Share

Suamiku Sugar Daddy
Suamiku Sugar Daddy
Penulis: Galuh Arum

Satu

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

[Om, aku butuh uang untuk sekolah] 

 

Aku membuka ponsel Mas Randy, saat tak sengaja aku melihatnya. Jantung ini seperti ingin keluar dari tubuh dan membuat nadi berhenti seketika.

 

Citra, nama yang tertera di ponsel suamiku. Jujur aku tak pernah lancang membuka atau ingin tahu tentang isi dalam benda pipih itu. Kepercayaan membuat diri ini tak pernah curiga atau menuduh hal yang tidak-tidak.

 

Akan tetapi, apa ini? Kepercayaanku hilang seketika sesaat melihat pesan yang membuat hati ini meremuk. Tujuh belas tahun kami menikah, belum sekali pun Mas Randy menyakiti dan membuat luka yang teramat dalam.

 

Aku menaruh kembali ponsel di nakas, seolah-olah tidak pernah tahu apa yang ada di dalamnya. Walaupun remuk hati ini, kuputuskan mencari tahu lebih dahulu tentang wanita itu, ah, gadis itu. 

 

Terbaca jelas jika dia meminta uang untuk sekolah, apa suamiku seperti yang sering dibicarakan teman arisan tentang sugar daddy?

 

“Yasmin sayang, sedang apa di sini?” 

 

Pelukan Mas Randy membuat aku terkesiap. Untung saja ponsel itu sudah kembali pada tempatnya dan dia tak curiga jika aku sudah membuka pesan masuk itu. Ah, pelukkan ini rasanya membuat aku melupakan hal pahit itu. 

 

“Aku mencarimu, Mas. Raka meminta uang  untuk acara di sekolahnya.”

 

“Nanti Mas kasih, ya.”

 

“Oke.”

 

Pria berjambang dengan paras rupawan di usia yang memasuki 45 tahun itu selalu bersikap manis dan romantis. Seolah dia tak ingin belangnya tercium olehku. Pintar sekali dalam memainkan permainan. Lihat saja, Mas, aku akan membongkar semua kelakuan busuk kamu.

 

Mas Randi memberik uang satu juta rupiah untuk Raka dan sisanya kusimpan jika nanti ada kebutuhan mendadak. Walaupun Mas Randi selalu memberi saat aku meminta, tapi aku lebih suka menggunakan yang masih ada di tabungan. Kecuali masalah anak, pasti akan meminta padanya.

 

Aku gegas memesan taxi online dan mnegikuti ke mana mobil Mas Randi meluncur. Semua sudah kupersiapkan jika hati ini akan tercabik-cabik melihat kenyataan yang akan terjadi. Siap menjanda? Ah ... benci dengan kalimat itu. Tak terasa mobil Mas Randy sudah terhenti di sebuah hotel. 

 

Hotel? Jantungku kembali berdetak begitu hebat saat melangkah memasuki tempat ini. Untuk apa Mas Randy datang ke sini? Aku menggeleng membayangkan hal tidak-tidak tentang mereka. Akan tetapi, wajar jika pikiran ini membuat kepala terasa sakit.

 

Allah....

 

Apa ini? Aku terus melangkah perlahan sampai akhirnya sosok tubuh itu berhenti di depan sebuah pintu dan ... gadis belia menyapanya dengan manis. 

 

Lutut ini terasa tak bertulang. Akan tetapi, aku harus kuat melangkah menghampuri dua pasangan durjana itu.

 

“Mas!”

 

Panggilanku membuat Mas Randi terkesiap melihat aku kini ada di hadapannya. Begitu pun gadis bernama Citra yang langsung mundur masuk kamar. 

 

“Bajingan kamu, Mas!”

 

Aku menampar keras wajahnya, setelah itu gegas kudorong gadis itu hingga tersungkur di sudut ranjang. 

 

“Yasmin! Apa-apaan, kamu!” Mas Randi berteriak seraya membatu Citra bangun.

 

“Kamu yang apa-apaan, Mas! Tega kamu selingkuh dariku. Apa kurangku, Mas?”

 

“Dengarkan aku dulu, Yas.”

 

“Berengsek, kamu gadis kecil!” 

 

Aku kembali menjambak rambut hitam gadis itu, tapi Mas Randi terus saja membelanya sampai dia rela tubuhnya menjadi tameng pukulan bertubi-tubi dariku. 

 

“Sudah! Yasmin, kendalikan emosimu!”

 

Napas ini terasa sesak melihat Mas Randi begitu melindungi gadis berengsek itu. Dasar licik! Menggunakan air mata sebagai senjata agar suamiku peduli. Lihat saja, akan kubuat hidup bocah itu menderita. 

 

“Apa yang harus aku kendalikan, hah? Kamu pikir aku nggak waras melihat suamiku dengan gadis kecil di hotel ini dan tidak marah? Pikir pakai otak kamu, Mas. Dia seusia Raka, anak kita! Dasar nggak punya malu!”

 

Aku menjambaknya dengan sekuat tenaga. Lagi-lagi Mas Randi membantunya, tapi aku mendorong tubuh besarnya dan menampar berulang kali pelakor cilik itu. Tak ada ampun untuk kamu!

 

“Yasmin!” 

 

Aku tersungkur saat Mas Randi berani menampar hingga membuat tubuh ini terjatuh ke lantai. Embun di pelupuk kini sudah membasahi pipi. Tangis ini akhirnya tumpah menerima perlakuan kasar Mas Randi yang lebih memilih pelakor itu. 

 

“Yas, maafkan, aku.” Mas Randi menghampiriku.

 

Aku menepis tangan yang hendak memeluk tubuh ini. Jijik aku melihat tampang tak bersalah Mas Randi seakan-akan sebuah penjelasan akan membuat diriku tenang. Allah ... begitu tega dia pada istri yang begitu setia padanya. Gadis itu, ingin kubunuh dengan tangan ini. 

 

“Kita lihat, siapa yang akan berhasil tersingkir dari hidup kamu, Mas. Aku atau dia?!”

 

Bergegas aku keluar dari kamar itu, dan berlari sekuat aku melangkah ke mana kaki ini membawaku. Sementara, Mas Randi terus mengejar hingga dia berhasil menahan tubuh ini dengan pelukan yang dulu terasa hangat, tapi kini begitu menyiksa. 

 

“Lepas, Mas!”

 

“Dengarkan, aku dulu. Ak—“

 

“Aku apa, Mas? Jangan teruskan kalimat kotor kamu. Begitu tega kamu menduakan aku!”

 

Aku mendorong tubuh kekar Mas Randi. Untuk apa mendengar dia berbicara, toh tak akan merubah segalanya. Suamiku menjadi sugar dady gadis seumuran Raka. Allah ... apa yang akan dikatakan Raka jika mengetahui kelakuan busuk papanya?

 

“Aku tahu ini salah, tapi semua itu kekhilafanku, Yas. Aku belum siap memberitahu kamu, tapi kamu sudah mengetahuinya.”

 

“Berhenti membuatku muak dengan penjelasanmu. Kamu pilih aku atau gadis itu?”

 

“Ini bukan masalah pilihan, tapi—“

 

“Cukup!”

 

Aku sudah tidak tahan dengan semuanya. Aku bergegas meninggalkan Mas Randi yang masih mematung di sana. Entah, aku hanya ingin menghilang dan melupakan semua yang hari ini terbongkar.

 

--GaluhArum--

 

“Kenapa Mama nangis?” Raka bertanya saat aku sampai rumah. 

 

“Papa kamu berselingkuh, Ka.”

 

“Apa Mama yakin? Nggak mungkin Papa seperti itu.”

 

Raka begitu dekat Mas Randi, pantas saja dia tak begitu saja mempercayainya. Dahinya mengernyit seolah-olah meragukan penuturanku. 

 

“Awalnya Mama juga nggak percaya sampai Mama datang dan melihat sendiri Papa kamu berada di hotel bersama gadis seusia kamu.”

 

Lagi-lagi, air mata ini tumpah begitu deras saat mengingat kejadian itu. Raka langsung memelukku dan menenangkan agar aku tidak terlalu kalut.

 

“Ma, Raka akan buat perhitungan sama Papa. Raka akan buat wanita itu menyesal.” Raka begitu Emosi mendengar aku bercerita. Ia sampai besumpah akan melakukan pembalasan.

 

Hati ini lega saat Raka menenangkanku. Semoga saja dia mengerti apa yang harus ia lakukan. Seumur hidup aku tak akan pernah memaafkan perselingkuhan itu. Tunggu saja Mas, kami akan membalas semua perbuatanmu.

 

Kami pikir aku akan diam setelah perbuatan kamu membuat pernikahan ini hancur. Lihat saja, karma akan berjalan sesuai dosamu.

 

Raka anak tangguh, bisa hidup tanpa kasih sayang pria macam kamu. 

 

 --GaluhArum--

 

 

 

 

Bab terkait

  • Suamiku Sugar Daddy   Dua

    Tubuh ini begitu lelah, apalagi setelah seharian menangisi kebusukan Mas Randi. Beban di pundak terasa berat untuk kupikul. Rasa itu masih teramat sakit, sungguh tak percaya jika suamiku melakukan perselingkuhan dan menodai janji suci pernikahan kami.Luka itu memang tak berdarah, tapi menorehkan sakit teramat dalam. Aku mengintip dari jendela kamar saat terdengar suara mobil Mas Randi memasuki halaman rumah. Apa yang akan dia lakukan lagi? Masih berani dia menampakkan batang hidung di depan wajahku.Beberapa teman arisan banyak yang bernasib sama. Padahal, mereka selalu bilang aku adalah orang yang paling beruntung karena usia pernikahan kami panjang. Mas Randi suami , dan tak pernah banyak menuntutku. Akan tetapi, hal itu kini menimpa diri ini. Nasib pernikahan kami di ujung tanduk.Suara ketukan pintu membuat aku tersadar dari lamunan. Pria itu sudah berada di hadapan, dia tahu kalau aku tida

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga

    “Aku masih istri sah kamu, Mas!” Aku berteriak lantang, melangkah masuk ke rumah mirip gubuk itu.Mas Randi terenyak, begitu pula dengan Citra dan ibunya. Mungkin Mas Randi tidak menyangka jika aku berada di rumah ini, sedangkan yang dia tahu aku sedang berbaring di tempat tidur. Wajah tua itu terlihat keheranan saat mendengar teriakan dari istri terzolomi ini.Begitu juga Citra, gadis itu hanya menundukan wajah tak berani menatapku. Lemas tubuh ini tak menghalangi untuk mengungkapkan kebenaran tentang kebusukan mereka berdua. Entah, ibunya pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu.“Ibu, istri Pak Randi?” tanya Ibu Citra.“Iya, sayangnya suami saya tercinta tidak mengakui pernikahan ini.” Netraku tajam menatap Mas Randi yang menunduk saat aku mencoba menerobos matanya.“Bu—buk

  • Suamiku Sugar Daddy   Empat

    Aku tak begitu percaya dengan apa yang dituturkan Mas Randi. Kesalahannya menolong orang tanpa berpikir panjang dan berkomunikasi denganku, istrinya.Munafik memanfaatkan nama orang yang sudah meninggal untuk kepentingan diri sendiri. Memang busuk pikiran Mas Rendy.Lagi, pikiran ini kacau jika mengingat perkataan Ibu gadis itu kalau suamiku adalah seorang duda. Hati ini rapuh, hancur berkeping-keping. Kapan suamiku menceraikan aku? Bahkan ia sangat baik padaku.“Tapi, tidak dengan mengaku sebagai duda, kan, Mas? Apa salahnya kamu bicarakan ini dahulu dengan aku.” Kutatap sinis pria dengan wajah memerah itu.“Aku takut kamu tidak setuju.” Alasan picik membuat ia semakin bodoh.“Mas, hal seperti itu bukan perkara setuju atau tidaknya. Tapi, ini masalah kenapa aku merasa kamu seperti menjadi s

  • Suamiku Sugar Daddy   Lima

    “Bangun, Ma. Jangan membuang waktu menangisi pria tak punya hati seperti dia.”Raka membantu tubuh ini yang luruh ke lantai saat tak kuat mendengar semua penuturannya. Sesuatu hal paling ditakutkan adalah anakku mengetahui kebusukan sang ayah. Benar-benar di luar dugaan, Raka sudah mengetahui jika Mas Randi berselingkuh dengan Citra. Apa mereka saling mengenal dan memang satu sekolah dengan Raka?Mas Randi bangkit menghampiri kami. Sebelum itu, Raka sudah dulu pasang badan di depan aku. Putraku masih penuh luapan emosi, terlihat dari caranya menatap ayahnya.“Jangan berani melangkah maju, atau aku akan bertindak kasar lagi!” teriak Raka.“Anak kurang ajar. Masih sekolah saja sudah berani tak sopan. Aku yang membiayaisekolah kamu, beraninya kamu!”“Saya memang masih sekolah, salah

  • Suamiku Sugar Daddy   Enam

    “Kalau kamu tetap ingin bercerai, aku tidak akan memberi sepeser pun harta untuk kalian.” Mas Renadi begitu tega mengatakan hal itu. Ia menyunggingkan senyum seolah-olah ia tak bersalah dan kami akan menyesal.Kalimat itu akhirnya terlontar dari mulut Mas Randi. Sekian lama dia membela diri dan mengelak perselingkuhannya, akhirnya dia mengakui semua itu. Lucu bukan, kini aku yang disingkirkan.“Silahkan. Memang itu yang kamu mau, kan, Mas. Aku dan Raka akan pergi dari hidupmu. Tapi, ingat satu hal. Jangan mencari kami jika kamu jatuh terpuruk.”“Kamu menyumpahi aku?” Nada suaranya mulai meninggi.“Tidak, tapi aku cemas saja jika karma akan lebih cepat datang padamu, Mas."Aku menyeka bulir bening yang jatuh begitu saja dari pipi. Benar kata Raka, jangan membuang waktu untuk menan

  • Suamiku Sugar Daddy   Tujuh

    Hari ini aku kembali ke Jakarta lagi karena ada beberapa hal yang belum selesai diurus seperti, berkas-berkas kepindahan Raka.Banyak hal yang belum selesai setelah aku pindah ke Bandung. Mungkin karena memang dadakan dan pasti mengundang banyak pertanya. Apalagi teman-teman arisan yang memang hobby bergosip ria. Namun, aku tidak pernah menanggapi setiap pesan masuk atau bahkan yang sengaja menelepon diri ini.Gosip tetangang Mas Randi mungkin sudah jadi bahan gosip di arisan saat ini. Akan tetapi, aku tak mau mengurusinya. Hidupku saja sudah sangat sulit, apalagi jika mengurusi apa yang malas aku jelaskan.Waktu menunjukkan pukul 12.00, aku dan Raka berada di sebuah mall sesuai permintaan Raka yang ingin membeli sesuatu di tempat ini. Kasihan putraku, harus hidup sederhana dan meninggalkan semua kemewahan yang biasa dia dapat. Sekarang saja, kami hanya mampu makan di tepat paling murah. B

  • Suamiku Sugar Daddy   Delapan

    Aku tak kuat dengan apa yang aku lihat. Kaki ini melangkah begitu saja menghampiri pasangan menjijikan itu. Puas, saat aku menarik lengan sang gadis murahan dan mendorongnya hingga tersungkur ke lantai. Beberapa orang sudah memperhatikan kelakuan bar-bar istri sah ini yang tak kuat menahan pedih.Aku sudah tidak peduli dengan cibiran orang sekitar. Hati ini masih belum puas ingin menghajarnya kembali.“Apa-apaan kamu Yasmin!” bentak Mas Randi sembari membantu simpanannya. Gadis itu meringis kesakitan, tetapi aku tak kan peduli hal itu.“Belum juga kamu kirimkan surat perceraian kita, kamu sudah berani menggandengnya.” Kumaki Mas Randi dengan puas.“Tante, salah paham,” ucap Citra.“Lacur, tetap lacur dan nggak akan pernah menjadi Nyonya, walaupun kamu sudah menikah dengan Randi," ucapku semb

  • Suamiku Sugar Daddy   Sembilan

    Aku melangkah cepat ke sekolah Raka. Akibat ulahnya mengirim video viral itu membuat geger satu sekolah. Namun, anakku tetap santai menanggapi, bahkan ia sibuk bersendau gurau bersama teman-temannya.Setelah kepala sekolah Raka menelepon dan meminta kejelasan maksud dari video itu, aku gegas ke Jakarta kembali bersama anakku. Sepertinya, sekalian saja aku menemui Hendri untuk membicarakan kasus perceraian dan harta gono gini.Di hadapanku, gadis perusak itu menudukkan kepala, seolah takut bertatap muka denganku. Kami semua berada di ruang kepala sekolah, aku, Raka, juga Angel—teman satu kelas Raka.“Bisa jelaskan pada saya, Bu. Tentang video yang disebar luaskan oleh Raka melalui Angel?” tanya Pak Hanif—kepala sekolah Raka.“Pak, maaf sebelumnya. Saya tidak tahu hal itu. Semuanya begitu saja dan saya tahu saat Bapak menghubungi saya.&rdq

Bab terbaru

  • Suamiku Sugar Daddy   Empat Puluh dua (End)

    "Sus, masih ada pasian nggak?" tanyaku pada suster Bella."Nggak ada Dokter.""Saya mau pulang, terimakasih, Sus.""Sama-sama."Aku sudah tidak sabar mendengar kabar baik dari Angel. Namun, merek semua tidak menemuiku di rumah sakit, melainkan menunggu di rumah. Bikin penasaran saja.Sengaja aku menemui dokter yang menangani Angel. Untung dia sedang tidak ada pasien jadi mau menemuiku dan sedikit berbincang. Katanya, tidak banyak yang berubah dari Angel. Jangan bersenang hati dahulu takutnya dia kembali depresi.Membuat hati Angel senang, itu yang akan aku lakukan. Karena hidup di dunia ini memang untuknya. Ah, bucin sekali aku semenjak tahu Angel audah sembuh, dan berimajinasi macam-macam. Termaksud, memiliki anak banyak darinya. Mungkin gara-gara Suster Bella tadi bicara seperti itu, membuat aku kepikiran.Gegas aku pulang ke rumah, tidak sabar untuk bertemu dengannya. Apalagi melakukan

  • Suamiku Sugar Daddy   Empat Puluh Satu

    "Kamu ikhlas, nggak, Ka?""Aku ikhlas, Lun. Sekarang pun kalau dia mau pergi, aku ikhlas."Bibir ini lancar sekali mengucapkan kata ikhlas. Namun, bagaimanapun aku pernah merasa menyesal memutuskan berpisah dengan Angel.Saat ini, apa aku harus menggenggam dia lebih lama dan mempertahankannya?"Aku bangga punya Abang kaya kamu ,Ka.""Bikin, ge-er, deh."Kami tertawa bersama, mengingat masalah yang akan kuhadapi nanti, aku pun pasrah. Mungkin akan ada penolakan dari Angel nanti. Lebih baik kau kembali ke kamar, tapi kamar siapa?Aku menggaruk leher, bagaimana aku bisa lupa kalau Angel seperti mengusir tadi. Aku berada di sini pun karena Angel.Tidak mungkin aku tidur di kamar Luna atau Mama. Bisa-bisa mereka mentertawakan aku."Ke kamar kamu saja, jelaskan padanya. Toh, nanti pun kamu pasti akan menjelaskannya."Saran dari Luna membuat aku sadar.

  • Suamiku Sugar Daddy   Empat Puluh

    Mama bertanya kembali apa aku mau tinggal bersama mereka. Mama bisa membantu Ibunya Angel dalam merawat Angel. Namun, aku ragu, karena Angel masih suka histeris dan menyerang.Jika kutolak, Mama pasti sedih. Ia menginginkan aku tetap bersamanya. Sepertinya aku harus meminta pendapat pada Ibu mertuaku, juga Om Hendri jika aku tinggal di sana dengan kodisi istriku yang seperti ini."Kondisi Angel belum stabil, apa tidak akan menggangu kalian?" tanyaku diikuti anggukan Ibu mertua."Nggak, Ka. Kita bantu Angel bersama, Mama mau kalian bahagia secepatnya." Penuturan Mama mambuat aku tersentuh.Aku melirik Om Hendri, seolah meminta pendapatnya. Pria berjas hitam itu tersenyum dan memberikan anggukan tanda dirinya juga setuju dengan permintaan Mama."Demi kebahagiaan kamu, Ka. Mama rela melakukan apa pun, Mama tahu kamu mencintai Angel. Seharusnya Mama mendukung kamu dalam proses menyembuhkannya."Lagi, Mama membuat ak

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh Sembilan

    "Sah." Kalimat itu menggema beberapa jam lalu, disaksikan beberapa orang dari keluarga dan tetangga sekitar rumah Angel. Mereka menyaksikan acara sakral kami.Mama akhirnya menerima pernikahanku dengan Angel. Diiringi isak tangis, ia memelukku erat. Aku tahu ia kecewa, tetapi ini pilihan, dan jalanku. Tidak ada resepsi pernikahan, hanya ada akad biasa yang setelah itu selasai setelah ijab kabul.Mama masih bisa memberikan senyum pada ibunya Angel. Ia pintar menyembunyikan perasaan, dan menjaga perasaan orang lain. Tidak seperti sinetron, dia bersikap tenang, seolah memang ia menerima pernikahan ini dengan ikhlas.Semalam ia menyerah dan memberikan restunya. Ia bilang selalu mendoakan yang terbaik untukku. Kini, aku harus berjuang sebagai seorang suami. Mengembalikan Angel seperti dulu. Menyembuhkan depresi yang dialaminya.Dengan balutan kebaya putih, ia terlihat san

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh delapan

    Malati bangkit, tetapi cepat aku menarik lengannya meminta ia kembali duduk, untuk mendengarkan penjelasanku. Bola matanya memutar malas, ya, aku tahu kesalahan membuat wanita berprasangka tidak baik.Seperti yang dikatakan Mama, jangan memberikan seseorang harapan jika kita tidak bisa memberikannya kepada dia. Ah, mumet urusannya."Mel, dengerin aku, ya. Maaf, sebelumnya telah membuat kamu merasa aku memberikan perhatian lebih. Jujur, aku tertarik denganmu. Namun, semuanya tidak bertahan, karena aku masih mencintai Angel.""Laki-laki memang semua buaya. Karena suaminya tidak ada, dan dia tidak sadar, kan? Kamu memanfaatkan keadaan saat Angel sakit? Iya, kan?""Aku nggak seperti yang kamu bicarakan. Aku sungguh mencintai Angel. Aku mau dia sembuh, masalah dia setelah sembuh mau bersamaku atau tidak, aku ikhlas.""Bulsyit,mana ada orang seperti itu. Ka, aku nggak kenal sama kamu, dan sampai saat ini, aku tida

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh Tujuh

    Mama memintaku untuk berpikir ulang menikahi Angel. Namun, aku tetep pada pendirian awal untuk meminang Angel menjadi istriku.Hari ini sengaja aku datang ke rumah Papa untuk meminta pendapatnya. Apa sama dengan yang mama pikirkan atau berbeda. Sudah lama sekali aku tidak meminta pendapat pria yang begitu lama aku musuhi."Pa, aku ingin bicara, bisa?""Raka, kapan datang?""Tadi, Pa. Papa asik menonton TV.""Iya, sampai nggak tahu kamu datang. Bicara apa?""Sebenernya bukan bicara, tapi meminta saran.""Duduk sini."Papa menepuk sofa meminta aku untuk duduk di sampingnya. Aku menghampirinya dan menghempaskan tubuh ini. Film yang ia tonton tidak berubah. Tetap suka denganaction.Raut wajahnya sudah terlihat sangat tua. Namun, sudah lebih segar dari waktu ia bertemu denganku. Mungkin benar kata Budhe Airin, obat kesehatan Papa adalah aku. Bertemu dengan anaknya

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh Enam

    Sudah hampir dua bulan Angel masih dengan kondisi yang sama. Hari ini aku segera menemuinya di rumah sakit dengan keadaan ia hampir menyayat tangannya dengan pisau. Ngilu rasanya, aku harus bagaimana?Kasihan ibunya yang sangat cemas mengurus Angel. Sementara, ia terus-menerus memanggil nama sang suami. Aku tahu, ia terlalu cinta, dan aku sadar selama ini jika namaku tidak pernah ada di hatinya."Ibu nggak tega, Nak Raka. Apa Angel harus ada di rumah sakit jiwa?" tanya sang ibu.Angel tidak boleh masuk ke rumah sakit jiwa. Di sana hanya tempat orang tidak waras, sedangkan Angel hanya trauma dan aku yakin ia bisa sembuh total.Apa yang bisa aku lakukan untuknya? Angel sudah terlelap dengan suntikan obat bius. Gegas aku berbicara dengan Dokter Arumi yang menangani Angel."Bisa sembuh kembali, kan, Dok?" tanyaku."Bisa, asal sabar.""Bagaimana caranya, Dok?""Temani dia agar tidak merasa sendi

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh Lima

    Sepulang dari menginap di rumah Tante Arni, aku langsung ke rumah sakit. Dari semalam tidak bisa tidur memikirkan Angel, ada apa denganku? Aku tidak mau terlihat bodoh dengan mencinta istri orang lain.Sepanjang jalan, aku terus saja berpikir. Andai saja aku memiliki kekasih, pasti hati ini tidak akan pernah memikirkannya lagi. Apa mulai sekarang harus mencari wanita baru? Tapi, siapa?Melati? Ah, aku ragu, dia baru saja bercerai dari suaminya. Nanti, aku dibilang pebinor. Lebih baik aku cari saja suster muda yang cantik.Kuparkirkan mobil ini di tempat biasa. Aku melangkah masuk ke rumah sakit. Netra ini tidak henti memperhatikan sekeliling. Banyak suster yang menyapa, tapi aku tidak merasa adafell."Dokter Raka, cepat ke IGD. Ada kecelakaan parah."Aku segera berlari menghampiri ruang IGD. Langkah ini berhenti saat melihat seorang wanita yang aku kenal menangis histeris di depan sebuah zenajah.

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh Empat

    "Setelah selesai persidangan, kamu mau bagaimana?" tanyaku.Melati menghentikan makannya. "Aku nggak tahu, mungkin akan melanjutkan kuliah, Ka."Om Hendri pernah bilang, Melati tidak melanjutkan kuliah karena menikah dulu. Padahal, kedua orang tuanya yang akan menanggung biaya kuliah Melati. Namun, tetap saja dia tidak mau.Kasihan, andai saja dia kuliah, mungkin sekarang dia bisa menikmati pekerjaan yang tertunda."Kamu sabar saja, pasti hal baik akan datang padamu." Tanpa sadar tangan ini menggenggam tangan Melati."Terima kasih, Ka."Aku seperti mimpi atau ini nyata. Seulas senyum terpancar dari wajah cantik yang berdiri di hadapanku. Langsung aku melepas genggaman tangan ini.Angel, sedang apa ia di sini? Pasti dia berpikir aku dan Melati adalah sepasang kekasih."Hai, Ka," sapanya."Ngel, sedang apa?" tanyaku."Nebus obat Mama, nggak sengaja haus ke kantin.

DMCA.com Protection Status