Bisakah Siska berubah, di dalam hidupnya hanya ada ambisi dan dendam, keluarga Ayah Farhan selalu menyayanginnya hanya dengan sekali hasutan sang Paman, Siska berubah jadi wanita yang kejam. Siska tidak pernah menyadari bahwa hidupnya dipenuhi dengan ambisi. Kalaupun Shelomitha harus terpuruk karena kehancuran rumah tangganya. Shelomitha tidak lupa bahwa semua sudah camput tangan dengan takdirnya. Tantangan hidup setiap orang pasti ada, Shelomitha harus taklukkan dan menjadi pemenang. Kemenangan bukti perjuangan, karena makin gigih berjuang, makin terbuka pintu kebahagiaan. Nama Bramantiyo dan Shelomitha dipanggil di dalam ruang pengadilan. Mereka dan juga saksi masuk dalam ruangan. Sesaat Shelomita membeku tangannya sedingin es, gugup tak beraturan keringat dingin membasahi tubuhnya. Sungguh tak ada sejakipun dalam benaknya akan duduk dikursi dihadapan para hakim di pengadilan.Shelomitha mencoba untuk tegar, agar ia tak gugup. Shelomitha pasti bisa jalani proses ini dengan hati y
Shelomitha pun bergegas pulang menuju rumahnya."Bunda baru pulang?" tanya Raka dan Rania, sambil memeluknya."Iya sayang, Mama baru pulang, sudah pada makan belum?""Sudah, Bunda sama, Mbok Darmi." "Ok. Kalau begitu, Bunda beres- eres dulu ya?""Iya, Bunda."Shelomitha masuk ke kamar mandi lalu mengguyur tubuh dengan air dari shower merasakan segar di seluruh tubuh. Selesai ia mematikan shower memakai handuk berjalan keluar kamar. Selesai memakai piyama kubaringkan tubuhnya diatas ranjang. Menarik napas dan menatap langit-langit kamar, menekan kedua mata dengan jari-jari, mencegah agar air mata tak keluar karena bersedih. Sesaat pintu kamar diketuk. Tok ... tok"Masuk saja.""Bunda besuk ada lomba acara disekolah, kata, Bu Guru lomba berdua sama Papa.DegShelomitha menelan kudah yang begitu pahit. "Harus sama, Papa ya? Ndak boleh diwakilin sayang?" tanya Shelomitha cemas menanti jawaban Raka."Raka ngak tau, Bunda, tapi kata, Bu Guru kalau ayahnya sudah tidak ada boleh sama Pam
Shelomitha dan Raka masuk ke mobil diantar sama Mang Kardi, badan Shelomitha sedikit berkeringat, ia bener-bener takut jika kali ini Arya tak menepati janjinya datang ke sekolah. Baukan Ayah kandunhnya juga sudah tak peduli lagi. Mungkin, dia sudah punya kehidupannya sendiri, benda pipih di dalam tas diambil oleh Shelomitha. Berharap jika Arya menghubungi dan masih sama teleponnya tidak aktif, ada apa dengan Arya? kenapa ponselnya ngak aktif padahal biasanya selalu aktif."Bunda kalau Om Arya tak datang bagaimana?" tanya Raka cemas. "Om Arya pasti tepatin janjinya sayang, tapi kalau Om Arya tak jadi datang sama Mang Kardi saja ya? Tapi tetap, Bunda juga akan temani Raka sampai lombanya selesai" Shelomitha berusaha menyemangati anaknya."Ya, Bunda. ngak asyik kalau sama Mang Kardi, tapi ya sudah ngak papa deh Bunda." Shelomitha tahu jika Raka gelisah mungkin dalam batinya ia ngak terima jika Mang Kardi yang jadi teman satu timnya."Lo, Den Raka jangan remehin Mang Kardi. Mang Kardi
"Wa'alaikumsalam, Eyang."Sambut Raka juga Rania, Bu Wulan memeluk tubuh kedua cucunya, lalu Shelomitha menghampiri Bu Wulan dan mencium takzim punggung tangannya. Bu Wulan memeluk Shelomitha, beliau rindu sudah lama tidak berjumpa dengan menantunya itu."Eyang. Tadi Raka dapat juara satu," ujar Raka sambil menunjukkan piala pada sang Eyang."Duh pinternya, Cucu Eyang, sini pekuk Eyang. menang lomba apa sayang?" tanya sang Eyang kepada Raka.Raka Diam tak berani menjawab"Kenapa diam?" Arya datang dari kamar mandi lalu menjawab pertanyaan Mama Wulan. "Menang lomba sepasang Anak dan Ayah Mama," jawab Arya sambil mendekati Mama Wulan.""Katanya di Bali sayang kok tahu-tahu sudah disini saja?" tanya Mama Wulan bingung."Jadi gini, Ma. Raka yang minta tolong Arya untuk membantunya, soalnya Raka bingung harus minta tolong siapa, Ma. Sedangkan Mas Bram ngak bisa hadir." "Iya, ngak papa sayang, cuma Mama kaget saja katanya di Bali ko langsung ada di sini."Shelomitha memberi vidio Raka m
Bramantyo mengendarai mobilnya menuju kantor, ia masuk ke dalam ruangan dan menarik kursi deket meja. Ia tahu ada yang ngak beres dengan kantornya, suara pintu diketok oleh asisten pribadinya."Masuk.""Maaf, Pak ada file yang tidak sesuai dengan catatan manual." "Kok bisa ngak sama? Sudah dicek semuanya?" tanya Bramantyo pada asistennya Felly. "Sudah, Pak hasilnya pun sama," jawab Felly asistennya."Cari daftar nama-nama orang yang bersangkutan dengan bagian administrasi beserta identitasnya? Jangan sampai terlewatkan, dan cepat bawa kesini laporannya?" Bramantyo seraya mengecek file-file itu."Baik, Pak permisi." "Iya."Jika tidak segera di atasi perusahaan ini akan hancur. Apa yang harus di lakukan? kenapa Bramantyo bisa seteledor ini, uang perusahaan di gelapkan oleh salah satu oknum yang tak bertanggung jawab. Namun Bramantyo baru mengetahuinya. Perusahaan sejak dikelola sama Papanya tidak pernah mengalami pengelapan uang yang sebegitu besarnya. Bramantyo berpikir apa ini ada
Selesai pemakaman, mereka bergegas melangkah meninggalkan pemakaman tidak dengan Bramantyo dan Siska. Siska berdua hatinya begitu hancur, alat satu-satunya untuk mengancam Bramantyo sudah tiada, Siska begitu marah hingga ia masih berada di samping pemakaman anaknya. Tubuhnya begitu kaku, Bramantyo mncoba membujuk agar mau pulang. Mungkin hidup Siska telah hancur, meskipun Bramantyo berada disisinya dan telah menjadi miliknya. Tapi Siska tahu batin dan jiwanya hanya untuk mantan istrinya Shelomitha, wajah Siska memerah, ia tahu tak lama lagi Bramantyo pasti membuangnya. Jika Bramantyo sampai membuangnya, Siska pastikan Shelomitha juga tak akan bahagia. "Sudah ayo kita pulang?"Siska mengangguk pelan. "Iya.""Yakin?""Iya, aku tak apa-apa, Mas.""Baiklah."-Senja melangkah pergi meninggalkan awan, pertanda hari sudah mulai petang. Shelomitha berada duduk di depan sofa sambil menemani sang anak belajar, tatapannya kosong Shelomitha memikirkan bagaimana hati Siska, pasti saat ini Sis
Arya menatap cangkir berisi kopi panas, ia teringat seseorang yang selama ini ia rindukan. Pantaskah ia merindukan Shelomitha? Ah Arya menggeleng dan berharap itu hanya halusinasi nya saja. Ia mengusap rambutnya dengan kasar. Sungguh Arya tak mengingginkan ini. Wajah kakak iparnya selalu menari-nari di pikirannya.Arya mengambil jaket hitam, dan pergi meninggalkan kafe. Menaiki motor kesayanga, ia melajukan motor dengan kecepatan sedang, tanpa sadar motor melaju menuju rumah Shelomitha. Arya melihat dari luar ada mobil asing siapa dia ? Arya memarkir sepeda motornya di luar gerbang dan berjalan mendekati pintu rumah Shelomitha. Arya melihat yang di dalam adalah dokter yang waktu itu merawatnya, terlihat wajah bahagia Shelomitha bersama kedua anaknya juga dokter itu bermain bersama. Arya merasa kecewa ia pun berjalan menuju motor kesayangannya.Arya melajukan motor dengan kecepatan cepat, ia tak tahu harus berbuat apa, rasa sakitnya begitu dalam, dadanya begitu sesak. Ia merasa jika
Sayub-sayub terdengar suara adzan subuh, Shelomitha segera bangun dan menjakankan salat selesai tadarus. Setelah setengah jam ia lalu bergegas membantu Mbok Darmi menyiapkan sarapan, ia harus bangkit. Tak harus meratapi nasibnya, jika Allah bilang tidak maka tidak. Bukankah semua akan mengalir dengan sendirinya, ia harus optimistis semua akan baik-baik saja. Nasi goreng sosis telur mata sapi sudah siap di atas meja. Mang Kardi juga Simbok ikut serta makan bersama di meja makan, suara tawa Raka saat diledekin Mang Kardi membuat tawa mereka hingga ke sudut ruangan rumah itu. Shelomitha bahagia melihat keceriaan anaknya.Selesai sarapan Shelomitha mengantar Raka juga Rania sekolah, Rania sudah memasuki PAUD, dan ditungguin sama Mbok Darmi, sementara Shelomitha sibuk bekerja."Bunda, hati-hati perasaan Raka ngak enak, lo." Tiba-tiba Raka begitu khawatir melihat Bundanya."Sini peluk, insyaAllah, Bunda akan baik-baik saja sayang, kan ada Allah yang menjaga, Bunda." "Baiklah. Tapi hati-h
a few full moons laterKeluarga besar Arya dan Bramantyo, begitu antusias ingin berkunjung di Gunung Tangkupan Perahu tempat wisata terkenal di Jawa Barat, tempat wisata Legenda Sangkuriang. Arya lagi ada tugas di Bandung sekalian semua ikut liburan karena sekalian, weekend bersama keluarga tercinta. "Fino sakit, aku gak jadi ikut ya, Arya.''"Iya, baiklah next time kita ngumpul lagi. Semoga cepat sembuh, Fino. Mas.''''Aamiin.""Titip Sultan dan Mama saja ya.''"Hu um, beres, Mas."Semua sudah siap berangkat ada Sultan, Raka, Rania, Yusuf dan Senja anak bungsu Shelomitha dan Arya. Satu keluarga besar berkumpul mempersiapkan liburannya.Mobil disewa dan meluncur menuju lokasi tempat wisata, udara yang sejuk dan asri tentunya, serta banyak pohon tinggi menjulang. Membuat mereka takjub dengan pemandangannya, mereka langsung bergegas berjalan menuju area dimana rasa penasaran mereka akan cerita legenda Sangkuriang. Seorang anak yang mencintai Ibu kandungnya.Perjalanan hampir enam jam.
Shelomitha duduk menyusui baby Yusuf di kamarnya sambil menunggu video call-nya pada suaminya Arya di terima. Karena ada sesuatu yang harus Shelomitha bicarakan. "Assalamu'alaikum, sayang," ucapan salam terdengar bersamaan dengan munculnya wajah tampan Arya yang tersenyum seperti biasa."Wa'alaikumsalam. Mas, sudah sampai kantor?""Ya, sudah sejak tadi. Kenapa sayang?""Ada file ketinggalan ini di rumah, penting ngak ini, Mas?'Hening. Shelomitha hanya menatap wajah suaminya yang ada di layar ponselnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tenang. Sementara Arya masih sedikit sibuk menatap layar laptopnya. "Tidak, sayang, itu buat meeting besok." "Oh, begitu."Shelomitha senang menatap wajah suaminya itu, entah baru saja berpisah ia sudah sangat rindu. "Ada lagi sayang yang mau dibicarakan.""Tidak, hanya rindu.''Arya tersenyum di balik layar ponsel milik Shelomitha. "Sama dong."Shelomitha masih diam. Ia sibuk menyusui Yusuf sesaat ia menangis. "Ok. Yusuf nangis. Sudah dulu ya, M
Shelomitha menangis ia terharu ternyata cinta bisa membuatnya kuat, kuat untuk menjalani proses yang ia takuti berjalan lancar. Besoknya masih setia Arya menunggu istrinya. "Dokter kapan boleh pulang?" tanya Arya pada sang dokter."Hari ini boleh pulang, Ibu Mitha juga sudah sehat, bayinya juga sehat jangan lupa asinya ya Ibu diberikan." "Iya, dokter." Shelomitha dituntun Arya menuju mobil, sedangkan anak kecilnya digendong Mama Wulan. Mobil melaju menuju rumah Mereka, selang tiga puluh menit mobil sudah terparkir di halaman rumah. Arya menuntun sang istri di kamar baru untuk si kecil dan Shelomitha."Mas, ini bagus banget kamarnya, Makasih ya?" tanya Mitha pada suaminya."Sama-sama sayang, aku gak tega kalau di kamar atas, takut nanti kamu jatuh." Arya mendisain kamar begitu bagus, tempat tidur besar dan box untuk sikecil. Dan ranjang besar untuknya dan istrinya, dengan motif biru. Arya berjalan masuk kamar melihat Shelomitha sedang belajar menyusui sikecil, Arya mengecup kenin
"Apa yang terjadi, Mas?""Aku tahu siapa yang memukuliku saat itu.""Hah, siapa?""Apa, Dokter Amar teman kita juga."Shelomitha mengangguk. "Hu um.""Wajahnya aku kenal banget, di dalam mimpi wajah Amar yang kulihat sayang." Jelas Arya menginggat mimpinya."Apa, jadi yang membuat, Mas Arya kecelakaan karena ulah Ammar?" tanya Shelomitha pada suaminya."Sebenarnya aku digebukin, terus aku lari naik motor aku tak sadar ada sebuah truk menghantam motorku.""Astaghfirullah. Ya Allah bener-bener jahat banget dia," lirih Shelomitha mendengus kesal."Ya sudah sayang, itu kan sudah lama, yang penting sekarang kamu sudah bener-bener menjadi istriku, kan." Shelomitha gak habis pikir Amar teryata begitu licik, ingin menyakiti Arya dulu, sudahlah biar Allah yang membalaskan kejahatannya. Kejadiannya juga sudah begitu lama, namun dengan mendengar cerita suaminya perut Shelomitha mendadak sakit.-Namun Shelomitha tahan hingga pagi pun tiba, selesai salat subuh ia berdoa. Ya Alloh yaa Robbana di
Mereka bangun dan menjalankan kewajibanya dimusholla rumahnya. Arya mengajari anak-anaknya mengaji juga Sultan yang masih menginap duirumah sang paman, ia ingin belajar mengaji bersama adik-adiknya. Dan juga memberikan penjelasan, "Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan salat, kunci dari kita hidup didunia ini adalah satu yaitu shalat. Maka, apapun masalah yang kita hadapi, hamparkanlah sajadah dan sholatlah, bertumpulah pada kekuatan Allah.""Sudah mengerti apa yang ayah sampaikan, mugkin ada yang perlu ditanyakan?" tanya Arya pada anak-anaknya juga Sultan."Kalau kita sakit, apa tetap harus salat ayah?" tanya Raka pada Ayahnya."Iya, Nak, bisa dengan tayamum, bisa juga duduk ataupun tertidur," jawab Arya lembut.Sementara Shelomitha menyiapkan makanan, kandungan Shelomitha sudah mulai membesar, ia harus banyak makan sayur-sayuran biar proses melahirkan nanti ia bisa kuat. Sarapan pagi sudah tersedia, ada bakwan jagung kesukaan Rania ayam geprek.Mereka menikmati makanan dengan
Malam semakin larut hanya terdengar suara ombak dan angin kencang. Shelomitha sudah tidur dalam mimpinya sementara Arya gelisah memikirkan mimpinya yang baru saja ia alami. Gadis yang bernama Dara itu semakin mendekat seperti tidak asing wajahnya diingatan Arya. Arya berjalan menuju balkon dan duduk di kursi, ia menatap angin juga suara ombak yang menentramkan jiwanya. Ia terus menginggat siapa Dara sebenarnya, sementara ingatannya belum begitu jelas menangkap siapa wanita dalam mimpinya itu Ia menatap langit yang semakin gelap, dengan bintang yang tak berani menujukkan sinarnya, ia takut jika perasaannya melukai hati Shelomitha istrinya. Jika Mitha tahu siapa Dara yang berada dalam mimpinya. Ia takut ditinggalkan. Shelomitha terbangun melihat sang suami tidak ada ditempatnya, ia lalu menghampiri suaminya yang duduk sendiri dikursi depan kamarnya, apa yang terjadi dengannya ya? Tidak seperti biasanya. Shelomitha lalu mendekati suaminya."Mas kenapa, mimpi buruk kah?" tanya Shelomitha
Senja mulai meninggalkan tugasnya,berganti dengan petang. Arya sudah kembali pulang ke rumah bersama anak-anaknya. Arya mencari istrinya lalu memeluknya dari belakang."Ayo sayang temani aku ke undangan, Amanda?" "Hmm, sayang biarkan aku di rumah saja, aku malas," jawab Shelomitha malas. "Baiklah, kalau gitu aku juga gak hadir deh." "Lo kok tiduran, bukannya undanganya jam tujuh sayang?" tanya Shelomitha bingung."Ya buat apa aku datang kalau istriku tidak ikut, ya sudahlah tidur saja," jawab Arya pada istrinya."Hmm ya sudah baiklah, aku ikut," ucap Shelomitha ragu yang sejujurnya ia malas ketemu Amar."Beneran sayang." ''Hu um, tapi gaka malu ajakin, Mitha, hmm Mitha kan!" ucap Shelomitha yang dipotong oleh suaminya."Aku tidak malu sayang, aku menyukaimu titik, sudah ganti pakaianmu, aku tunggu dibawah ya." Fiko pergi dan mencium pipi istrinya.Shelomitha menatap ke arah cermin, ia sungguh takut, bagaimana jika Arya diejek sama temanya, gelisah Shelomitha memikirkan. Ia lalu m
Beberapa bukan berlalu, Bramantyo sudah sampai di Surabaya, keadaanya yang semakin pulih namun, ia masih menggunakan kursi roda kakinya masih belum bisa untuk berjalan. Sementara Syerli selalu setia menemani sang suami, meskipun kadang Bramantyo bersikap kasar, namun tak ia hiraukan, Syerli lebih memilih mengalah dari pada harus mementingkan egonya.Ia tahu jika suaminya akan berubah menyayanginya seperti dulu lagi, sejak ketemu Shelomitha adik semesternya di kampus. Bramantyo sudah mulai melupakannya, semoga saja Bramantyo berubah seperti dulu, disitulah Syerli mslasih bertahan akan tetap setia mendampinginya. "Li, tolong ambilkan air putih," suruh Bramantyo pada istrinya yang lagi membereskan baju miliknya."Baiklah, sebentar ya," jawab Lili sambil melangkah pergi ke dapur, tumben agak lembut nyuruhnya. Bramantyo melihat lalu lalang kendaraan dari jendela rumahnya, ia menatap kakinya sampai kapan itu berakhir, ia jadi lumpuh karena kesalahannya mabuk bersama Siska. Ia menarik napa
Shelomitha membantu di dapur, menyiapkan sarapan pagi, telur balado dan mie goreng sudah siap dimeja makan, mereka berkumpul sarapan tanpa Arya juga Sultan, mereka hanya diam menikmati sarapan pagi. Sementara Shelomitha hanya menatap makanan tanpa disentuh, namun ia ingat pesan suaminya harus makan yang banyak. "Bunda, Ayah lama sekali sih belum juga pulang Raka dan Rania sudah rindu," seru Raka juga Rania cemberut, mereka sudah merindukan Ayahnya."Sabarlah sayang, kalau semua sudah beres, Ayah pasti akan pulang, ayo semangat sekolahnya, jangan pada cemberut nanti cantik dan gantengnya hilang lo." Mitha menenagkan kedua anaknya."Hmm, Bunda." "Nah begitu kan anak pinter, ayo berangkat nanti telat." Suruh Shelomitha kepada anak-anaknya yang masih cemberut.Mereka diantar Mang Kardi ke sekolah, sedangkan Shelomitha sibuk mengecek file yang dikirim rekannya kerjanya Ana, sementara Aeya dan Sultan masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sepi, Arya menyuruh Sultan untuk istirahat dikamarny