Syerli menatap wajah suaminya yang masih koma, ia tak menyangka jika suaminya tega berbuat seperti ini. Skandalnya dengan sang suami dengan perempuan itu masih saja berlanjut, haruskah Syerli pergi ataukah aku harus bertahan dengan sikapnya yang selalu dingin dengannya, Syerli yakin jika wanita itupun hanya pelariannya saja.Syerli tahu jika dihati suaminya hanya ada nama Shelomitha seorang, perselingkuhannya dengan wanita itu telah menghancurkan cintanya, semoga saja dengan ia bisa bersabar. Mungkin saja suaminya akan bisa berubah sedikit demi sedikit. Kenapa sudah beberapa hari ia masih saja koma.Syerli dengan sabar menyeka tubuh Bramantyo, menunggunya dan berharap agar ada keajaiban suaminya akan sadar. Syerli berharap suaminya bisa mencintainya seperti dulu, ia percaya jika Allah tak akan menguji umatnya dengan batas kemampuannya.-Amar pun hadir di pemakaman Siska, ia tidak berani mendekat karena ada Shelomitha juga adik iparnya sepertinya mereka sudah menikah, wanita yang cant
Bramantyo hanya bisa diam, badannya sulit untuk digerakkan, namun dengan telaten istrinya Syerli menyuapi juga menyeka tubuh suaminya. Ia tahu jika suaminya begitu dingin dengannya tapi ia tak pernah menyerah, yang terpenting ia tidak melalikan kewajiban sebagai istri.Mama Wulan menjenguk putranya, ia melihat putranya hanya menatap ke arah cendela, luka ditubuh juga pipinya sudah mulai mengering, tatapannya kosong. Mama Wulan khawatir jika Bramantyo terus saja diam, maka akan berdampak buruk untuk sikisnya. "Bram, tolonglah bicara meskipun satu kata saja, Nak." Bramantyo hanya diam."Bram, dengarkan, Mama. Mama disini ada untukmu, bicaralah." Lagi Mamanya bertanya. "Maafkan atas semua kesalahan Bram, Ma, Bram telah membuat kecewa, Mama," jawab Bramantyo tanpa melihat ka arah sang Mama."Kami selalu memaafkanmu, Bram," ucap wanita paruh baya itu menyemangati Bramantyo putranya."Bagaimana keadaan, Siska. Ma?" tanya Bramantyo, ia ingat jika Siska satu mobil dengannya."Si ... siska.
Mobil Arya membelah jalan raya menuju rumahnya, mobil terparkir dijalan raya karena Shelomitha meminta dibelikan rujak cingur pedas, tiga bungkus rujak cingur sudah di tangan dan mobil kembali melaju menuju rumah singgahnya.Sementara Mang Kardi, dan Mbok Darmi menata ruang tamu dengan balon-balon juga dihias hari ini ulang tahun sang Arya. Kejutan buat suami tercinta sudah siap mereka menunggu hingga Arya dan anak-anak pulang. Makanan sudah siap di meja makan juga kue kecil sederhana.Suara mobil sudah terdengar diarea parkir depan rumah, Shelomitha dan yang lain menjalankan misinya bersama Mang Kardi juga Mbok Darmi. Sementara Arya dan yang lain masuk rumah, namun mereka berpikir tumben rumahnya sepi, biasanya ada Mang Kardi yang menyirami bunga jika sore begini. "Yah, kok sepi ya. Pada kemana?" tanya Raka curiga"Apa, Bunda masih di butik." Sahut Rania. "Hu um ga kayak biasanya."Simbok keluar dan memberi tahu Arya jika terjadi apa-apa dengan Shelomitha."Den Arya, aduh gimana i
Bramantyo mencoba untuk berjalan namun ia terjatuh, ada yang aneh dari kakinya, ia menjerit frustasi bagaimana jika ia tak bisa berjalan selamanya. Rasa takut menyekimuti dirinya, namun Syerli masih setia berada disampingnya, meskipun perlakuan kasar sering Syerli dapatkan. Mencoba untuk bertahan, agar sang suami pelan-pelan sadar, sang suami menyukainya seperti dulu kala. Ia terus bersabar merawat suaminya, sang dokter menyarankan agar Bramantyo dirawat keluar negri karena proses penyembuhannya lebih cepat.Mama Wulan mengurus semua admisistrasi juga keperluan anaknya Bramantyo untuk berobat ke Singapura. Mudah-mudahan semuanya akan membaik, Raka Rania juga Arya datang memberi semangat. "Papa, semoga cepat sembuh ya?"Semangatnya Raka untuk sang Papa."Terima kasih Raka juga Rania, kalian yang pinter ya," jawab Bramantyo pada anak-anaknya.Mereka berpelukan, Bramantyo sebenarnya ingin bertemu dengan Shelomitha walau sekali saja, ia hanya ingin melihatnya untuk membuatnya semangat w
Arya mengajari latihan dasar, mereka semua mengerti, mereka antusias untuk menguasai dasar dari latihan hari ini. Selesai latihan mereka istirahat digazebo dan bercanda hingga hari semakin malam, mereka beranjak pergi ke tempat tidur mereka masing-masing. Malam semakin dingin, mereka terlelap dalam mimpi indahnya, sementara Arya tak bisa tidur karena perutnya kekenyangan, ia menatap istrinya yang sedang tertidur pulas, istrinya sangat sederhana dan begitu cantik tanpa riasan dadanya berdetak. Ia seperti mengenali wajah yang selama ini kenal entah dimana dan kapan? -"Selamat pagi, dokter Ammar?" sapa Amanda pada Dokter Ammar."Pagi, sudah disini saja pagi-pagi gadia cantik ini." "Ini Manda bawain sarapan, Manda sendiri lo yang masak Dokter." Amanda seraya memberikan satu kotak nasi pada dokter Amar."Terima kasih ya, Manda.""Sama-sama, dokter, Manda akan kembali ke Korea ikut papa juga mama," pamit Amanda pada Ammar."Lo kok, pergi Amanda secepat ini," jawab Ammar pada Amanda tak m
Amar binggung apa yang harus ia lakukan, mencegah Amanda apa ia tetap pada pendiriannya, namun Ammar tahu bahwa hatinya belum ada rasa dihatinya, ia takut jika memaksakan perasaanya nanti Amanda akan terluka. Kecemasaanya menyelimuti hatinya yang gelisah, sepertinya dewi fortuna tak berpihak padanya. Ammar gelisah mungkinkah ini akan menjadi dilema baginya, antara menahan Amanda atau membiarkanya pergi.[Amanda tidakkah kau tinggal disini, menemaniku juga Zahra]Send....Lama tak ada balasanRead sedang mengetik...[Aku akan tinggal, Dokter, asal ada yang mengikat hatiku][Aku yang akan mengikatnya, jangan pergi. Jadilah Ibu untuk putriku, Zahra][Itu artinya, Dokter Amar melamarku]Amar tersenyum. [Iya, bersediakah kau Amanda menjadi istriku dan Ibu dari anakku, Zahra?][Tidak]Glek[Kenapa?][Karena aku tak mau di lamar di telepon, Pak Dokter]Amar tertawa melihat chat dari Amanda tadinya ia takut jika ditolak oleh Amanda. Amar menghela napas panjang. Ia harus berusaha mencintai A
Saat Arya berkemas, ketukan pintu dari kuar ruangan. Tok ... tok. "Iya sayang, ada apa?" Arya seraya menutupi tubuh Shelomitha dengan selimut, lalu bergesa membukakan pintu yang ia kunci."Ayah tumben dikunci kamar kerjanya?" tanya Raka penasaran."Bunda tidur sayang, kasihan dede bayinya di dalam kecapekan mungkin," jawab Arya gugup. "Apa tidak capek, Ayah tidur disofa, begitu, Bunda." Raka cemas melihat Bundanya."Tidak lagian kan sofanya besar sayang, biarkan, Bunda istirahat ya." "Baiklah.''Raka berjalan ke arah luar. "Tuh kan, Raka lupa, Ponsel, Ayah bunyi terus dari tadi, Ayah lupa bawa ponselnya di atas meja makan."Raka memberikan ponsel pada sang Ayah. "Astagfirullah iya, Ayah lupa, makasih ya sayang.""Sama-sama, Ayah. Raka ke bawah dulu.""Hu um."Arya tersenyum untung istrinya sudah tertidur, ia lalu mendekati istrinya, melihat wajahnya yang sangat lelah. Arya lupa jika ia harus mengecek siapa yang telepon diponselnya. Ternyata beberapa panggilan dari Mamanya.[Hal
[Mas, apa yang terjadi sama, Mas Bram, anak-anak takut?][Doakan saja sayang, ia sudah bisa makan dan minum, kondisinya juga sudah membaik][Alhamdulillah kalau begitu.][Jangan lupa minum vitamin sama jangan capek-capek ya, ingat][Hu um, Mas]Siapa sebenarnya orang yang paling bahagia? Dialah orang yang mampu membahagiakan orang lain yang menegur kita disaat kita salah. Yang mau berbagi menolong saat kita berkesusahan, Suaminya Arya ada di posisi itu, membuat Shelomitha makin nyaman daat bersamanya. Hidup cuman sekali bukan, ia berusaha agar hidup selalu berarti. Menemukan kebahagiaan bersama orang-orang disekitar membuat Shelomitha semakin memiliki arti. Karena luka Shelomitha sudah lenyap bersama embusan angin, Arya telah menyembuhkan luka yang dulu Bramantyo torehkan. "Bunda gimana kabar, Papa Bram?" tanya Raka juga Rania cemas menanti kabar sang Papa."Alhamdulillah sayang sudah bisa makan juga minum kata, Ayah.""Syukurlah, Bunda semoga saja Papa bisa secepatnya sembuh." "Aa
a few full moons laterKeluarga besar Arya dan Bramantyo, begitu antusias ingin berkunjung di Gunung Tangkupan Perahu tempat wisata terkenal di Jawa Barat, tempat wisata Legenda Sangkuriang. Arya lagi ada tugas di Bandung sekalian semua ikut liburan karena sekalian, weekend bersama keluarga tercinta. "Fino sakit, aku gak jadi ikut ya, Arya.''"Iya, baiklah next time kita ngumpul lagi. Semoga cepat sembuh, Fino. Mas.''''Aamiin.""Titip Sultan dan Mama saja ya.''"Hu um, beres, Mas."Semua sudah siap berangkat ada Sultan, Raka, Rania, Yusuf dan Senja anak bungsu Shelomitha dan Arya. Satu keluarga besar berkumpul mempersiapkan liburannya.Mobil disewa dan meluncur menuju lokasi tempat wisata, udara yang sejuk dan asri tentunya, serta banyak pohon tinggi menjulang. Membuat mereka takjub dengan pemandangannya, mereka langsung bergegas berjalan menuju area dimana rasa penasaran mereka akan cerita legenda Sangkuriang. Seorang anak yang mencintai Ibu kandungnya.Perjalanan hampir enam jam.
Shelomitha duduk menyusui baby Yusuf di kamarnya sambil menunggu video call-nya pada suaminya Arya di terima. Karena ada sesuatu yang harus Shelomitha bicarakan. "Assalamu'alaikum, sayang," ucapan salam terdengar bersamaan dengan munculnya wajah tampan Arya yang tersenyum seperti biasa."Wa'alaikumsalam. Mas, sudah sampai kantor?""Ya, sudah sejak tadi. Kenapa sayang?""Ada file ketinggalan ini di rumah, penting ngak ini, Mas?'Hening. Shelomitha hanya menatap wajah suaminya yang ada di layar ponselnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tenang. Sementara Arya masih sedikit sibuk menatap layar laptopnya. "Tidak, sayang, itu buat meeting besok." "Oh, begitu."Shelomitha senang menatap wajah suaminya itu, entah baru saja berpisah ia sudah sangat rindu. "Ada lagi sayang yang mau dibicarakan.""Tidak, hanya rindu.''Arya tersenyum di balik layar ponsel milik Shelomitha. "Sama dong."Shelomitha masih diam. Ia sibuk menyusui Yusuf sesaat ia menangis. "Ok. Yusuf nangis. Sudah dulu ya, M
Shelomitha menangis ia terharu ternyata cinta bisa membuatnya kuat, kuat untuk menjalani proses yang ia takuti berjalan lancar. Besoknya masih setia Arya menunggu istrinya. "Dokter kapan boleh pulang?" tanya Arya pada sang dokter."Hari ini boleh pulang, Ibu Mitha juga sudah sehat, bayinya juga sehat jangan lupa asinya ya Ibu diberikan." "Iya, dokter." Shelomitha dituntun Arya menuju mobil, sedangkan anak kecilnya digendong Mama Wulan. Mobil melaju menuju rumah Mereka, selang tiga puluh menit mobil sudah terparkir di halaman rumah. Arya menuntun sang istri di kamar baru untuk si kecil dan Shelomitha."Mas, ini bagus banget kamarnya, Makasih ya?" tanya Mitha pada suaminya."Sama-sama sayang, aku gak tega kalau di kamar atas, takut nanti kamu jatuh." Arya mendisain kamar begitu bagus, tempat tidur besar dan box untuk sikecil. Dan ranjang besar untuknya dan istrinya, dengan motif biru. Arya berjalan masuk kamar melihat Shelomitha sedang belajar menyusui sikecil, Arya mengecup kenin
"Apa yang terjadi, Mas?""Aku tahu siapa yang memukuliku saat itu.""Hah, siapa?""Apa, Dokter Amar teman kita juga."Shelomitha mengangguk. "Hu um.""Wajahnya aku kenal banget, di dalam mimpi wajah Amar yang kulihat sayang." Jelas Arya menginggat mimpinya."Apa, jadi yang membuat, Mas Arya kecelakaan karena ulah Ammar?" tanya Shelomitha pada suaminya."Sebenarnya aku digebukin, terus aku lari naik motor aku tak sadar ada sebuah truk menghantam motorku.""Astaghfirullah. Ya Allah bener-bener jahat banget dia," lirih Shelomitha mendengus kesal."Ya sudah sayang, itu kan sudah lama, yang penting sekarang kamu sudah bener-bener menjadi istriku, kan." Shelomitha gak habis pikir Amar teryata begitu licik, ingin menyakiti Arya dulu, sudahlah biar Allah yang membalaskan kejahatannya. Kejadiannya juga sudah begitu lama, namun dengan mendengar cerita suaminya perut Shelomitha mendadak sakit.-Namun Shelomitha tahan hingga pagi pun tiba, selesai salat subuh ia berdoa. Ya Alloh yaa Robbana di
Mereka bangun dan menjalankan kewajibanya dimusholla rumahnya. Arya mengajari anak-anaknya mengaji juga Sultan yang masih menginap duirumah sang paman, ia ingin belajar mengaji bersama adik-adiknya. Dan juga memberikan penjelasan, "Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan salat, kunci dari kita hidup didunia ini adalah satu yaitu shalat. Maka, apapun masalah yang kita hadapi, hamparkanlah sajadah dan sholatlah, bertumpulah pada kekuatan Allah.""Sudah mengerti apa yang ayah sampaikan, mugkin ada yang perlu ditanyakan?" tanya Arya pada anak-anaknya juga Sultan."Kalau kita sakit, apa tetap harus salat ayah?" tanya Raka pada Ayahnya."Iya, Nak, bisa dengan tayamum, bisa juga duduk ataupun tertidur," jawab Arya lembut.Sementara Shelomitha menyiapkan makanan, kandungan Shelomitha sudah mulai membesar, ia harus banyak makan sayur-sayuran biar proses melahirkan nanti ia bisa kuat. Sarapan pagi sudah tersedia, ada bakwan jagung kesukaan Rania ayam geprek.Mereka menikmati makanan dengan
Malam semakin larut hanya terdengar suara ombak dan angin kencang. Shelomitha sudah tidur dalam mimpinya sementara Arya gelisah memikirkan mimpinya yang baru saja ia alami. Gadis yang bernama Dara itu semakin mendekat seperti tidak asing wajahnya diingatan Arya. Arya berjalan menuju balkon dan duduk di kursi, ia menatap angin juga suara ombak yang menentramkan jiwanya. Ia terus menginggat siapa Dara sebenarnya, sementara ingatannya belum begitu jelas menangkap siapa wanita dalam mimpinya itu Ia menatap langit yang semakin gelap, dengan bintang yang tak berani menujukkan sinarnya, ia takut jika perasaannya melukai hati Shelomitha istrinya. Jika Mitha tahu siapa Dara yang berada dalam mimpinya. Ia takut ditinggalkan. Shelomitha terbangun melihat sang suami tidak ada ditempatnya, ia lalu menghampiri suaminya yang duduk sendiri dikursi depan kamarnya, apa yang terjadi dengannya ya? Tidak seperti biasanya. Shelomitha lalu mendekati suaminya."Mas kenapa, mimpi buruk kah?" tanya Shelomitha
Senja mulai meninggalkan tugasnya,berganti dengan petang. Arya sudah kembali pulang ke rumah bersama anak-anaknya. Arya mencari istrinya lalu memeluknya dari belakang."Ayo sayang temani aku ke undangan, Amanda?" "Hmm, sayang biarkan aku di rumah saja, aku malas," jawab Shelomitha malas. "Baiklah, kalau gitu aku juga gak hadir deh." "Lo kok tiduran, bukannya undanganya jam tujuh sayang?" tanya Shelomitha bingung."Ya buat apa aku datang kalau istriku tidak ikut, ya sudahlah tidur saja," jawab Arya pada istrinya."Hmm ya sudah baiklah, aku ikut," ucap Shelomitha ragu yang sejujurnya ia malas ketemu Amar."Beneran sayang." ''Hu um, tapi gaka malu ajakin, Mitha, hmm Mitha kan!" ucap Shelomitha yang dipotong oleh suaminya."Aku tidak malu sayang, aku menyukaimu titik, sudah ganti pakaianmu, aku tunggu dibawah ya." Fiko pergi dan mencium pipi istrinya.Shelomitha menatap ke arah cermin, ia sungguh takut, bagaimana jika Arya diejek sama temanya, gelisah Shelomitha memikirkan. Ia lalu m
Beberapa bukan berlalu, Bramantyo sudah sampai di Surabaya, keadaanya yang semakin pulih namun, ia masih menggunakan kursi roda kakinya masih belum bisa untuk berjalan. Sementara Syerli selalu setia menemani sang suami, meskipun kadang Bramantyo bersikap kasar, namun tak ia hiraukan, Syerli lebih memilih mengalah dari pada harus mementingkan egonya.Ia tahu jika suaminya akan berubah menyayanginya seperti dulu lagi, sejak ketemu Shelomitha adik semesternya di kampus. Bramantyo sudah mulai melupakannya, semoga saja Bramantyo berubah seperti dulu, disitulah Syerli mslasih bertahan akan tetap setia mendampinginya. "Li, tolong ambilkan air putih," suruh Bramantyo pada istrinya yang lagi membereskan baju miliknya."Baiklah, sebentar ya," jawab Lili sambil melangkah pergi ke dapur, tumben agak lembut nyuruhnya. Bramantyo melihat lalu lalang kendaraan dari jendela rumahnya, ia menatap kakinya sampai kapan itu berakhir, ia jadi lumpuh karena kesalahannya mabuk bersama Siska. Ia menarik napa
Shelomitha membantu di dapur, menyiapkan sarapan pagi, telur balado dan mie goreng sudah siap dimeja makan, mereka berkumpul sarapan tanpa Arya juga Sultan, mereka hanya diam menikmati sarapan pagi. Sementara Shelomitha hanya menatap makanan tanpa disentuh, namun ia ingat pesan suaminya harus makan yang banyak. "Bunda, Ayah lama sekali sih belum juga pulang Raka dan Rania sudah rindu," seru Raka juga Rania cemberut, mereka sudah merindukan Ayahnya."Sabarlah sayang, kalau semua sudah beres, Ayah pasti akan pulang, ayo semangat sekolahnya, jangan pada cemberut nanti cantik dan gantengnya hilang lo." Mitha menenagkan kedua anaknya."Hmm, Bunda." "Nah begitu kan anak pinter, ayo berangkat nanti telat." Suruh Shelomitha kepada anak-anaknya yang masih cemberut.Mereka diantar Mang Kardi ke sekolah, sedangkan Shelomitha sibuk mengecek file yang dikirim rekannya kerjanya Ana, sementara Aeya dan Sultan masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sepi, Arya menyuruh Sultan untuk istirahat dikamarny