggal di Semarang?” tanyaku penasaran. Ingin tahu lebih jauh tentang gadis manis itu.

“Iya, Tante. Aku tinggal sama Mama dan Ayah tiri aku di sana. Om Bram juga sering datang ke sana loh. Kapan-kapan main ke rumah aku ya Tante. Biar Mama kenal sama Tante. Mama pasti senang. Dulu Tante Lusi juga pernah main sekali. Cuma ... Dia godain Ayah di sana, jadi Mama marah dan mengusir Tante Lusi!”

Alisku bertaut mendengar cerita Athira. Sebenarnya dia ini siapanya Abraham. Kenapa Lusi juga pernah bertandang ke kediaman orang tuanya Athira?

“Kamu apanya Om Bram, Ra?” Memberanikan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bambang Jumanto
dihhh,, aneh banget si mayla.. g***lok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 65

    “Kenapa diam. Mana ATM-nya?” Lusi menimpali, sambil menodongkan tangan memasang wajah sombong.“Tidak ada!”“Kamu jangan macam-macam sama kami, Mayla. Kamu di sini itu sendirian!” gertak pria berkulit sawo matang tersebut, menatap nyalang wajahku. Sorot mata Mas Ibnu sudah dipenuhi dengan kebencian.Di mana cinta yang selalu dia ucapkan dulu. Tidak adakah lagi cinta dan kasih sayang walaupun hanya sebutir tepung di dalam hatinya, sehingga dia terlihat begitu membenci dan tidak ada belas kasihan sama sekali terhadap diri ini.“Mayla. Mana kartu ATMnya?!” Mas Ibnu mulai meninggikan nada bicara, membuat pertahananku sedikit goyah karena takut dia berbuat nekat dan melukaiku.Aku masih memiliki Raihan yang sangat membutuhkan kasih sayang dariku. Jika terjadi sesuatu denganku, maka siapa yang akan menjaga serta merawat dia.“Mayla. Jangan buat kesabaranku habis ya!” Lelaki berjambang tipis itu merebut paksa tas yang menggantung di pundak, menarikku hingga diri ini hampir terjatuh.“Jangan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 67

    “Aku sama Kak Andita nggak ditawari, Om?” celetuk Athira seraya memonyongkan bibir manja.“Maksud Om kalian semua!” jawab Abraham terlihat salah tingkah.“Iya deh, yang lagi jatuh cinta. Yang diingat Cuma sang pujaan hati. Ada keponakan di depan mata juga terlupakan.” Athira tertawa renyah menggoda sang paman.Namun, tidak dengan Andita. Aku lihat wajah gadis berusia dua puluh lima tahun itu langsung terlihat berubah. Pendar di wajahnya meredup, menunjukkan rasa cemburu yang terpendam dalam di dasar sanubari.Astagfirullah ....Aku lupa bahwa dia sudah memendam rasa sejak lama kepada Abraham. Dia mengagumi laki-laki berwajah tampan itu, dari semenjak kami bertemu dan bekerja sama.Tapi, apakah salah jika sekarang ini aku juga memiliki rasa yang sama dengan dia?***#Tiga minggu kemudian.Hari ini, aku kembali harus menghadiri sidang perceraianku dengan Mas Ibnu. Semoga saja persidangan kali ini berjalan lancar, seperti persidangan sebelumnya. Tidak apa-apa jika Mas Ibnu tidak menghadi

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 68

    “Kalau sampean berkenan, sampean bisa menginap di asrama putra, Mas Bram. Ndak usah di hotel. Biar kita semakin akrab,” timpal Gus Azmi yang baru saja keluar, menyambut kedatangan Raihan.“Matur nuwun sanget, Gus. Nanti saya merepotkan.” Abraham mengulas senyum.Tapi entah mengapa, aku melihat ada keterpaksaan di lengkungan bibir lelaki berwajah tampan itu.“Tidak merepotkan, Mas. Saya justru senang jika ada sampean di sini. Kita bisa ngobrol-ngobrol. Berbagi ilmu, juga pengalaman.” Gus Azmi mendekat, merangkul pundak Abraham dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan khusus laki-laki.Ning Mahfia menghampiri, mengajakku masuk menemui Ummi Hanifah di dalam kamar perempuan paling dihormati di kalangan pesantren.“Assalamualaikum, Ummi,” sapaku sembari menyunggingkan bibir.“Waalaikumussalam. Silakan masuk, Nduk.” Wanita bergamis longgar tersebut merentangkan tangan, menyambut kedatanganku, memeluk erat tubuh ini.Ya Allah. Begitu hangat dekapan Ummi. Membuat rinduku kepada Ibu sedikit tero

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 69

    “Dulu, Azmi pernah meminta Ummi untuk melamar kamu ketika masih gadis. Dan ternyata Allah belum menjodohkan kalian berdua. Kamu menikah dengan mantan suami kamu, dan di sini ada sepotong hati yang terluka. Walaupun Azmi tidak mengungkapkan, tetapi sebagai Ibu, Ummi tahu betul kekecewaan yang sedang dirasa oleh Azmi. Dia sering murung, berzikir meminta supaya Allah menghapus rasa yang dia simpan dalam-dalam selama ini.Hingga beberapa tahun setelahnya, Azmi kembali menemukan tambatan hati. Dia mengkhitbah seorang santriwati, anak salah satu pengurus pondok pesantren dan beberapa hari sebelum mereka melangsungkan akad, calon istri Azmi sudah dipanggil oleh Sang Pemilik hidup.Azmi kembali mengurung diri. Tapi luka yang Ummi lihat, tidak separah ketika kamu lebih memilih Ibnu dari pada putra Ummi.Ketika kamu datang mendaftarkan Raihan di pesantren ini, Azmi terlihat langsung begitu dekat dengan Raihan. Dia begitu menyayangi anakmu, sama seperti dia menyayangi Habibie putra almarhumah Ai

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 70

    Selama menjalani masa idah, aku terus saja melakukan salat istikharah. Meminta petunjuk kepada Allah, supaya tidak salah memilih dengan siapa hati ini akan berlabuh.Jika memang jodohku seorang Abraham, maka dekatkanlah. Namun jika kami tidak bisa bersama, aku memohon dengan sangat kepada Sang Rahim, agar lekas mencabut rasa dalam sanubariEntah mengapa hampir setiap selesai melakukan salat istikharah, aku selalu bermimpi berada di tengah tanah lapang nan tandus, dimana ada badai besar menerpa, dan sebuah pohon kecil berdiri kokoh jadi pegangan.Aku tidak paham dengan arti mimpi tersebut. Apa itu petunjuk, ataukah hanya bunga tidur saja. Sebab mimpi dikala tidur, bisa datang dari Allah, bisa juga datang dari syaitan.Masa idahku hampir saja selesai. Hati ini semakin gundah gulana, merasa berat jika harus mengiyakan permintaan Ummi.Sedangkan Abraham. Sudah hampir tiga bulan ini lelaki berambut panjang itu tidak mengirimkan kabar. Mungkin dia sudah lupa kepadaku. Atau mungkin sudah men

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 71

    Kenapa sampai berpikir macam-macam kepada lelaki alim itu. Ini kan rumah sakit. Bukan lagi di asrama, atau hotel. Kalau dia mengajak ke kamar ya pasti kamar rawat inap.Senyum tipis tergambar di bibir merah Gus Azmi. Dia berjalan mendahului, karena tidak mau aku berada di depan. Takut zina mata katanya.Semua mata tertuju kepada kami saat memasuki kamar inap Ummi. Ada yang terlihat bahagia, ada pula yang terlihat tegang. Memangnya ada apa? Apa Gus Azmi mengatakan sesuatu sebelum dia keluar dari kamar ini?Ah, sudahlah. Tidak mau berprasangka buruk. Aku harus fokus kepada kesehatan Ummi dan juga persiapan pernikahanku yang akan dilangsungkan segera.“Ahmad, besok bisa minta tolong antarkan Mas beli cincin?” tanya Gus Azmi kepada sang adik, yang wajahnya begitu mirip dengan dia.“Bisa, Mas. Ajak Mahfia sama Mbak Mayla juga. Takut kaya aku waktu beliin cincin buat Hafsah, dia nggak ikut, eh, cincinnya kekecilan,” sahut Gus Ahmad terkekeh.“Iya.” Gus Azmi menjawab singkat.Apa dia tidak s

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 72

    “Afwan, Gus. Saya ....” Menunduk malu, tidak tega melanjutkan kalimat.“Kenapa, Dek?”“Saya sedang datang bulan. Sudah hampir selesai sih. Tapi belum bisa ....”Gus Azmi terkekeh.“Maksud Mas bukan olah raga itu, Sayang. Ih, pikiran Adek ngeres!” Dia mencubit mesra hidungku.Aku menunduk semakin dalam.“Mas itu setiap malam, selesai salat tahajud biasanya olah raga ringan di teras kamar!” Menunjuk pintu kamar, yang ternyata langsung berhadapan dengan sebuah taman.Duh, malu sekali.“Sudah malam. Sebaiknya Dek Mayla istirahat dulu. Pasti Adek capek seharian berdiri menemani Mas menyalami tamu.” Dia berujar sambil mengusap lembut kepalaku yang masih terbungkus hijab.Aku menjawab dengan menganggukkan kepala.Walaupun kami tidak mengadakan pesta besar. Tetapi banyak sekali tamu yang datang lalu lalang untuk mengucap selama kepada kami.Setelah menukar pakaian dan menghapus makeup di wajah. Lekas diri naik ke atas tempat tidur, menyingkirkan kelopak bungan mawar yang berserakan sebab tida

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 73

    Mengambil gawai, mengirim dia pesan menanyakan keberadaannya. Centang dua, tapi belum dibaca.Ah, ternyata ponsel milik suamiku tergelatak di atas meja.Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka sepuluh pagi. Rasanya ingin menangis ditinggalkan sendiri di rumah, padahal masih pengantin baru.“Assalamualaikum.” Cepat-cepat mengenakan kerudung ketika mendengar seseorang mengucap salam disertai suara deritan pintu terbuka.“Njenengan dari mana, Gus?” tanyaku menahan emosi.“Tadi pulang dari masjid langsung ke rumah Ummi,” jawabnya datar. Nyebelin.“Aku nungguin dari pagi, kelaparan, belum sarapan sampai jam segini. Njenengan malah ke rumah Ummi nggak bilang-bilang. Padahal aku sengaja masak pagi-pagi biar kita bisa sarapan bareng malah njenengan jam segini baru pulang!” sungutku kesal. Tidak kuat lagi menahan amarah.“Ya Allah, Dek. Maaf. Mas tadi ketiduran di kamar Ummi. Sekali lagi Mas minta maaf. Tolong jangan marah sama Mas ya.” Mata legam lelaki itu terus memindai wajahku. Riak wajah

Bab terbaru

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 110 (Ending)

    Abraham terkekeh mendengar jawaban dari istrinya. “Kamu itu sekarang istrinya Mas, An. Nggak apa-apa kali Mas liat aurat kamu!” “Tapi, Mas. Aku malu.” Lagi. Pria bertubuh tegap serta berambut panjang itu tertawa nyaring. “Udah, buruan keluar. Mas kebelet!” Menggedor-gedor pintu. Pelan-pelan Andita membuka pintu, menyilang tangan di depan dada kemudian berjalan gemetar melewati suaminya. “Lama!” Abraham menjawil pipi sang istri lalu masuk ke dalam kamar mandi. Belum juga mengenakan pakaian, Andita kembali dibuat kaget oleh suaminya yang tiba-tiba sudah terlihat dalam pantulan cermin. Wajah wanita itu bersemu merah ketika merasa sedang diperhatikan oleh Abraham, sebab ini kali pertamanya berada dalam satu kamar dengan laki-laki, dengan keadaan seperti ini pula. Buru-buru Andita membuka tasnya, mengambil sepotong gamis dan segera mengenakannya. “Di lemari banyak baju, An. Ibu sengaja beliin buat menantu kesayangannya. Kamu pakai baju pemberian Ibu saja!” titah Abraham seraya mend

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 109

    “Saya terima nikah dan kawinnya Andita Putri binti Bapak Yusuf, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Dengan sekali tarikan napas Abraham mengucap janji suci di hadapan Allah, mengambil alih tanggung jawab serta dosa Andita ke pundaknya.Semua hadirin ramai gemuruh mengucap ‘sah’ diiringi lelehan air mata Yusuf—ayah Andita. Laki-laki berusia empat puluh enam tahun itu merasa begitu bersyukur karena akhirnya sang anak dipersunting oleh seorang laki-laki yang paham agama, baik, mapan pula. Rasanya bagaikan mimpi bisa menikahkan anaknya dengan orang yang kastanya lebih tinggi darinya, tetapi mau menerima Andita apa adanya.Tidak lama kemudian Andita keluar menemui laki-laki yang kini sudah menyandang gelar sebagai suami, menyalami serta mencium punggung tangannya dengan khidmat.Tangan Abraham terlihat begitu gemetar ketika untuk pertama kalinya bersentuhan begitu lama dengan seorang wanita. Dia terus menatap Andita yang terlihat begitu cantik memesona dengan kebaya putih melekat di

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 108

    Dia kemudian kembali membawa istrinya ke rumah sakit menuruti saran bidan, walaupun ada sedikit rasa kesal dalam hati. Tapi mau bagaimana lagi. Demi anak yang ada dalam rahim Lusi, supaya dia selamat dan mendapatkan kesempatan menatap dunia ini.***Sesampainya di rumah sakit. Lusi segera mendapatkan penanganan dan segera dibawa masuk ke ruangan khusus sebelum menjalani operasi sectio caesarea.Wajah Ibnu mulai menegang serta ketakutan. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan menyelamatkan istri serta calon anaknya.Lampu indikator menyala. Pertanda tindak operasi sudah dimulai dan beberapa menit lagi bisa melihat calon anak yang sudah ditunggu selama tujuh bulan lebih ini.Tidak lama kemudian, seorang dokter anak keluar mendorong sebuah boks bayi dengan raut wajah mendung. Dia menghampiri Ibnu yang sedang duduk terpekur di kursi tunggu dan menyuruh ayah dari bayi yang baru saja dilahirkan untuk segera mangazani anaknya.“Astaghfirullahaladzim!” Ibnu beringsut mundur saat melihat keadaan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 107

    POV Author.Ibnu duduk sambil meremas rambutnya frustrasi. Berkali-kali dia mencoba membuka usaha, akan tetapi hingga uang yang dia pinta kepada Mayla, uang hak Raihan putranya habis tapi tidak ada satu usahanya pun yang berkembang. Semuanya bangkrut tidak menyisakan apa-apa selain hutang yang kian menumpuk di bank.“Mas, bagi duit dong!” Lusi—istrinya menghampiri seraya menodongkan tangan.Ya. Ibnu dan Lusi sudah menikah. Mereka sengaja pindah tempat tinggal jauh dari orang-orang yang mengenali mereka dan kemudian melangsungkan pernikahan secara siri. Sebab di kota kelahiran mereka, tidak ada satu ustaz pun yang mau menikahkan karena mereka masih ada hubungan darah.Pun ketika di Jakarta dan di komplek tempat tinggal mereka. Pak RT serta ustaz yang diminta untuk menikahkan selalu saja menolak. Mereka tidak berani melanggar peraturan agama sebab Lusi adalah keponakan Ibnu sendiri dan masih ada garis keturunan nasab di antara mereka berdua.“Kamu itu minta duit melulu, Lus. Nggak tahu

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 106

    “Kalau sakit bilang ya, Bu.” Dokter berujar lagi sambil terus menatap teman sejawatnya yang berada di balik tirai.Suara dentingan alat medis saling beradu mendominasi ruangan. Para dokter dan perawat asyik berbincang entah apa yang sedang mereka bicarakan aku kurang paham. Sementara diriku, masih saja dalam suasana ketegangan, walaupun tidak setakut saat baru masuk ke ruangan ini.Aku menghela napas panjang, menepis rasa itu jauh-jauh sambil membaca semua doa yang aku bisa. Hingga akhirnya merasa dada ini seperti sedang diimpit benda berat, sesak, hampir tidak bisa bernapas kemudian ucapan hamdalah diserukan oleh para dokter di ruang operasi.“Baby boy sudah keluar satu ya, Bu.” Dokter anestesi yang sedang memperhatikan teman-temannya berkata.“Alhamdulillah ....” responsku sembari menitikkan air mata yang sudah tidak bisa lagi dibendung. Bahagia karena akhirnya salah satu anak kembarku sudah lahir ke dunia ini.Suara tangis jagoan kecilku bagai menyulap rasa yang sedang bertengger d

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 105

    “Sayang, lagi ngapain?” Menoleh ke sumber suara sambil menerbitkan senyuman di bibir.“Nggak ngapa-ngapain, Mas. Cuma lagi kepanasan saja!” jawabku singkat.“Oh, istrinya Mas gerah?” Dia melenggang ke ruang tengah dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan kipas anyaman bambu di tangannya. Orang Tegal biasa menyebutnya ilir.“Sini Mas kipasin biar nggak kegerahan!” Gus Azmi segera duduk di sebelahku, membiarkan tubuh gemukku bersandar di tubuhnya lalu dengan cekatan mengipasi tubuh ini yang sudah basah oleh keringat.“Pinggang Adek juga sakit, Mas. Kaki rasanya ngilu semua. Pokoke nikmat.....banget rasanya, Mas.” Bukannya mengeluh kepada Tuhan, tapi hanya ingin suami tahu apa yang sedang aku rasa saat ini. Supaya dia tambah sayang dan perhatian kepada diriku.“Sabar ya, Sayang. Dua bulan lagi dedeknya lahir. Terima kasih ya, Dek, karena sudah mau menjadi Ibu dari anak-anaknya Mas.” Dia mendaratkan ciuman singkat di pipi.Segera kurebahkan tubuh di atas sofa, dengan paha suami sebagai

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 104

    Aku mengusap wajah Gus Azmi yang semakin terlihat tampan memesona, mengunci matanya dengan pandangan, melebur rindu yang sudah menggunung di dalam kalbu.“Kalau njenengan kerso, ya lakukan saja, Mas. Kan aku ini istri njenengan!” bisikku dekat sekali di telinga.“Jangan, sayang. ‘Kan nggak boleh sama dokter. Mas nggak kepengen begituan, kok. Mas Cuma kepengen meluk Adek doang!” Dia kembali mendaratkan ciuman singkat di kening.Aku menarik tangan suaminya dan menjadikannya sebagai bantal. Sudah kangen tidur di lengan kekarnya.“Kembarnya Abi lagi ngapain? Kangen ya sama Abi?” Gus Azmi mengelus perut gendutku dengan gemas, sembari terus mengulas senyum kepadaku.“Adek bobok lagi ya, Mas. Masih ngantuk.”“Iya, Sayang. Jangan lupa baca do’a.”Aku menjawab dengan menganggukkan kepala, mempererat pelukan kemudian kembali memejamkan mata.Setelah beberapa menit tertidur dengan mode saling memeluk, aku mengubah posisi memunggungi suami karena pinggang sudah terasa panas jika terus menerus tid

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 103

    “Saya minta maaf, Gus!” lirihnya, bagai suara angin sedang berkesiur.“Saya juga minta maaf karena sudah membuat sampean kehilangan Dek Mayla. Tapi asal sampean tahu, Mas. Aku juga sudah lama memperjuangkan Dek Mayla, jauh sebelum sampean mengenal dia,” beberku lagi.“Ya sudah, Gus. Saya ke bengkel dulu. Ini orang bengkel sudah chat saya, katanya saya suruh ke sana.” Mas Abraham mengalihkan pembicaraan.“Apa saya boleh ikut sama sampean?”“Bo—boleh, Gus.” Terlihat sekali kalau dia keberatan kalau aku mengikuti dia pergi.Segera kuhabiskan teh manis buatan Ibu, mencuci cangkir kotornya di belakang kemudian meletakkannya di rak piring.“Loh, Gus. Kenapa njenengan malah nyuci piring sendiri? Aturan biarin aja, Gus. Biar saya yang cuci. Njenengan ini ‘kan tamu? Moso tamunya nyuci gelas sendiri?” kata Ibu seraya menghampiri.“Mboten nopo-nopo, Bu. (Nggak apa-apa, Bu) Saya sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur di rumah. Bantuin Ummi sama istri!” Menerbitkan senyum kepada wanita berhijab h

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 102

    “Kamu jangan terlalu memikirkan Raihan. Dia baik-baik saja. Mas pastikan Raihan akan kembali ke pelukan kita, sayang.”“Terima kasih, Mas. Pokoknya aku ikhlas tidak mendapatkan apa-apa dari Mas Ibnu, asalkan dia tidak mengambil anakku. Aku rela kehilangan semua asalkan jangan kehilangan putraku.”“Iya, sayang.”Segera kuakhiri panggilan, meminta Mas Abraham menyerahkan anjungan tunai mandiri milik Dek Mayla kepada Mas Ibnu.“Oke. Saya akan menyerahkan ATM ini, asalkan Mas Ibnu mau tanda tangan di atas materai. Aku ingin dia membuat pernyataan kalau dia tidak akan mengganggu kehidupan Mayla dan putranya!” usul Mas Abraham dan langsung kami sepakati.Gegas kami berjalan menuju tempat foto copy, menyuruh si empunya toko membuatkan surat perjanjian, menyuruh Mas Ibnu tanda tangan di atas materai dan setelah itu membawa Raihan pulang ke rumah Mas Abraham.Sebenarnya sudah tidak sabar membawa pulang putraku ke pesantren, karena hati sudah teramat merindukan Dek Mayla dan juga calon bayi kem

DMCA.com Protection Status