Bu Wulan melihat Shelomitha bersedih, Ia tak sengaja melihat Shelomitha mengusap air mata. Yang sebenarnya Arya sudah menceritakan perselingkuhannya Bramantyo dengan Siska. Bu Wulan merasa sangat sedih melihat luka yang disembunyikan oleh menantunya. Apa kurangnya Shelomitha hingga Bramantyo putranya menyakiti wanita sebaik Shelomitha.
"Arya, sebenarnya ada apa dengan, Mitha?" tanya Bu Wulan pada Arya saat itu. "Memangnya kenapa, Ma?" Arya seolah pura-pura tak tahu, seraya menatap ke arah ponsel miliknya."Jangan bohong sama, Mama. Mama kenal, Mitha sudah lama, jadi tahu kalau Mitha itu lagi ada masalah serius.""Sebenarnya, Mas Bram selingkuh, Ma." Pelan Arya menjelaskan takut jika mamanya shok."A ... apa!""Ma ... bangun, Ma. Mama ... bangun Ma." Pekik Arya meraih tubuh Mamanya.Simbok, juga Arya memberikan minyak kayu putih pada hidung, leher, tengkuk, juga perut Bu Wulan, Simbok memijit-mijit tangan Bu Wulan. Hingga menit berikutnya wanita paruh baya itu siuman."Arya, tolong ambilin, minum.""Ini, Ma." Arya memberi minuman mineral pada Mamanya."Mama sudah, Arya bilang pasti kan jadi kepikiran begini.""Ko bisa sih, kakakmu main gila sama perempuan itu. Mana adik kandungnya lagi, gimana Mitha enggak stress coba, astaga, Bram kok bisa sih." Bu Wulan terlihat kesal."Maka dari itu, Ma. Arya takut kalau, Mbak Mitha ninggalin keluarga kita.""Kau benar, Arya. Itu juga yang mama takutkan."Bu Wulan menatap lekat Shelomitha, ia juga bersedih bagaimana bisa Bramantyo menghianatinya."Ma, ayo dimakan, jangan melamun saja." Perkataan Arya membuat Bu Wulan tersadar dari lamunannya."Iya."Makanan siap di atas meja, mereka menyantap Gurame bakar dengan lalapan beserta sambalnya. Meski bukan di restoran mewah, mereka sangat menikmati hidangan yang disajikan. Apalagi Arya, karena bagi Arya, kebersamaan satu keluarga yang terpisah sudah lebih dari cukup untuk membuat makanan terasa jadi lebih nikmat."Tha, makan yang banyak, Nak."Shelomitha tersedak. Ia meraih gelas yang telah jeruk hangat lalu meneguknya hingga tersisa setengahnya."Iya, Ma." Shelomitha menjawab.Kedua netra Bu Wulan dan Arya saling tatap, melihat Shelomitha tak selera makan."Rania habiskan ya." Bu Wulan menyuapi Rania."Iya, Eyang."Arya menghembuskan napas kasar melihat tingkah Shelomitha yang diam tanpa bicara. Arya merasa benci pada lelaki yang telah menoreh luka pada kakak iparnya yang begitu baik. Luka, itu masih begitu membekas hingga saat ini membuat Shelomitha begitu tersakiti itu yang tertangkap oleh kaca mata Arya.Arya menatap ke arah Shelomitha yang masih melamun. "Mbak, habiskan.""Iya, Arya."-Setengah jam kemudian mereka telah sampai di rumah. Bu Wulan dan Arya mampir ke rumah Shelomitha. Raka juga sudah pulang dijemput sama Mang Kardi. Rumah terlihat sepi, mereka memasuki rumah, ternyata Sekar sudah menunggu di ruang tamu membuat semua kaget melihat ke arah Sekar."Enak ya, jalan-jalan sama keluarga, Ibu Wulan Subroto, wanita deretan terkaya di kota ini." Sekar memulai pembicaraan dengan sindiran.Shelomitha terdiam."Lancang kamu ya, siapa yang mengizinkan kamu masuk ke ruang ini, hah?""Kenapa, Bu Wulan? Takut atau merasa terancam. Aku merebut putramu.""Siska bicara yang sopan sama orang tua." Jelas Shelomitha."Apa sopan, bulshit, Sebentar lagi posisimu akan aku gantikan, Shelomitha." Lagi Sekar mulai ngelantur."Astaga, Sekar." Pekik Shelomitha.Shelomitha hanya bisa menarik napas panjang, kenapa adiknya berubah drastis seperti ini, kasar tidak ada sopan-sopannya sama orang tua. Apa yang membutnya seperti orang kerasukan bahkan memanggil dirinya dengan sebuatan Shelomitha, bukan Mbak seperti biasanya. Gadis yang dulu baik kenapa sekarang berubah seperti ini."Kenapa Shelomitha, enggak terima, aku bicara kasar. Suka-suka aku dong." Siska melotot tak terima."Jaga mulutmu wanita gila." Bu Wulan terlihat begitu geram."Jangan marah-marah, Bu Wulan yang terhormat, sebentar lagi aku akan menjadi menantumu, kan!""Astaga, aku tidak akan sudi punya menantu wanita sepertimu. Mana ada seorang adik merebut suami kakaknya, wanita macam apa itu.""Tapi itu kenyataan, Bu Wulan. Sebentar lagi aku akan jadi menantumu, gimana dong.""Astaga, apa wanita ini tidak mengerti kata-kata ya." Kesal Bu Wulan menghadapi Sekar."Dasar wanita gila ...!" Arya kesal ingin menampar wanita itu namun tangannya ditahan oleh Shelomitha."Jangan kotori tanganmu, Arya, hanya dengan menampar wanita ini."Siska tertawa terbahak-bahak.Bu Wulan memeluk Shelomitha, berusaha menenangkan Shelomitha. Apakah ada seorang adik menyakiti kakaknya."Pergilah." Usir Arya."Kenapa harus pergi, aku saat ini sedang mengandung anak dari, Mas Bramantyo suami kamu Shelomitha."Sesaat Shelomitha beku. Tubuhnya menedadak bergetar hebat, seolah tubuhnya tak dapat digerakkan. Shelomitha menatap tak percaya pada adik yang berada di depannya. Sungguh Sekar benar-benar wanita tak berperasaan. Baiklah, Shelomitha mengerti mungkin Bramantyo tak menginginkan Shelomitha lagi dihidupnya, tapi bukan berarti ia menghamili adiknya.Jika Bramantyo tak menganggapnya sebagai istrinya, setidaknya bukan adiknya yang ia hancurkan."Apa ...." Bu Wulan duduk di sofa memegangi dadanya yang terasa sesak."Mengandung, apa kamu yakin itu anaknya, Mas Bram, bukankah kau sering tidur bersama banyak Pria?" sindir Arya pada Siska."Tutup mulutmu, Arya." Siska meradang menatap ke arah Arya sinis."Wanita yang baik, dan terhormat tidak akan pernah jadi pelakor, dan kau tahu itu adalah suami dari kakakmu sendiri. tapi kelakuanmu tak ubahnya seperti sampah," Arya terlihat santai, meskipun hatinya terluka menatap Shelomitha juga mamanya begitu terluka.Siska berada diluar kendali, ucapaan Arya membuat Siska sangat marah. Siska mendorong tubuh Arya, namun Arya tetap pada posisinya."Siska apa yang kau lakukan di sini?" Btlram bertanya tak percaya dengan apa yang ia lihat."Mencarimu lah, Mas."Bram melihat sang Mama juga istrinya menangis."Ada apa ini?" tanya Bramantyo."Kau keterlaluan, Bram. Kau menghamili wanita gila itu." Jelas sang Mama murka."Apa! Siska apa yang kau katakan?""Kenapa, bukankah benar aku hamil.""Pergiii ....""Mas.""Pergi aku bilang." Bentak Bram.Bramantyo menyeret tubuh Sekar keluar dan menyuruh satpam untuk mengusirnya. Sesaat Bramantyo kembali ke dalam cemas kepada Shelomitha juga mamanya. Sementara tubuh Shelomitha bergetar ia jatuh lunglai ke lantai, Bu Wulan mertuanya menangis histeris. Beliau tahu apa yang dirasakan Shelomitha saat ini luka begitu dalam. Bramantyo menatap istrinya tak tega, ia ingin mendekati tapi tidak berani.Tatapannya kosong sesaat tubuh Shelomitha jatuh dan pingsan. Bramantyo berusaha mendekati tubuh istrinya namun ditahan oleh Bu Wulan seraya berteriak."Jangan sentuh, Mitha. Bram? Jangan sentuh, Dia."Bramantyo mundur satu langkah."Kau yang membuat kekacauan ini, kembalikan menantu, Mama yang dulu ceria." Pekik Bu Wulan marah sekali."Maaf, Ma. Bram khilaf.""Apa khilaf, khilaf sampai mengahamili. Adik Mitha, hah. Apa tidak ada perempuan lain? Arya bawa, Mitha masuk ke dalam kamar?""Baik, Ma," jawab Arya sambil mendekati tubuh Mitha.Dengan badannya yang kekar dan berotot Arya menganggkat tubuh Shelomitha menaikki tangga. Arya memadang tubuh mungil yang begitu cantik. Sungguh enggak tega melihat kakaknya sesakit ini, Arya heran kenapa Bramantyo lebih memilih selingkuh dengan wanita bar-bar itu.Sampai kamar Arya menidurkan tubuh Shelomitha."Mbok anak- anak enggak tahu kan kejadian tadi?" tanya Arya pada Simbok."Beres, Den Arya, mereka di gazebo belakang rumah," jelas Simbok."Baik, Mbok jaga Mbak Mitha ya. Biar aku temani anak-anak di belakang.""Injih, Den Arya."Bu Wulan merasa dadanya begitu sesak, ia tidak pernah mendidik anaknya sekejam ini. Byram berjalan menuju mendeketi sang mama. Kali ini wanita paruh baya itu telah gagal mendidik anaknya, wanita itu sedang hamil bisa dipastikan ia akan kehilangan sang menantu kesayangannya Shelomitha."Mama, maafkan, Bram." Bram mencoba meminta maaf. Bu Wulan menatap kesla ke arah Bramantyo. "Maaf untuk apa? Maaf karena telah membuat, Mama dan Mitha terluka, hah."Bramantyo terdiam."Mama tidak pernah mendidikmu menjadi seorang pria yang kejam, dan pengecut sepeti ini, Bram. Sampai tega kau menghianati Mitha, dan membuat adiknya hamil. Mama enggak bisa berpikir, apa kau waras, hah."Hening"Mama, ini tidak seperti yang, Mama kira, Bram terpaksa." Bram berusaha meyakinkan mamanya.Bu Wulan tertawa sinis. "Menghamili adik dari istrimu kau bilang tidak seperti yang Mama kira. Apa kau tidak berfikir dampak dari anak-anakmu jika kalian berpisah? Apa kau berfikir dari mana Mitha mendapatkan uang jika kalian berpisah? Jika Mitha pergi dari rumah ini Mama tidak akan memaafkanmu.""Maaf, Ma." Bram terlihat gelisah."Kau kejam, Bram.""Iya, Bram mengaku salah, Ma. Maaf.""Apa kata maaf bisa menyembuhkan luka Mama dan Mitha?"Bram terdiam.Bu Wulan pergi meninggalkan Bramantyo yang masih menundukkan krpala karena sesalnya. Bu Wulan berjalan menuju kamar Shelomitha. Wanita paruh baya iyu melihat pandangan Shelomitha kosong, wanita paruh baya itu memeluknya dari belakang. "Yang kuat sayang demi anak-anak juga Mama," bisik Bu Wulan."Ma, apa yang harus Mitha lakukan?" tanya Mitha seraya bergetar."Sabar sayang ini ujian buat kamu, Mama harap jangan buat kepustusan dulu, pikirkan baik-baik.""Tadinya, Mitha fikir akan memaafkannya, mungkin, Mas Bram khilaf, Ma. Tapi apa, wanita itu hamil, Ma." "Sudah ... sayang nanti kamu drop lagi, sudah, sudah sayang," Bu Wulan seraya membelai rambut menantunya.Mitah menarik napas dalam. "Kenapa, Siska berubah menjadi wanita yang ambisi dan egois, Ma, apa salah Mitha hingga ia tega menghancurkan hidup, Mitha?""Dibalik semua ini pasti ada hikmah dan jalan keluarnya, sayang sudah tenang ya." Bu Wulan memenangkan Mitha.Arya kembali berjalan ke arah kamar Mitha, ia memberikan obat sisa dari rumah sakit."Minumlah, Mbak." Arya memberikan tiga butir pil dan air mineral.Shelomitha mengangguk lalu meminumnya.Bu Wulan memberbaring tubuh Shelomitha untuk tidur. Mama wulan memutuskan untuk tidur satu ranjang dengan Shelomitha, beliau takut jika nanti ada apa-apa dengan menantunya itu.Bramantyo memasuki kamar, ia ingin sekali melihat kondisi istrinya yang tadi pingsan, ia bahkan tak berani. Bramantyo berbaring di atas ranjang king size miliknya, ia masih merasakan aroma tubuh wangi bekas istrinya di ranjang ini. Ia tidak habis pikir baru beberapa hari ia bermesraan. Sekarang bahkan untuk mendekat dan memandang wajah Shelomitha pun ia tak berani. 'Siska kau wanita yang selalu ingkar janji, lihatlah aku akan menghancurkan hidupmu. Kau telah merampas kebahagiaanku.' Lirih Bram dalam hati. -Suara Adzan menggema di berbagai penjuru ruangan rumah itu, menandakan subuh sudah tiba. Shelomitha bangun mengambil wudu menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba. Sakit hati datang pada dirinya, ia harus tetap optimis dan pandai bersyukur. Ketenangan akan hadir di hati ketika ia menginggat Allah disetiap langkahnya. Selama ini ia sangat jauh dari Tuhannya. Tak pernah menyentuh mukena juga kitab sucinya.Shelomitha harus berfikir positif sebab ketenangan hati adalah obatnya, ia harus bangkit dari keterpurukan, ia tahu apa yang harus ia lakukan, ia memandangi lemari yang penuh dengan pakaian. Sudah lama Shelomitha mengoleksi baju syari itu diam-diam, mungkin saat inilah ia harus berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.Aktivitas pagi dilakukan Shelomitha harus tetap semangat, bersama Mbok Darminia menyiapkan sarapan. Sesaat kemudian sarapan pagi telah tersedia di meja makan, bu Wulan keluar melihat Shelomitha memakai handuk di kepala. Dan wajahnya sudah kembali ceria,Bu Wulan tersenyum melihat Shelomitha baik-baik saja."Pagi sayang? Sudah sehat?" tanya Bu Wulan."Alhamdulillah, Ma, harus tetap semangat kan, untuk Raka juga Rania." "Syukurlah, sini peluk, Mama."Shelomitha tersenyum geli. "Tapi, Mitha belum mandi, Ma, Mitha izin mandi dulu ya, Ma.""Baiklah jangan lama-lama, Mama tunggu! Kita sarapan bareng.""Siap, Ma."Semua sudah berkumpul di meja makan, masih menunggu Mitha yang belum datang. Sesaat Shelomitha sudah bergabung dengan yang lain. Shelomitha duduk di kursi, semuanya terkejut tapi tak ada yang berani menyapanya. "Bunda paling cantik sedunia." Rania memberi pujian.Mitha tersenyum melihat ke arah Rania. "Masa aih cantik, enggak ah." Sindir Shelomitha pada Bramantyo."Cantik, Bunda."Shelomitha mengangguk dan melanjutkan sarapan.Hening hanya tersengar suara piring dan sendok beradu. Tak ada satu katapun keluar, mereka hanya memandang takjub wanita yang duduk anggun memakai kerudung navy. Bramantyo menandangnya sampai sendoknya jatuh ke piring. Namun Shelomitha tak menghiraukanmya, Arya dan Bu Wulan pun saling berpandangan. "Bunda ... anterin, Raka ya. Takut telat kata Bu guru nanti ada ulangan.""Iya sayang, tapi habiskan makannya.""Iya, Ma.""Rania boleh ikut, Bunda?""Kalau ikut Om Arya sama Eyang siapa temannya di rumah.""Em baiklah, Bunda. Tapi Bunda jangan lama-lama ya," pinta Rania.Shelomitha tersenyum. "Baiklah."Shelomitha dan Raka berpamitan pada Arya juga Bu Wulan. Tak menghiraukan Bramantyo dan di antar sama Mang Kardi.Mereka masih tidak percaya Shelomitha berubah menjadi lebih tegar."Mama, itu bener tadi, Mbak Mitha? Cubit tangan, Arya. Ma."Bramantyo terdiam.Bu Wulan memukul Arya. "Aghh sakit.""Iya itu, Mitha. Syukurlah Mama ga bisa bayangin jika Mitha bisa cepet mengendalikan pikiranya. Mama enggak habis pikir, kok ada yang nyakitin wanita sebaik Mitha. Padahal kalau dilihat, cantiknya, baiknya, lembutnya, Kalau sama Siska bagai langit dan bumi 'kan." Bu Wulan menyindir, Bramantyo yang berada di samping.Bramantyo hanya diam, ia berusaha sekuat tenaga pun Shelomitha sudah tidak akan memaafkanya. Wajah Bramantyo memanas ketika tadi melihat wanita di depannya begitu baik dan cantik, istrinya memang wanita yang sangat istimewa. Bramantyo bahkan sudah tak berani menyentuhnya. Kata orang seribu kebaikan akan hilang dengan satu kesalahan, Itulah Bramantyo. Yang telah menghianati istrinya, bukan satu kali kesalahan namun berkali-kali kesalahan.Mungkin inilah cobaan untuk Shelomitha, Allah mungkin sedang rindu akan air matanya. Air mata yang entah kapan terakir kali menetes, karwna selama ini ia selalu bahagia. Berbeda saat ini hatinya penuh dengan air mata di mana rumah tangga Shelomitha sedang diuji, haruskah ia bertahan apakah justru harus melepaskannya? Mobil terparkir di halaman sekolah Raka, Shelomitha mengantar anaknya sampai depan kelas. Ia lalu bergabung dengan ibu-ibu wali murid, ada, Bu Sari juga Bu Ani yang setia mengantar anaknya, yang lainnya sibuk kerja mencari tambahan nafkah untuk sang suami."Jeng, Mitha, pangkling aku kirain siapa tambah cantik saja," sapa Bu Sari"Iya Bu, do'ain ya? biar istikomah terus bisa seperti ini," jawab Shelomitha pada Bu Sari"Iya, Jeng Mitha, tenang saja pasti kita dukung terus kok!""Makasih ya, Bu."Shelomitha masih bersama ibu-ibu mengobrol, lumayan kali ini Shelomitha bisa sedikit menghilangkan penat di dalam dada. Shelomitha pamit duluan untuk pulang, ia pulang sambil memb
Keluarga kecil yang rukun dan harmonis, bisa hancur karena, perdebatan perdebatan kecil yang tidaklah penting. Tapi ini lain Bramantyo telah menghamili perempuan itu, sebenarnya Bramantyo adalah pria yang romantis dan penyayang, bersamanya Shelomitha lupa bagaimana caranya menangis. Delapan tahun menikah, baru kali ini Bramantyo menyakiti hati Shelomitha, kenapa? Ini soal yang ada diperut wanita itu bayi yang tak berdosa bagaimanapun bayi yang dikandung harus mendapatkan perhtian dari Ayah biologisnya. Dengan cepat Shelomitha menghapus air matanya yang sedari tadi hujan di wajahnya. Mobil terparkir di depan rumah mama Wulan, mereka masuk dan wanita paruh baya itu menyambutnya dengan sangat senang. Mamanya bahagia andai mereka tak berpisah.Tapi kenyataannya lain sebentar lagi mereka akan berpisah. Itu yang membuat hati wanita paruh baya itu bersedih. "Pagi, Mama." Shelomitha membawakan oleh-oleh buah dan juga kue kering."Pagi sayang, gimana hari ini sehat," jawab Mama Wulan, sete
Arya berkemas di dalam kamar, ia mencari bajunya buat tanding namun tak juga ia temukan, perasaan Arya sudah menaruhnya di dalam tas. Ia turun dari kamar atas menemui sang Mama"Mama tahu seragam Atya yang baru kemarin, ndak? Baju buat lomba kemarin Ma?" "Gimana sih sebentar lagi berangkat lo, inget enggak di taruh dimana?" "Kemarun sih di dalam tas, Ma.""Kan habis pertandingan waktu itu kita nginep di rumah Bramantyo. Inget ga? Mungkin ketinggalan disana.""Oh iya, kalau enggak salah ada di sana. Terus bagaimana, Ma." "Makanya sekarang cepat cari, mumpung masih lama. Tiga jam lagi berangkatnya," "Iya deh, Ma, Arya berangkat kesana.""Iya hati-hati jangan ngebut, Arya!""Siap, Mama."Arya meninggalkan rumah dan melajukan motor kesayangan menuju rumah kakaknya. Matahari mulai tenggelam pertanda petang telah tiba. Bramantyo dan Shelomitha mampir ke mall untuk membeli permainan Raka dan Rania, lalu bergegas pulang. Mobil melaju menuju kediaman rumah Bramantiyo, mobil terparkir dig
Pemandangan yang asri udara yang sejuk membuat Raka dan Rania melihat pemandangan yang begitu indah. Dari balik kaca mobil terlihat senyum merekah dari kedua anaknya. Shelomitha dan anaknya tak sabar berjumpa dengan sang kakek yang telah lama tak mereka jumpai.Mobil terparkir di alamat yang Shelomitha pegang, tiga bulan lalu saat terakhir kali bertemu sang Ayah pindah ke kota Nganjuk. Rasa bahagia ketika alamat sang Ayah sudah ia ketemukan, halaman yang luas penuh bunga-bunga jarak antara rumah penduduk masih beberapa meter, 200 meter dari rumah Ayahnya. Terlihat akses jalan rel kereta api.Rumah yang nyaman dan indah dengan perabot bercorak kayu jati asli membuat mata tak bosan memandang. "Assalamu'alaekum.""Wa'alaikumsalam.""Ayah!" Dengan takzim Shelomitha mencium punggung sang ayah dan memeluknya. Raka dan Rania menghampiri sang kakek lalu memeluknya, suasana haru pertemuan antara kakek dan cucunya, juga Shelomitha. Pak Ferdi mempersilahkan masuk semua yang datang. Sementara M
Pagi yang indah terdengar suara riuh burung-burung berkicau, Shelomitha dan anak-anaknya berjalan di persawahan juga melihat pemandangan yang hijau dan juga sejuk. selesai jalan-jalan mereka berlalu pulang dan Kakaknya sudah berada pulang dari kota Madiun. Ia memeluk Mitha. Kakaknya sangatlah rindu dengan adik semata wayangnya."Ko tambah cantik saja sih, Adik Mas?""Mulai menggoda." Shelomithamencubit pipi Pramono."Gimana kabar kamu? Mas sampai rindu sudah lama kita tak bertemu.""Alhamdulillah baik, Mas, tapi tidak dengan pernikahan Mitha sudah diambang kehancuran.""Kok bisa gimana sih, coba jelaskan?""Mas Bram selingkuh dengan Siska Mas?""Apa ... dasar bener-bener Siska tak ada habisnya buat hancurin keluarga kita.""Sudahlah, Mas, semua sudah terjadi. Mas bram bilang katanya Dia dijebak Siska awalnya Mitha mau memaafkannya karena demi anak-anak tapi Siska mengandung anaknya Mas Bram.""Bener-bener keterlaluan Siska, Mas tak terima, Tha. Mas harus buat perhitungan dengannya."
Sebelum adzan magrib berkumandang mereka sudah samapi di rumah sang kakek. Mereka membersihkan diri lalu Salat Magrib berjamaah. Setelah itu berkumpul di meja makan. Makan malam sudah tersedia ada mie goreng, telur, ayam bakar juga urap-urap dan sambal kentangHening hanya terdengar suara sendok dan piring mereka menikmati makanan, yang begitu menggoda lidah. Hingga piring mereka kosong, Shelomitha membantu membersihkan sisa makanan. Meja kembali rapi, Shelomitha mendekati Ayahnya, duduk di sampingnya. "Kapan baliknya, Nak? Apa sebaiknya disini saja, temani Bapakmu juga Masmu?" tanyanya."Raka harus sekolah, Ayah, kan Mitha kemarin sudah cerita sama, Ayah." "Yakin ndak takut kalau digangguin atau mungkin sama Siska.""Ayah ... kenapa harus takut. Aku hanya takut sama Allah, sudahlah Ayah, aku hanya butuh do'a Ayah. Jadi kenapa harus takut." "Ya, Ayah hanya bisa berdo'a semiga kamu dlaam lindungannya, Tha.""Aamiin.""Nak Arya, Ayah nitip, Mitha ya! Jagain dia dari, Siska.""Insya
Mobil berjalan meninggalkan rumah Bu Wulan menuju ke sokolah, mengantar Raka. Mobil Arya melaju dengan kecepatan sedang. Tak butuh waktu lama mereka telah sampai ke depan gerbang sekolah. Selesai mengantar Raka, Aryaengantar Bu Wulan juda Shelomitha untuk membeli kebutuhan sayuran juga sembako, tak lama mobil Arya telah sampai di pasar juga toko langganan Bu Wulan area pasar berdekatan dengan sebuah mall. Mobil sudah berada di area parkir. Mereka turun lalau masuk ke dalam untuk belanja, sedangkan Arya duduk di warung memesan kopi menunggu Bu Wulan dan Shelomitha belanja. Arya sekilas melihat Siska keluar dari mall belanja dengan seorang lelaki paruh baya. Arya terus mengamati gerak gerik mereka berdua. Apa lelaki bersama itu adalah, Jarwo yang pernah Shelomita dan Pak Ferdi katakan waktu itu? Lelaki setengah baya itu mendapat telepon dan langsung bergegas pergi bersama Siska. Telah pergi menggunakan mobil. Arya berjalan menuju warung tadi memesan satu cangkir capuchino. Arya menye
Tiada satupun skenario Allah yang tidak indah, semuanya pasti indah walaupun kita sulit untuk memahaminya, itulah yang terjadi pada musibah tadi semuanya atas kehendaknya. Semoga Arya baik-baik saja, ia terluka karena menyelamatkan Shelomitha, bayangan tusukan itu selalu menari-nari diotak Shelomitha.Arya selamatpun adalah anugerah terindah di balik setiap musibah yang mereka alami. Sungguh Shelomitha berharap semua baik-baik saja. Ia takut melibatkan keluarga mertuanya untuk membantunya, ia takut jika banyak yang terluka olehnya karena ulah Siska. Siska hanya mengincarnya tapi Arya yang terluka.Apa Shelomitha harus pergi saja dari rumah Bu Wulan, Shelomitha hanya takut jadi beban Mama Wulan."Ma, Mitha pindah saja kali ya, Ma? Wku takut, akan melukai Arya juga Mama." Mitha meremas ujung jilbabnya, ia begitu cemas jika bu Wulan marah karena keinginannya untuk pindah rumah. "Mitha ngomong apa sih, kita ini keluarga, Mitha. Mama yang seharusnya menjagamu, ngak boleh ngomong gitu lag
a few full moons laterKeluarga besar Arya dan Bramantyo, begitu antusias ingin berkunjung di Gunung Tangkupan Perahu tempat wisata terkenal di Jawa Barat, tempat wisata Legenda Sangkuriang. Arya lagi ada tugas di Bandung sekalian semua ikut liburan karena sekalian, weekend bersama keluarga tercinta. "Fino sakit, aku gak jadi ikut ya, Arya.''"Iya, baiklah next time kita ngumpul lagi. Semoga cepat sembuh, Fino. Mas.''''Aamiin.""Titip Sultan dan Mama saja ya.''"Hu um, beres, Mas."Semua sudah siap berangkat ada Sultan, Raka, Rania, Yusuf dan Senja anak bungsu Shelomitha dan Arya. Satu keluarga besar berkumpul mempersiapkan liburannya.Mobil disewa dan meluncur menuju lokasi tempat wisata, udara yang sejuk dan asri tentunya, serta banyak pohon tinggi menjulang. Membuat mereka takjub dengan pemandangannya, mereka langsung bergegas berjalan menuju area dimana rasa penasaran mereka akan cerita legenda Sangkuriang. Seorang anak yang mencintai Ibu kandungnya.Perjalanan hampir enam jam.
Shelomitha duduk menyusui baby Yusuf di kamarnya sambil menunggu video call-nya pada suaminya Arya di terima. Karena ada sesuatu yang harus Shelomitha bicarakan. "Assalamu'alaikum, sayang," ucapan salam terdengar bersamaan dengan munculnya wajah tampan Arya yang tersenyum seperti biasa."Wa'alaikumsalam. Mas, sudah sampai kantor?""Ya, sudah sejak tadi. Kenapa sayang?""Ada file ketinggalan ini di rumah, penting ngak ini, Mas?'Hening. Shelomitha hanya menatap wajah suaminya yang ada di layar ponselnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tenang. Sementara Arya masih sedikit sibuk menatap layar laptopnya. "Tidak, sayang, itu buat meeting besok." "Oh, begitu."Shelomitha senang menatap wajah suaminya itu, entah baru saja berpisah ia sudah sangat rindu. "Ada lagi sayang yang mau dibicarakan.""Tidak, hanya rindu.''Arya tersenyum di balik layar ponsel milik Shelomitha. "Sama dong."Shelomitha masih diam. Ia sibuk menyusui Yusuf sesaat ia menangis. "Ok. Yusuf nangis. Sudah dulu ya, M
Shelomitha menangis ia terharu ternyata cinta bisa membuatnya kuat, kuat untuk menjalani proses yang ia takuti berjalan lancar. Besoknya masih setia Arya menunggu istrinya. "Dokter kapan boleh pulang?" tanya Arya pada sang dokter."Hari ini boleh pulang, Ibu Mitha juga sudah sehat, bayinya juga sehat jangan lupa asinya ya Ibu diberikan." "Iya, dokter." Shelomitha dituntun Arya menuju mobil, sedangkan anak kecilnya digendong Mama Wulan. Mobil melaju menuju rumah Mereka, selang tiga puluh menit mobil sudah terparkir di halaman rumah. Arya menuntun sang istri di kamar baru untuk si kecil dan Shelomitha."Mas, ini bagus banget kamarnya, Makasih ya?" tanya Mitha pada suaminya."Sama-sama sayang, aku gak tega kalau di kamar atas, takut nanti kamu jatuh." Arya mendisain kamar begitu bagus, tempat tidur besar dan box untuk sikecil. Dan ranjang besar untuknya dan istrinya, dengan motif biru. Arya berjalan masuk kamar melihat Shelomitha sedang belajar menyusui sikecil, Arya mengecup kenin
"Apa yang terjadi, Mas?""Aku tahu siapa yang memukuliku saat itu.""Hah, siapa?""Apa, Dokter Amar teman kita juga."Shelomitha mengangguk. "Hu um.""Wajahnya aku kenal banget, di dalam mimpi wajah Amar yang kulihat sayang." Jelas Arya menginggat mimpinya."Apa, jadi yang membuat, Mas Arya kecelakaan karena ulah Ammar?" tanya Shelomitha pada suaminya."Sebenarnya aku digebukin, terus aku lari naik motor aku tak sadar ada sebuah truk menghantam motorku.""Astaghfirullah. Ya Allah bener-bener jahat banget dia," lirih Shelomitha mendengus kesal."Ya sudah sayang, itu kan sudah lama, yang penting sekarang kamu sudah bener-bener menjadi istriku, kan." Shelomitha gak habis pikir Amar teryata begitu licik, ingin menyakiti Arya dulu, sudahlah biar Allah yang membalaskan kejahatannya. Kejadiannya juga sudah begitu lama, namun dengan mendengar cerita suaminya perut Shelomitha mendadak sakit.-Namun Shelomitha tahan hingga pagi pun tiba, selesai salat subuh ia berdoa. Ya Alloh yaa Robbana di
Mereka bangun dan menjalankan kewajibanya dimusholla rumahnya. Arya mengajari anak-anaknya mengaji juga Sultan yang masih menginap duirumah sang paman, ia ingin belajar mengaji bersama adik-adiknya. Dan juga memberikan penjelasan, "Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan salat, kunci dari kita hidup didunia ini adalah satu yaitu shalat. Maka, apapun masalah yang kita hadapi, hamparkanlah sajadah dan sholatlah, bertumpulah pada kekuatan Allah.""Sudah mengerti apa yang ayah sampaikan, mugkin ada yang perlu ditanyakan?" tanya Arya pada anak-anaknya juga Sultan."Kalau kita sakit, apa tetap harus salat ayah?" tanya Raka pada Ayahnya."Iya, Nak, bisa dengan tayamum, bisa juga duduk ataupun tertidur," jawab Arya lembut.Sementara Shelomitha menyiapkan makanan, kandungan Shelomitha sudah mulai membesar, ia harus banyak makan sayur-sayuran biar proses melahirkan nanti ia bisa kuat. Sarapan pagi sudah tersedia, ada bakwan jagung kesukaan Rania ayam geprek.Mereka menikmati makanan dengan
Malam semakin larut hanya terdengar suara ombak dan angin kencang. Shelomitha sudah tidur dalam mimpinya sementara Arya gelisah memikirkan mimpinya yang baru saja ia alami. Gadis yang bernama Dara itu semakin mendekat seperti tidak asing wajahnya diingatan Arya. Arya berjalan menuju balkon dan duduk di kursi, ia menatap angin juga suara ombak yang menentramkan jiwanya. Ia terus menginggat siapa Dara sebenarnya, sementara ingatannya belum begitu jelas menangkap siapa wanita dalam mimpinya itu Ia menatap langit yang semakin gelap, dengan bintang yang tak berani menujukkan sinarnya, ia takut jika perasaannya melukai hati Shelomitha istrinya. Jika Mitha tahu siapa Dara yang berada dalam mimpinya. Ia takut ditinggalkan. Shelomitha terbangun melihat sang suami tidak ada ditempatnya, ia lalu menghampiri suaminya yang duduk sendiri dikursi depan kamarnya, apa yang terjadi dengannya ya? Tidak seperti biasanya. Shelomitha lalu mendekati suaminya."Mas kenapa, mimpi buruk kah?" tanya Shelomitha
Senja mulai meninggalkan tugasnya,berganti dengan petang. Arya sudah kembali pulang ke rumah bersama anak-anaknya. Arya mencari istrinya lalu memeluknya dari belakang."Ayo sayang temani aku ke undangan, Amanda?" "Hmm, sayang biarkan aku di rumah saja, aku malas," jawab Shelomitha malas. "Baiklah, kalau gitu aku juga gak hadir deh." "Lo kok tiduran, bukannya undanganya jam tujuh sayang?" tanya Shelomitha bingung."Ya buat apa aku datang kalau istriku tidak ikut, ya sudahlah tidur saja," jawab Arya pada istrinya."Hmm ya sudah baiklah, aku ikut," ucap Shelomitha ragu yang sejujurnya ia malas ketemu Amar."Beneran sayang." ''Hu um, tapi gaka malu ajakin, Mitha, hmm Mitha kan!" ucap Shelomitha yang dipotong oleh suaminya."Aku tidak malu sayang, aku menyukaimu titik, sudah ganti pakaianmu, aku tunggu dibawah ya." Fiko pergi dan mencium pipi istrinya.Shelomitha menatap ke arah cermin, ia sungguh takut, bagaimana jika Arya diejek sama temanya, gelisah Shelomitha memikirkan. Ia lalu m
Beberapa bukan berlalu, Bramantyo sudah sampai di Surabaya, keadaanya yang semakin pulih namun, ia masih menggunakan kursi roda kakinya masih belum bisa untuk berjalan. Sementara Syerli selalu setia menemani sang suami, meskipun kadang Bramantyo bersikap kasar, namun tak ia hiraukan, Syerli lebih memilih mengalah dari pada harus mementingkan egonya.Ia tahu jika suaminya akan berubah menyayanginya seperti dulu lagi, sejak ketemu Shelomitha adik semesternya di kampus. Bramantyo sudah mulai melupakannya, semoga saja Bramantyo berubah seperti dulu, disitulah Syerli mslasih bertahan akan tetap setia mendampinginya. "Li, tolong ambilkan air putih," suruh Bramantyo pada istrinya yang lagi membereskan baju miliknya."Baiklah, sebentar ya," jawab Lili sambil melangkah pergi ke dapur, tumben agak lembut nyuruhnya. Bramantyo melihat lalu lalang kendaraan dari jendela rumahnya, ia menatap kakinya sampai kapan itu berakhir, ia jadi lumpuh karena kesalahannya mabuk bersama Siska. Ia menarik napa
Shelomitha membantu di dapur, menyiapkan sarapan pagi, telur balado dan mie goreng sudah siap dimeja makan, mereka berkumpul sarapan tanpa Arya juga Sultan, mereka hanya diam menikmati sarapan pagi. Sementara Shelomitha hanya menatap makanan tanpa disentuh, namun ia ingat pesan suaminya harus makan yang banyak. "Bunda, Ayah lama sekali sih belum juga pulang Raka dan Rania sudah rindu," seru Raka juga Rania cemberut, mereka sudah merindukan Ayahnya."Sabarlah sayang, kalau semua sudah beres, Ayah pasti akan pulang, ayo semangat sekolahnya, jangan pada cemberut nanti cantik dan gantengnya hilang lo." Mitha menenagkan kedua anaknya."Hmm, Bunda." "Nah begitu kan anak pinter, ayo berangkat nanti telat." Suruh Shelomitha kepada anak-anaknya yang masih cemberut.Mereka diantar Mang Kardi ke sekolah, sedangkan Shelomitha sibuk mengecek file yang dikirim rekannya kerjanya Ana, sementara Aeya dan Sultan masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sepi, Arya menyuruh Sultan untuk istirahat dikamarny