Shelomitha terjaga dari tidurnya, kepalanya begitu berat, perlahan ia membuka mata melihat suaminya telah tidur di sampingnya. Semalam hampir jam satu malam Shelomitha baru bisa memejamkan mata. Saat itu pun suaminya belum juga pulang. Ia menatap sekilas wajah Bramantyo yang tertidur memeluk dirinya. Perlahan Shelomitha mengangkat tangan lalu menaruhnya ke atas guling. Shelomitha beringsut menuju kamar mandi.
Selesai ia ke dapur membantu Simbok memotong sayuran, wortel juga kentang juga gubis. Menaruhnya di wadah yang bersih. Kali ini Bibi akan membuat sop request dari anak-anak. Simbok memasukkan sayuran ke dalam panci yang sudah mendidih, lalu memasukkan sayuran. Sedangkan Shelomitha menggoreng ayam juga bakwan jagung.Selesai Shelomitha mematikan kompor, lalu seperti biasa berjalan menuju kamar Raka dan Rania membantunya mengenakan seragam. Selesai Shelomitha naik ke kamar atas menemui suaminya yang masih tertidur."Mas, bangun ini sudah siang lo."Bramantyo menggeliat, mengucek matanya yang masih mengantuk. "Malas sayang. Masih mengantuk."Shelomitha tersenyum tipis. "Ga kerja, kah?" tanyanya."Kerja, sih.""Ayo bangun ditungguin, anak-anak di meja makan.""Baiklah."Shelomitha turun, biasanya ia membantu suaminya memakai dasi, namun kali ini tidak, karena anak-anak sudah menunggu di meja makan."Ma, Papa mana?" tanya Raka cemberut.Shelomitha duduk di samping Raka. "Masih mandi, Nak. Makan dulu ya, Mama suapin."Raka mengangguk. "Iya, deh. Ma. Tapi tumben ya, Papa baru mandi jam segini."Shelomitha melengkungkan senyum. "Ya mugkin, Papa kecapekan, Nak." Jelas Shelomitha sambil menyuapinya.Bramantyo datang dari lantai atas. Lagi-lagi Shelomitha membawa ingatan bahwa ia semalam pulang terlambat, dalam situasi ini Shelomitha agak canggung. Shelomitha memandang Bramantyo dengan tajam, sedang Raka sedikit berdehem untuk mengurangi adanya perang tatap menatap di ruangan ini. "Papa kenapa baru mandi sih?""Iya maaf, Nak."Raka cemberut menatap ke arah Papanya."Sayang, maaf ya. Semalam aku ada meeting dan saat aku pulang kamu sudah tertidur.""Apa ada yang tidak aku ketahui, Mas?" tanya Shelomitha ragu.Bramantyo menarik napas dalam. "Tidak ada, sayang.""Ini sudah kelewatan. Tak biasanya, Mas seperti ini pulang terlambat."Bramantyo mendekati Shelomitha lalu mengecup keningnya. "Maaf, sayang."Jujur saja. Shelomitha tidak memperhitungkan adanya hal ini sepanjang pernikahannya dengan Bramantyo terjadi. Shelomitha selalu mengira bahwa mereka akan bersama hingga sisa umur nanti. Namun rupanya Shelomitha terlalu naif hingga terlalu percaya pada suaminya itu. "Mas berangkat dulu, ya.""Iya, Mas. Jangan dimatikan ponselnya aku cemas lo, Mas."BBramantyo mengangguk. "Hanya perasaanmu saja, Tha. Sudah aku berangkat ya."Shelomitha tersenyum dan mengantarkan suami serta anaknya menuju halaman depan. Shelomitha masih mematung melihat mobil sang suami meninggalkan rumahnya.-Pagi tiba suara riuh kicau burung terdengar begitu merdu di atas pepohonan samping rumah Shelomitha, pemandangan begitu sejuk, matahari mulai bersinar menampakkan cahaya. Setelah semalaman bersembunyi di balik rembulan, pagi hari aktivitas di mulai. Dengan semangat pagi, senyum pagi dan jiwa yang pagi.Sore tiba, setelah pulang kerja Shelomitha belanja bersama temannya Dewi, kali ini ia akan belanja keperluan buat sekolah Raka, tadi pagi ia Raka pesan jika minta dibelikan beberapa buku juga pencil warna serta kotak pensil. Juga Shelomitha sudah membeli kado untuk anniversary pernikahannya yang ke sepuluh tahun."Tha, sudah. Temani aku beli ponsel ya. Soalnya lemot nih ponselku." Jelas Dewi."Baiklah apa sih yang enggak buat sahabat se-care kamu.""Pasti dong. Makasih ya, Tha. Meskipun sudah berkeluarga kamu masih sempat temani gue belanja.""Iya apa sih yang enggak buat, kamu.""Ga kayak, Si Sari. Entah dia makin lama makin aneh suka melamun sediri.""Serius?""Ya, makanya jarang kan ngumpul bareng kita lagi."Shelomitha tersenyum. "Ya sudah sih mungkin sibuk, kali."Selesai memilih ponsel mereka berjalan naik ekskalator menuju resto mall. Sesaat Dewi beku melihat Bramantyo bersama Sekar. Ia memegang dadanya dan berharap jika Shelomitha tidak melihatnya kali ini."Tha, kayaknya kita putar balik saja yuk. Entah aku mendadak pengin ikan gurame yang ada di depan mall ini itu lo.""Enggak.""Please ... ayo lah. Tha."Shelomitha menggeleng pelan. "Enggak, serius ya ini bukan lo banget." Kata Shelomitha seraya melipat kedua tangannya di depan dada."Ayo." Tarik Dewi lagi.Sesaat Shelomitha beku. Serasa harinya telah hancur, menghantam seluruh tubuhnya yang sesaat menjadi beku. Tepat di depan matanya Shelomitha melihat suami juga Sekar sedang berpegangan tangan mesra tak jauh dari tempat Shelomitha berdiri bersama Dewi. Ya Allah cobaan apa lagi ini ya Robb, Shelomitha tahu Engkau tidak akan memberi cobaan di batas kemampuannya. Suaminya yang selama ini ia percaya ternyata telah menghianatinya. Apa yang harus ia lakukan?"Tha ... kau baik-baik saja?" tanya Dewi sangat cemas melihat keadaan sahabatnya.Dewi masih di posisi mematung."Tha, ayo kita pulang." Ajak Dewi.Dewi maju satu langkah, dan meraih ponselnya dalam tas. Lalu menghubungi sang suami.[Hallo, Mas lagi dimana?]Shelomitha bertanya dengan tangan gemetar. Sedangkan Dewi merasa bersalah, ia terus memegang tangan kiri Shelomitha dengan erat.[Iya masih di kantor, Tha. Ini baru selesai, meeting bersama, Bos.]Astaga ... kali ini Shelomitha melangkah mundur satu langkah. Tangannya begitu dingin, membayangkan jika semua yang dilihatnya ini salah.[Hallo, sayang. Tha]Shelomitha memutus sambungan ponselnya."Ayo kita pulang, Tha." Dewi ikut menangis menyaksikan kelakuan adiknya yang tega merebut suami Shelomitha.Shelomitha mengangkat tangannya lagi lalu menelepon Sekar adiknya.[Iya, Mbak.][Dimana, jalan yuk, Sekar?]Kali ini Shelomitha serasa dihantam puluhan benda berat tepat mengenai kepalanya.[Maaf, Mbak. Kayaknya enggak bisa deh. Aku lagi jalan sama, teman wanitaku nih.]Dewi dan Shelomitha berjalan mundur mereka menangis berdua."Kau yakin tak, menemui mereka, bahkan iki kesempatan untukmu, Tha."Shelomitha menggeleng pelan, "Jika aku tak punya Raka. Akan aku lakukan. Namun nyatanya aku takut jika Raka terluka." Jelas Shelomitha."Oke aku mengerti, kita pulang.""Iya."Dewi melajukan mobilnya membawa sahabatnya meninggalkan mall, awalnya Dewi akan melabrak agar mereka agar malu. Namun, Dewi urungkan percaya jika tadinya Shelomitha dan Bramantyo saling mencintai. Sebab diluar sana mereka berdua berperan sebagai suami istri dengan sempurna. Bahkan sangat romantis. Shelomitha hanya takut jika ia melabrak akan viral di media sosial dan ia tak mau membuat Raka terluka.Ironis, sebab hanya hitungan detik semuanya telah hancur, Dewi menghela napas. Merasa jika mungkin Shelomitha begitu terluka."Tha, kau baik-baik saja?" tanya Dewi pelan."Tidak apa-apa terima kasih sudah menemaniku hari ini.""Kau yakin? Jika kau siap melabrak perempuan itu kita putar balik saja.""Tidak, Dew, ini adalah antara aku dan Mas Bram.""Ok, baiklah."Shelomitha mengusap air matanya. "Dengan mencemaskanku saja aku sudah cukup bersyukur. Kau tahu rasanya aku seperti dihantam ribuan benda berat tepat mengenai jantungku."Dewi merasa jika sikap Sekar keterlaluan. "Sabar ya, Tha.""Apa ada, adik menyakiti kakaknya sendiri. Ini sungguh sulit aku percaya." Shelomitha menoleh ke arah luar cendela mobil.Dewi terdiam, ia tahu jika Shelomitha sedang gundah dan emosinya masih labil. Tak pernah disangka jika semuanya bisa sekacau ini. Sekar yang pendiam ternyata menusuk dari belakang. Mobil sampai di halaman rumah Shelomitha, ia masuk dan Dewi yang membawakan belanjaan Shelomitha masuk ke dalam rumah."Dew, biarkan aku sendiri dulu ya. Aku mau sendirian."Dewi mengangguk pelan, seraya duduk di kursi tamu. Mau pergi pulang pun tak enak ia cemas akan keadaan Shelomitha saat ini.-Shelomitha masuk ke kamar mandi tangannya gemetar, ia duduk di kamar mandi baru semalam mereka bercumbu mesra, siangnya ia bercumbu dengan wanita lain. Shelomitha berada di pojok kamar mandi ia memutar shower hingga tubuhnya jatuh lunglai kebawah. Sungguh ini begitu menyakitkan, melihat kemesraan mereka berdua tak main-main Shelomitha melihat dengan mata kepalanya sendiri. Semenit, setengah jam, hingga satu jam Shelomitha berada di kamar mandi."Mbok, kok lama ya, Mitha bagaimana ini?""Iya, Non. Tumben lo, kenapa ya?""Kita cari yuk, Mbok.""Ayuk, Non."Mbok Darmi dan Dewi kebingungan. Mbok Darmi dan Putri curiga lalu bergegas naik ke kamar atas.Tok ... tok.SepiMbok Darmi dan Dewi masuk tidak ada keberadaan Shelomitha, hanya terdengar suara air yang mengalir terdengar sampai luar kamar mandi. Mbok Darmi begitu cemas dengan cepat ia bergegas masuk dan melihat Shelomitha sudah tak sadarkan diri."Non ... astaga, Non Mitha ... bangun, Non! Bagaimana ini Non, Dewi." Teriak Bibi."Tolong ...."Dimas baru saja sampai, dia kebetulan mampir ke rumah kakaknya. Mendengar suara minta tolong dari kamar atas. Arya Dimas anggara berlari kearah suara minta tolong."Ya Allah, Mbik. Kenapa dengan, Mbak Dewi?" tanya Arya."Enggak tau, Den Arya, Mbok cari-cari enggak ada ternyata di kamar mandi.""Cepat ganti bajunya, Mbok, baru kita bawa ke rumah sakit," ucap Arya pada Simbok juga Dewi."Injih, Den Arya."Selang beberapa menit Shelomitha sudah berada dalam kamar IGD, tubuhnya lemas dan kondisi berendam di air membuat kondisinya drop. Saat ini Shelomitha sedang di tangani oleh dokter. Sedangkan Arya dan Simbok juga Dewi menunggu di ruang depan."Den, apa tidak sebaiknya, Den Bramantyo dikasih tahu kalau, Non Mitha, sedang sakit?" tanya Mbok Darmi."Ponselnya enggak aktif, Mbok. Sudah berapa kali Arya telepon tapi enggak diangkat.""Den Raka sudah waktunya pulang, Den, apa Mbok saja yang jemput?""Ya, Mbok saja yang jemput, biat diantar sama, Mang Kardi. Biar aku yang nungguin Mbak Mitha sama Dewi di sini."Injih, Den, Mbok pamit dulu.""Ya, Mbok, hati-hati."Arya bergeming, memandang kakak iparnya, Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini, biasanya kelurga kakaknya selalu bahagia, baru kali ini Arya melihatnya kondisi kakak iparnya begitu terpuruk.-Di kantor Bramantyo masih menyelesaikan tugasnya, setelah menemui Sekar ia lupa tidak sempat pegang ponsel. Bramantyo lupa tadi ia matikan sesaat setelah Bramantyo telepon.[Hallo, Mas][Iya ... ada apa?][Bisa kita ketemu, Sekar rindu][Mas banyak pekerjaan, bisa lain waktu ya. Lagian bukankah tadi sore kita baru makan bersama][Ayolah, Mas?]Lama-lama wanita ini menjengkelkan. Bramantyo membanting ponselnya ke atas meja tempat kerjanya.[Tapi aku masih rindu.]Bramantyo mendengus kesal. Ia makin sadar jika makin hari kelakuan Sekar makin posesif dan begitu banyak menuntut. Mobil Bramantyo melaju dengan kecepatan cepat. Hingga berapa menit mobil sudah berada di garasi rumah. Bramantyo memasuki rumah melihat sekeliling sepi, ruangan demi ruangan begitu sepi, Bramantyo jalan menuju kamar atas. Ia melihat bekas air belum kering membasahi lantai kamar mandi.'Ada apa ini? Kenapa kamarnya berantakan tak seperti biasanya.'Bramantyo menjatuhkan diri di atas ranjang, punggung belakangnya seperti ada sesuatu, Bramantyo melihat bingkisan berada di atas ranjang. Ternyata hadiah hari anniversary pernikahannya, ia tersenyum bahkan ia lupa jika hari ini adalah hari yang special.Bramantyo sesikit panik dia menelepon ponsel milik Shelomitha lalu berbunyi di dekatnya. Di mengecek ponsel milik Shelomitha dan Bramantyo begitu terkejut saat melihat vidio dirinya dan Sekar sedang berhubungan intim. Mungkin Sekar mengambil vidio itu diam-diam, Bramantyo meradang kesal, rahangnya mengeras, enggak tahu harus memberi penjelasan apa pada Shelomitha"Jadi selama ini aku dijebak sama Sekar.Sitttt ...."'Dasar wanita murahan, beraninya ia mau mengancam Shelomitha, lalu dimana Shelomitha?'Bragh ....Bramantyo melemparkan ponsel Shelomitha ke dinding hingga hancur berkeping-keping. Bramantyo tak habis pikir jika wanita itu menepati ancamannya. Bramantyo lalu memeriksa ponsel ternyata ada banyak sekali panggilan dari adiknya Arya.Next....Mbok Darmi beserta Raka ke rumah sakit. Mbok Darmi begitu cemas karena sejak kecil ia belum pernah melihat, Shelomitha seperti ini. Ia takut kalau terjadi apa-apa dengannya. Sang Ibu menitipkan ke pada dirinya, Simbok lalu masuk ke ruangan dimana Shelomitha di rawat. Simbok melihat keadaan Shelomitha yang masih down. Pandangannya kosong hanya air mata yang mengalir di pelupuk kedua netranya."Non, Mitha ...."DiamHening "Non, Mitha ...." Mbok Darmi memegang tangannya. Shelomitha mengusap air mata, lalu menoleh ke arah Mbok Darmi. "Iya, Mbok.""Non, apapun masalahnya ingatlah ada, Allah juga, Den Raka juga Non Rania yang masih membutuhkan, Non. Mbok enggak harus tahu masalahnya tapi tolong, Non. Sabar, Iklas masih ada Gusti Allah yang ada membantu kita." Nasehatnya. "Mbok, aku butuh pelukan, Mbok Darmi.""Sini ...!" Simbok Darmi memeluk Shelomitha yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.Arya dan Dewi juga Raka hanya memperhatikan, Arya semakin yakin ada sesuatu antara kakakny
Shelomitha dibantu Dewi memasuki kamar baru, tepat di samping kamar mereka dulu. Shelomitha duduk di sisi ranjang berusaha merebahkan tubuhnya. Putri membantu menumpuk bantal biar agak tinggi, ia lalu membaringkan tubuh Shelomitha degan pelan. Shelomitha memandangi langit-langit yang bercat putih di atas, sesaat ia berusaha memejamkan mata, namun rasanya mata ia enggan terpejam. "Istirahatlah, Tha. Kau butuh menenangakan diri." Dewi seraya menarik selimut menutupi tubuh Shelomitha. Shelomitha mengangguk pelan. "Iya kau benar. Terima kasih buat semuanya, Dew."Dewi tersenyum lembut. "Apa sih yang enggak buat kamu." Dewi membetulkan selimut karena masih terlihat kaki Dewi. Shelomitha menoleh ke arah jendela terlihat pepohonan meliuk-liuk. Alunan suara itu masih terdengar indah tatkala angin meniupnya dengan kencang dari balik jendela. Ada buih gelombang rindu menyeruak dalam kabut tipis, air mata tak terasa menggenang lagi di pelupuk mata Shelomitha. "Dew ...."Dewi menarik napas be
Rembulan bersinar di waktu malam, bulan mengantung separuh diatas sana hanya terdengar suara bising pabrik dan suara lalu lalang kendaraan. Mitha duduk dibalkon atas, ia memandang bintang, berharap jika menjadi sinar untuk kedua buah hatinya. Shelomitha meneguk teh hangat buatan Simbok, berharap jika sakitnya akan sedikit menghilang. Penghinaan Bramantyo masih sangat membekas di hati.Serendah itukah cinta dan ketulusan Shelomitha di matanya? Ah, betapa bodohnya Shelomitha yang percaya begitu saja dengan omong kosong cinta! Ya empat tahun dia bermain skandal dengan adiknya. Shelomitha menangkupkan jaket di badan, angin berhembus begitu kencang hingga membuat Shelomitha menggigil kedinginan. Shelomitha beranjak bangkit berjalan menutup pintu balkon lalu masuk ke kamar, ia berbaring di atas ranjang king size, rasa ngantuk menyerang mungkin karena pengaruh obat yang ia minum. Sementara Bramantyo masih di kantor ia sibuk dengan tugasnya, selesai mengerjakan file ia beranjak pulang. Bram
Bu Wulan melihat Shelomitha bersedih, Ia tak sengaja melihat Shelomitha mengusap air mata. Yang sebenarnya Arya sudah menceritakan perselingkuhannya Bramantyo dengan Siska. Bu Wulan merasa sangat sedih melihat luka yang disembunyikan oleh menantunya. Apa kurangnya Shelomitha hingga Bramantyo putranya menyakiti wanita sebaik Shelomitha. "Arya, sebenarnya ada apa dengan, Mitha?" tanya Bu Wulan pada Arya saat itu. "Memangnya kenapa, Ma?" Arya seolah pura-pura tak tahu, seraya menatap ke arah ponsel miliknya."Jangan bohong sama, Mama. Mama kenal, Mitha sudah lama, jadi tahu kalau Mitha itu lagi ada masalah serius." "Sebenarnya, Mas Bram selingkuh, Ma." Pelan Arya menjelaskan takut jika mamanya shok. "A ... apa!" "Ma ... bangun, Ma. Mama ... bangun Ma." Pekik Arya meraih tubuh Mamanya. Simbok, juga Arya memberikan minyak kayu putih pada hidung, leher, tengkuk, juga perut Bu Wulan, Simbok memijit-mijit tangan Bu Wulan. Hingga menit berikutnya wanita paruh baya itu siuman. "Arya, tol
Mungkin inilah cobaan untuk Shelomitha, Allah mungkin sedang rindu akan air matanya. Air mata yang entah kapan terakir kali menetes, karwna selama ini ia selalu bahagia. Berbeda saat ini hatinya penuh dengan air mata di mana rumah tangga Shelomitha sedang diuji, haruskah ia bertahan apakah justru harus melepaskannya? Mobil terparkir di halaman sekolah Raka, Shelomitha mengantar anaknya sampai depan kelas. Ia lalu bergabung dengan ibu-ibu wali murid, ada, Bu Sari juga Bu Ani yang setia mengantar anaknya, yang lainnya sibuk kerja mencari tambahan nafkah untuk sang suami."Jeng, Mitha, pangkling aku kirain siapa tambah cantik saja," sapa Bu Sari"Iya Bu, do'ain ya? biar istikomah terus bisa seperti ini," jawab Shelomitha pada Bu Sari"Iya, Jeng Mitha, tenang saja pasti kita dukung terus kok!""Makasih ya, Bu."Shelomitha masih bersama ibu-ibu mengobrol, lumayan kali ini Shelomitha bisa sedikit menghilangkan penat di dalam dada. Shelomitha pamit duluan untuk pulang, ia pulang sambil memb
Keluarga kecil yang rukun dan harmonis, bisa hancur karena, perdebatan perdebatan kecil yang tidaklah penting. Tapi ini lain Bramantyo telah menghamili perempuan itu, sebenarnya Bramantyo adalah pria yang romantis dan penyayang, bersamanya Shelomitha lupa bagaimana caranya menangis. Delapan tahun menikah, baru kali ini Bramantyo menyakiti hati Shelomitha, kenapa? Ini soal yang ada diperut wanita itu bayi yang tak berdosa bagaimanapun bayi yang dikandung harus mendapatkan perhtian dari Ayah biologisnya. Dengan cepat Shelomitha menghapus air matanya yang sedari tadi hujan di wajahnya. Mobil terparkir di depan rumah mama Wulan, mereka masuk dan wanita paruh baya itu menyambutnya dengan sangat senang. Mamanya bahagia andai mereka tak berpisah.Tapi kenyataannya lain sebentar lagi mereka akan berpisah. Itu yang membuat hati wanita paruh baya itu bersedih. "Pagi, Mama." Shelomitha membawakan oleh-oleh buah dan juga kue kering."Pagi sayang, gimana hari ini sehat," jawab Mama Wulan, sete
Arya berkemas di dalam kamar, ia mencari bajunya buat tanding namun tak juga ia temukan, perasaan Arya sudah menaruhnya di dalam tas. Ia turun dari kamar atas menemui sang Mama"Mama tahu seragam Atya yang baru kemarin, ndak? Baju buat lomba kemarin Ma?" "Gimana sih sebentar lagi berangkat lo, inget enggak di taruh dimana?" "Kemarun sih di dalam tas, Ma.""Kan habis pertandingan waktu itu kita nginep di rumah Bramantyo. Inget ga? Mungkin ketinggalan disana.""Oh iya, kalau enggak salah ada di sana. Terus bagaimana, Ma." "Makanya sekarang cepat cari, mumpung masih lama. Tiga jam lagi berangkatnya," "Iya deh, Ma, Arya berangkat kesana.""Iya hati-hati jangan ngebut, Arya!""Siap, Mama."Arya meninggalkan rumah dan melajukan motor kesayangan menuju rumah kakaknya. Matahari mulai tenggelam pertanda petang telah tiba. Bramantyo dan Shelomitha mampir ke mall untuk membeli permainan Raka dan Rania, lalu bergegas pulang. Mobil melaju menuju kediaman rumah Bramantiyo, mobil terparkir dig
Pemandangan yang asri udara yang sejuk membuat Raka dan Rania melihat pemandangan yang begitu indah. Dari balik kaca mobil terlihat senyum merekah dari kedua anaknya. Shelomitha dan anaknya tak sabar berjumpa dengan sang kakek yang telah lama tak mereka jumpai.Mobil terparkir di alamat yang Shelomitha pegang, tiga bulan lalu saat terakhir kali bertemu sang Ayah pindah ke kota Nganjuk. Rasa bahagia ketika alamat sang Ayah sudah ia ketemukan, halaman yang luas penuh bunga-bunga jarak antara rumah penduduk masih beberapa meter, 200 meter dari rumah Ayahnya. Terlihat akses jalan rel kereta api.Rumah yang nyaman dan indah dengan perabot bercorak kayu jati asli membuat mata tak bosan memandang. "Assalamu'alaekum.""Wa'alaikumsalam.""Ayah!" Dengan takzim Shelomitha mencium punggung sang ayah dan memeluknya. Raka dan Rania menghampiri sang kakek lalu memeluknya, suasana haru pertemuan antara kakek dan cucunya, juga Shelomitha. Pak Ferdi mempersilahkan masuk semua yang datang. Sementara M
a few full moons laterKeluarga besar Arya dan Bramantyo, begitu antusias ingin berkunjung di Gunung Tangkupan Perahu tempat wisata terkenal di Jawa Barat, tempat wisata Legenda Sangkuriang. Arya lagi ada tugas di Bandung sekalian semua ikut liburan karena sekalian, weekend bersama keluarga tercinta. "Fino sakit, aku gak jadi ikut ya, Arya.''"Iya, baiklah next time kita ngumpul lagi. Semoga cepat sembuh, Fino. Mas.''''Aamiin.""Titip Sultan dan Mama saja ya.''"Hu um, beres, Mas."Semua sudah siap berangkat ada Sultan, Raka, Rania, Yusuf dan Senja anak bungsu Shelomitha dan Arya. Satu keluarga besar berkumpul mempersiapkan liburannya.Mobil disewa dan meluncur menuju lokasi tempat wisata, udara yang sejuk dan asri tentunya, serta banyak pohon tinggi menjulang. Membuat mereka takjub dengan pemandangannya, mereka langsung bergegas berjalan menuju area dimana rasa penasaran mereka akan cerita legenda Sangkuriang. Seorang anak yang mencintai Ibu kandungnya.Perjalanan hampir enam jam.
Shelomitha duduk menyusui baby Yusuf di kamarnya sambil menunggu video call-nya pada suaminya Arya di terima. Karena ada sesuatu yang harus Shelomitha bicarakan. "Assalamu'alaikum, sayang," ucapan salam terdengar bersamaan dengan munculnya wajah tampan Arya yang tersenyum seperti biasa."Wa'alaikumsalam. Mas, sudah sampai kantor?""Ya, sudah sejak tadi. Kenapa sayang?""Ada file ketinggalan ini di rumah, penting ngak ini, Mas?'Hening. Shelomitha hanya menatap wajah suaminya yang ada di layar ponselnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tenang. Sementara Arya masih sedikit sibuk menatap layar laptopnya. "Tidak, sayang, itu buat meeting besok." "Oh, begitu."Shelomitha senang menatap wajah suaminya itu, entah baru saja berpisah ia sudah sangat rindu. "Ada lagi sayang yang mau dibicarakan.""Tidak, hanya rindu.''Arya tersenyum di balik layar ponsel milik Shelomitha. "Sama dong."Shelomitha masih diam. Ia sibuk menyusui Yusuf sesaat ia menangis. "Ok. Yusuf nangis. Sudah dulu ya, M
Shelomitha menangis ia terharu ternyata cinta bisa membuatnya kuat, kuat untuk menjalani proses yang ia takuti berjalan lancar. Besoknya masih setia Arya menunggu istrinya. "Dokter kapan boleh pulang?" tanya Arya pada sang dokter."Hari ini boleh pulang, Ibu Mitha juga sudah sehat, bayinya juga sehat jangan lupa asinya ya Ibu diberikan." "Iya, dokter." Shelomitha dituntun Arya menuju mobil, sedangkan anak kecilnya digendong Mama Wulan. Mobil melaju menuju rumah Mereka, selang tiga puluh menit mobil sudah terparkir di halaman rumah. Arya menuntun sang istri di kamar baru untuk si kecil dan Shelomitha."Mas, ini bagus banget kamarnya, Makasih ya?" tanya Mitha pada suaminya."Sama-sama sayang, aku gak tega kalau di kamar atas, takut nanti kamu jatuh." Arya mendisain kamar begitu bagus, tempat tidur besar dan box untuk sikecil. Dan ranjang besar untuknya dan istrinya, dengan motif biru. Arya berjalan masuk kamar melihat Shelomitha sedang belajar menyusui sikecil, Arya mengecup kenin
"Apa yang terjadi, Mas?""Aku tahu siapa yang memukuliku saat itu.""Hah, siapa?""Apa, Dokter Amar teman kita juga."Shelomitha mengangguk. "Hu um.""Wajahnya aku kenal banget, di dalam mimpi wajah Amar yang kulihat sayang." Jelas Arya menginggat mimpinya."Apa, jadi yang membuat, Mas Arya kecelakaan karena ulah Ammar?" tanya Shelomitha pada suaminya."Sebenarnya aku digebukin, terus aku lari naik motor aku tak sadar ada sebuah truk menghantam motorku.""Astaghfirullah. Ya Allah bener-bener jahat banget dia," lirih Shelomitha mendengus kesal."Ya sudah sayang, itu kan sudah lama, yang penting sekarang kamu sudah bener-bener menjadi istriku, kan." Shelomitha gak habis pikir Amar teryata begitu licik, ingin menyakiti Arya dulu, sudahlah biar Allah yang membalaskan kejahatannya. Kejadiannya juga sudah begitu lama, namun dengan mendengar cerita suaminya perut Shelomitha mendadak sakit.-Namun Shelomitha tahan hingga pagi pun tiba, selesai salat subuh ia berdoa. Ya Alloh yaa Robbana di
Mereka bangun dan menjalankan kewajibanya dimusholla rumahnya. Arya mengajari anak-anaknya mengaji juga Sultan yang masih menginap duirumah sang paman, ia ingin belajar mengaji bersama adik-adiknya. Dan juga memberikan penjelasan, "Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan salat, kunci dari kita hidup didunia ini adalah satu yaitu shalat. Maka, apapun masalah yang kita hadapi, hamparkanlah sajadah dan sholatlah, bertumpulah pada kekuatan Allah.""Sudah mengerti apa yang ayah sampaikan, mugkin ada yang perlu ditanyakan?" tanya Arya pada anak-anaknya juga Sultan."Kalau kita sakit, apa tetap harus salat ayah?" tanya Raka pada Ayahnya."Iya, Nak, bisa dengan tayamum, bisa juga duduk ataupun tertidur," jawab Arya lembut.Sementara Shelomitha menyiapkan makanan, kandungan Shelomitha sudah mulai membesar, ia harus banyak makan sayur-sayuran biar proses melahirkan nanti ia bisa kuat. Sarapan pagi sudah tersedia, ada bakwan jagung kesukaan Rania ayam geprek.Mereka menikmati makanan dengan
Malam semakin larut hanya terdengar suara ombak dan angin kencang. Shelomitha sudah tidur dalam mimpinya sementara Arya gelisah memikirkan mimpinya yang baru saja ia alami. Gadis yang bernama Dara itu semakin mendekat seperti tidak asing wajahnya diingatan Arya. Arya berjalan menuju balkon dan duduk di kursi, ia menatap angin juga suara ombak yang menentramkan jiwanya. Ia terus menginggat siapa Dara sebenarnya, sementara ingatannya belum begitu jelas menangkap siapa wanita dalam mimpinya itu Ia menatap langit yang semakin gelap, dengan bintang yang tak berani menujukkan sinarnya, ia takut jika perasaannya melukai hati Shelomitha istrinya. Jika Mitha tahu siapa Dara yang berada dalam mimpinya. Ia takut ditinggalkan. Shelomitha terbangun melihat sang suami tidak ada ditempatnya, ia lalu menghampiri suaminya yang duduk sendiri dikursi depan kamarnya, apa yang terjadi dengannya ya? Tidak seperti biasanya. Shelomitha lalu mendekati suaminya."Mas kenapa, mimpi buruk kah?" tanya Shelomitha
Senja mulai meninggalkan tugasnya,berganti dengan petang. Arya sudah kembali pulang ke rumah bersama anak-anaknya. Arya mencari istrinya lalu memeluknya dari belakang."Ayo sayang temani aku ke undangan, Amanda?" "Hmm, sayang biarkan aku di rumah saja, aku malas," jawab Shelomitha malas. "Baiklah, kalau gitu aku juga gak hadir deh." "Lo kok tiduran, bukannya undanganya jam tujuh sayang?" tanya Shelomitha bingung."Ya buat apa aku datang kalau istriku tidak ikut, ya sudahlah tidur saja," jawab Arya pada istrinya."Hmm ya sudah baiklah, aku ikut," ucap Shelomitha ragu yang sejujurnya ia malas ketemu Amar."Beneran sayang." ''Hu um, tapi gaka malu ajakin, Mitha, hmm Mitha kan!" ucap Shelomitha yang dipotong oleh suaminya."Aku tidak malu sayang, aku menyukaimu titik, sudah ganti pakaianmu, aku tunggu dibawah ya." Fiko pergi dan mencium pipi istrinya.Shelomitha menatap ke arah cermin, ia sungguh takut, bagaimana jika Arya diejek sama temanya, gelisah Shelomitha memikirkan. Ia lalu m
Beberapa bukan berlalu, Bramantyo sudah sampai di Surabaya, keadaanya yang semakin pulih namun, ia masih menggunakan kursi roda kakinya masih belum bisa untuk berjalan. Sementara Syerli selalu setia menemani sang suami, meskipun kadang Bramantyo bersikap kasar, namun tak ia hiraukan, Syerli lebih memilih mengalah dari pada harus mementingkan egonya.Ia tahu jika suaminya akan berubah menyayanginya seperti dulu lagi, sejak ketemu Shelomitha adik semesternya di kampus. Bramantyo sudah mulai melupakannya, semoga saja Bramantyo berubah seperti dulu, disitulah Syerli mslasih bertahan akan tetap setia mendampinginya. "Li, tolong ambilkan air putih," suruh Bramantyo pada istrinya yang lagi membereskan baju miliknya."Baiklah, sebentar ya," jawab Lili sambil melangkah pergi ke dapur, tumben agak lembut nyuruhnya. Bramantyo melihat lalu lalang kendaraan dari jendela rumahnya, ia menatap kakinya sampai kapan itu berakhir, ia jadi lumpuh karena kesalahannya mabuk bersama Siska. Ia menarik napa
Shelomitha membantu di dapur, menyiapkan sarapan pagi, telur balado dan mie goreng sudah siap dimeja makan, mereka berkumpul sarapan tanpa Arya juga Sultan, mereka hanya diam menikmati sarapan pagi. Sementara Shelomitha hanya menatap makanan tanpa disentuh, namun ia ingat pesan suaminya harus makan yang banyak. "Bunda, Ayah lama sekali sih belum juga pulang Raka dan Rania sudah rindu," seru Raka juga Rania cemberut, mereka sudah merindukan Ayahnya."Sabarlah sayang, kalau semua sudah beres, Ayah pasti akan pulang, ayo semangat sekolahnya, jangan pada cemberut nanti cantik dan gantengnya hilang lo." Mitha menenagkan kedua anaknya."Hmm, Bunda." "Nah begitu kan anak pinter, ayo berangkat nanti telat." Suruh Shelomitha kepada anak-anaknya yang masih cemberut.Mereka diantar Mang Kardi ke sekolah, sedangkan Shelomitha sibuk mengecek file yang dikirim rekannya kerjanya Ana, sementara Aeya dan Sultan masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sepi, Arya menyuruh Sultan untuk istirahat dikamarny