"Hanya suka." Jawaban Jacob ini membuat Wiandro menghela napas lega."Oke, biar kuperingatkan. Jangan melakukan sesuatu yang bisa membuatmu menyesal, nggak semua hal bisa dimaafkan. Apalagi, Sienna bukan wanita yang bisa dikurung. Kamu harus membiarkannya bebas supaya dia menyukaimu," nasihat Wiandro."Aku tidak mengerti," sahut Jacob. Jika menyukai seseorang, bukankah seharusnya diikat di samping dengan erat-erat? Tidak peduli cara apa yang digunakan, pokoknya wanita itu tidak boleh pergi dari sisinya."Hais, kelak kamu akan mengerti," ujar Wiandro. Setelah mengakhiri panggilan, Jacob menatap wajah samping Sienna. Wanita ini terlalu lelah sehingga masih tertidur pulas sekarang.Jacob berbaring dengan perlahan, lalu memeluknya dan merasa sangat nyaman sehingga tersenyum puas. Jacob seharusnya membiarkan Sienna menderita di penjara dulu agar lebih merasa berterima kasih padanya.Namun, Jacob benar-benar tidak bisa berkonsentrasi saat rapat. Dia terus berpikir, apakah ada orang yang akan
Ketika melihat Jacob tidak berkata-kata lagi, Sienna pun beranjak pergi. Tebersit kepanikan pada sorot mata Jacob. Dia membuka mulut, tetapi tidak tahu harus melontarkan apa.Jacob hanya bisa mengikuti Sienna sampai ke luar. Tiba-tiba, Sienna menghentikan langkah kakinya. Dari sudut pandang Jacob, dia bisa melihat bekas merah di telinga wanita itu, yang disebabkan oleh gigitannya.Sienna tidak melirik Jacob, melainkan mengeluarkan ponsel untuk menelepon Wanda. Dia menunggu Wanda untuk menjemputnya.Setelah berdiri diam sesaat, Jacob berucap dengan murung, "Aku akan mengantarmu."Sienna menarik napas dalam-dalam, tiba-tiba mendongak menatapnya. Dia bertanya, "Apa aku bisa menganggap diammu sebagai pengakuan salah? Kalau memang merasa bersalah, kamu seharusnya memenjarakan Tania karena sudah membunuh kakak sepupuku, bukannya memaksaku bercinta."Ketika melontarkan ini, ekspresi Sienna tampak datar. Seseorang akan marah hanya karena peduli. Itu sebabnya, pengabaian Sienna ini mulai membua
Luka Tania baru selesai ditangani. Dia mengira Sienna akan dipenjara untuk seumur hidup. Akan tetapi, 10 menit lalu, dia baru tahu Jacob menggunakan 10% sahamnya untuk melindungi wanita itu. Sekarang, Jacob menelepon pihak rumah sakit untuk memindahkannya ke rumah sakit jiwa!"Aku nggak sakit, nggak mau! Semua ini salah Sienna, dia menghasut Kak Jacob. Huhuhuhu, aku mau bertemu Kakek!" pekik Tania.Sayang sekali, tidak ada seorang pun yang mendengarkannya. Para staf langsung memasukkannya ke mobil.Tania terus menangis histeris, sampai-sampai luka di dahinya robek lagi. Ketika melihat wajah pria di jendela mobil, dia sontak berteriak ketakutan, "Minggir! Jangan sentuh aku!"Tania memang sudah mengalami gangguan jiwa. Dulu dunianya sangat indah, tetapi sekarang benar-benar kelam. Dia tidak bisa menerima kenyataan sehingga mencari alasan agar dirinya hidup. Alasan itu tidak lain adalah membenci Sienna.Ini adalah bencana yang tak terelakkan bagi Sienna, tetapi sifat manusia memang sangat
Bukannya Sienna terlalu baik, tetapi paman dan bibinya memang tidak melakukan kesalahan apa pun. Mereka tidak pernah meninggalkan Kabupaten Armana sehingga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.Orang-orang di sekitar sangat mementingkan anak laki-laki, jadi paman dan bibinya juga seperti itu. Jadi, wajar jika mereka membuat pilihan seperti itu saat mengetahui Juliana mengandung anak laki-laki.Bukan berarti Robert dan Berta jahat, tetapi pandangan mereka terhadap dunia ini terlalu sempit. Waktu itu, Sienna yang gusar pun memilih untuk memblokir nomor mereka. Dia tidak menduga akan terjadi hal seperti ini.Sienna menatap keempat makam itu dalam diam. Dia duduk di sana sampai langit gelap. Sesudah memijat kakinya yang kebas, dia menuruni gunung dan hendak kembali.Ketika hendak menarik pintu mobilnya, Sienna mendapati ada mobil lain di sekitar sana. Mobil itu terlihat sangat biasa.Kenapa masih ada orang di jam segini? Akan tetapi, Sienna tidak peduli dan memasuki mobilnya. Itu adalah mob
Sienna ditelepon oleh rekan kerja Robert. Katanya, barang-barang Robert masih ada di kantor. Karena tahu ada yang mengurus pemakaman Robert, orang itu pun buru-buru menelepon Sienna.Sienna buru-buru pergi, lalu mengambil barang-barang Robert yang sudah tidak berguna lagi. Dia memeluk kotak kecil itu sambil berjalan perlahan ke resor.Entah hanya ilusinya atau bukan, Sienna merasa ada yang membuntutinya hari ini. Dia mengernyit sambil berbalik dan memandang ke belakang, tetapi tidak ada siapa pun di sana.Punggung Sienna seketika terasa dingin. Dia mempercepat langkah kakinya. Lantaran terlalu gugup, dia pun tidak sengaja terjatuh ke arah sungai.Meskipun terjatuh 5 sampai 6 meter, untung saja tidak sakit. Sienna hendak bangkit, tetapi tiba-tiba mendengar suara panik dari pinggir jalan. "Sienna, kamu baik-baik saja? Sienna!"Sienna mengira dirinya berhalusinasi. Ketika hendak menjawab, dia melihat seorang pria turun dari lereng. Jalanan sangat licin, apalagi semalam hujan, jadi sangat
Jacob khawatir Sienna melontarkan sesuatu yang akan menyakiti hatinya lagi, makanya buru-buru menutup pintu. Dia sudah mengetahui kekejaman wanita ini sehingga tidak ingin mengalaminya lagi.Sesudah menutup pintu, Jacob berdiri di samping pintu. Terdengar staf bertanya kepada Sienna. "Apa Nona butuh camilan malam? Koki memasak sup ayam malam ini. Sup ini bisa mempercantik kulit dan menyehatkan perut."Sienna awalnya ingin menolak, tetapi menjadi tertarik saat mendengarnya. Dia pun bertanya. "Makan di mana?""Kami akan membawakannya untukmu," sahut staf itu. Sienna pun mengangguk, lalu perutnya tiba-tiba keroncongan.Staf tersenyum melihatnya. "Nona tunggu sebentar, kami akan segera menyajikannya."Jacob masih berdiri di samping pintu. Sesudah tidak mendengar suara lagi, dia pun berjalan ke sofa. Kamar ini kedap suara, tetapi dia bisa mendengar suara air saat Sienna mandi barusan.Jacob pun mulai bergairah, memikirkan penampilan Sienna saat berada di ranjang. Padahal, dulu dia tidak per
Jacob berdiri di depan pintu. Pinggangnya dililit dengan handuk. Jacob mengambil daftar yang diberikan Sienna. Angin berembus, tetapi Jacob malah tidak merasa kedinginan. Dia hanya merasa tubuhnya tidak terlalu panas lagi.Sebenarnya, Jacob tidak perlu menghabiskan waktu untuk melihat daftar bahan senilai 400 juta ini. Namun, sekarang Jacob mengamati daftar itu dengan saksama.Sienna yang mulai tidak sabar berucap, "Sebaiknya Tuan Jacob bawa daftar ini ke Departemen Keuangan untuk dicek saja. Tuan Jacob nggak perlu mengecek sendiri daftar bahan yang nggak terlalu mahal ini.""Empat ratus juta juga berharga," timpal Jacob dengan datar. Dia tidak berani memandang Sienna karena takut Sienna menyadari sesuatu.Angin yang berembus di koridor sangat kencang. Sienna yang kedinginan pun bersin. Jacob memiringkan tubuhnya dan bertanya, "Kamu mau duduk di dalam?""Nggak mau," tolak Sienna. Kemudian, dia mendesak, "Aku kembali ke kamarku dulu. Kalau kamu menemukan ada yang salah, hubungi saja aku
Saat kembali ke pusat kota, mobil Jacob akhirnya menghilang. Sienna menghela napas lega dan merasa mungkin dia hanya berpikir berlebihan. Orang seperti Jacob tidak mungkin akan membuang-buang waktu untuk mengikutinya.Saat kembali ke S.M, Sienna segera mengirim pesan kepada Poppy untuk mengajaknya bertemu. Sikap Poppy selalu dingin dan merasa kesal karena rumor antara dia dan Manfred. Kali ini, Poppy akhirnya bisa melampiaskan amarahnya dan memberikan alamat sebuah bar. Namun, bar itu bukan Klub Melasti. Saat ini Poppy hanya selebritas yang belum begitu terkenal, sehingga tidak bisa masuk ke tempat seperti Klub Melasti. Dia pun membalas pesan Poppy.[ Baiklah. Nanti sekitar jam 8 malam, aku akan mencarimu di ruangan yang kamu bilang. ]Setelah selesai menghubungi Poppy, Sienna menerima telepon dari Keluarga Yuwono lagi. Hasil pemeriksaan Daria sudah keluar, dia benar-benar sudah menjadi orang lumpuh.Yang mengejutkan Sienna adalah Keluarga Yuwono hanya mengabarinya saja, tidak memintan
Arlo masih mempelajari hasil tes DNA itu dengan serius, seolah-olah tidak mengenal kata di atas. Dia mendengar semua ucapan Jero. Sangat menusuk telinga, tetapi Arlo tidak bisa membantah.Ini adalah hasil tes DNA yang diperoleh Jero dalam semalaman. Dia berjaga semalaman sehingga hasilnya tidak mungkin bisa dipalsukan. Sienna adalah putri kandung Keluarga Shankar, adik mereka.Tangan Arlo terkepal erat. Dia seperti ingin menghancurkan kertas itu. Matanya agak berkaca-kaca, pikirannya hampa.Jero menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan suara yang makin serak, "Kalau kamu masih ingin membiarkan Lily bertindak semena-mena, aku nggak tahu harus bilang apa lagi. Ini karma kita. Kita jelas-jelas tahu Sienna dan Jacob pacaran, tapi masih membiarkan Lily merusak hubungan mereka.""Siapa sangka, Sienna barulah adik kandung kita. Kak, menurutmu ini karma buruk kita atau bukan?"Jero merasa sangat lucu. Sejak semalam, pertahanan mentalnya terus roboh. Semua yang mereka lakukan di ibu kota ad
Sienna tidak memedulikan Arlo. Sepasang matanya menatap Yuna lekat-lekat. Mirip sekali, hanya karakter mereka yang berbeda. Leslie tidak mungkin berbicara seperti ini padanya, apalagi menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.Wajah Leslie selalu dipenuhi kelembutan saat menatap Sienna. Leslie sangat menyayanginya, seolah-olah ingin memberikan seluruh dunia kepadanya.Sienna sering kali membayangkan tatapan Leslie setelah Leslie tiada. Sosok Leslie yang memberinya kekuatan dan keberanian. Lantas, kenapa Nyonya Keluarga Shankar punya wajah yang persis dengan Leslie?Ketika melihat Sienna dan Jacob tidak menghiraukannya, Arlo pun tidak sungkan-sungkan lagi. "Pengawal, usir mereka keluar. Jero, kamu juga sama. Jangan buat keributan di sini."Jero akhirnya tidak tahan lagi. Dia mengambil vas bunga di samping dan membantingnya. Vas bunga pecah. Suasana seketika menjadi sunyi senyap."Kalian yang membuat onar di sini!" Jero bergegas melangkah ke hadapan Arlo, lalu meraih kerah bajunya."Arlo
Ancaman ini terdengar sangat serius. Arlo tidak berani ke mana-mana dan terpaksa menunggu di depan pintu.Beberapa menit kemudian, langit tiba-tiba mendung. Turun hujan deras. Suasana hati orang mudah terpengaruh oleh cuaca. Tatapan Arlo tertuju pada kejauhan. Dia melihat sebuah mobil mendekat secara perlahan.Setelah mobil berhenti, terlihat Jero turun dari mobil, lalu diikuti Jacob dan Sienna. Ketika melihat Sienna, Arlo naik pitam. "Ngapain kamu kemari? Kamu cari mati ya?"Sienna berdiri di sebelah Jacob. Jacob memayunginya dan merangkulnya dengan penuh cinta kasih. Sementara itu, Jero buru-buru menegur, "Kak! Tenang sedikit!"Jero khawatir Jacob membawa Sienna pergi.Arlo berkata dengan ekspresi dingin, "Jero, jelaskan tujuanmu. Ngapain kamu bawa dia kemari? Dia cuma akan mengotori rumah Keluarga Shankar!"Jero menarik napas dalam-dalam dan berujar, "Kita ke kamar Ayah dulu. Sekalipun kamu nggak bisa menerima, kamu tetap harus mendengarku bicara dengan Ayah."Arlo sungguh berang. D
Hanya saja, wanita ini tidak terlihat lembut seperti Yuna. Ekspresinya agak dingin saat tersenyum. Jaraknya dengan Omar pun sangat dekat.Omar menatap kamera dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu tidak menggandeng tangan Omar. Tatapannya tenang dan jernih.Arlo seperti dikejutkan sesuatu. Dia mundur beberapa langkah. Sesudah berdiri dengan stabil, dia menghela napas lega.Tadi Arlo merasa sepasang mata itu sangat familier, seolah-olah baru melihatnya dalam waktu dekat ini. Namun, dia tidak bisa ingat di mana.Yuna seperti wanita yang dididik untuk menjadi ibu rumah tangga. Dia mendedikasikan diri untuk keluarganya. Namun, wanita di foto ini berbeda. Dia punya ambisi besar.Arlo melihat sekilas lagi, lalu mengembalikan foto itu ke tangan Omar. Hati Arlo diliputi kesedihan. Awalnya dia ingin pulang ke vila untuk menemani Lily, tetapi sekarang dia hanya ingin tidur di sini.Ketika bangun, ada lebih dari 30 panggilan tak terjawab. Semua dari Lily. Arlo bergegas menelepon. Terdengar t
"Kak, huhuhu .... Sudah jam 12 malam. Kenapa kamu belum pulang? Aku takut sekali. Kak, kamu nggak mau aku lagi ya?" Lily menangis di ujung telepon.Arlo memijat keningnya. "Aku lagi jagain Ayah. Aku pulang agak malam."Nada bicara Lily terdengar hati-hati. "Kak Jero ada bilang sesuatu nggak?"Maksud Lily adalah identitas Sienna. Jero dan Jacob datang untuk menolong Sienna. Apa mungkin mereka sudah tahu identitas Sienna? Jika tidak, kenapa reaksi Jero begitu berlebihan? Jika Arlo tahu, bukankah dirinya akan dicampakkan?"Nggak ada. Jangan pikir yang aneh-aneh.""Kak, kamu bakal berpihak padaku untuk selamanya, 'kan?"Arlo mengernyit, tidak tahu harus bagaimana bereaksi. "Lily, di antara kamu dan Sienna, aku tentu berada di pihakmu. Aku tahu kamu gagal melampiaskan amarahmu. Nggak apa-apa, pasti masih ada kesempatan lain kali."Lily masih merasa gelisah. "Ya sudah, aku percaya padamu, Kak."Setelah mengakhiri panggilan, Lily langsung menelepon pria itu. "Apa Jero dan Jacob sudah tahu ide
Ponsel Jero terus berdering. Pada akhirnya, ponselnya kehabisan baterai. Jelas, Jero lupa akan janjinya dengan Arlo. Dia terus duduk di ruang privat yang paling dekat dengan lantai tujuh.Ketika Jacob membuka pintu dan tersenyum, senyumannya itu hampir membutakan mata Jero.Bagaimanapun, Jero sedang memikirkan cara untuk mengungkapkan identitas kepada Sienna. Setelah melihat senyuman Jacob, Jero pun tahu Sienna setuju melahirkan anak itu."Nggak boleh!" Jero menggebrak meja dan menentang, "Umurnya belum sampai 25 tahun. Atas dasar apa dia harus melahirkan anak untukmu? Jacob, jangan keterlaluan! Kamu nggak kasih mahar, juga nggak adain pesta nikah.""Bahkan, kamu pernah mengusirnya. Sekarang kalian nggak punya akta nikah. Apalagi, kamu adalah buronan sekarang. Kamu malah menyuruhnya melahirkan anak untukmu? Kamu ini nggak punya tanggung jawab sekali."Jacob perlahan-lahan duduk di sebelah. "Kalau begitu, kamu kasih tahu Sienna saja kalau dia adalah putri Keluarga Shankar yang hilang. L
Setelah mobil berhenti di arena pertarungan bawah tanah, Jacob tetap menggendong Sienna sampai ke lantai tujuh. Dia yang meletakkan dagunya di bahu Jacob bisa merasakan aura yang muram dari Jacob.Setelah meletakkan Sienna di atas tempat tidur, Jacob pergi ke kamar mandi untuk mengisi bak mandi dengan air hangat. Namun, meskipun bak mandi sudah terisi penuh, dia tetap berjongkok di samping seolah-olah kehilangan kesadaran.Sienna melirik waktu karena merasa Jacob sudah terlalu lama di dalam kamar mandi. Saat masuk, dia melihat air di bak mandi sudah meluap.Pada saat itu, Jacob baru tersadar kembali, lalu segera bangkit dan mematikan keran air dengan canggung.Sienna yang berdiri di pintu kamar mandi berkata, "Kalau hamil, harus lebih hati-hati saat berendam. Malam ini aku nggak akan berendam."Tubuh Jacob langsung menjadi kaku dan membuang airnya. "Ya. Kalau begitu, kamu mau minum vitamin?"Sienna tidak berbicara dan keheningannya itu membuat Jacob merasa cemas. Namun, dia merasa tida
Telinga Arlo berdengung dan tidak berkata apa-apa.Tubuh Jero pun bergetar. Setelah terdiam beberapa saat, dia baru bertanya, "Lily menderita, jadi apa Sienna nggak menderita? Dia hampir saja mati malam ini. Kak, kamu akan bodoh begini sampai kapan?"Arlo terdiam di tempatnya karena dia tidak mengerti mengapa Jero tiba-tiba memperlakukannya seperti ini. Sejak kecil, mereka berdua tidak pernah bertengkar. Namun, malam ini bukan hanya bertengkar, Jero bahkan memukulnya.Dia berpikir apa hubungannya penderitaan Sienna dengan Jero, Sienna itu memang pantas mati. Jika bukan karena Jero dan Jacob datang tepat pada waktunya, malam ini mayat Sienna pasti sudah hanyut ke dasar sungai selamanya.Jero merasa tenggorokannya sakit dan sudut mulutnya berkedut. "Kak Arlo, malam ini pergi lihat Ayah. Ada yang ingin aku sampaikan pada Ayah dan juga kamu."Setelah menutup telepon, Arlo mengernyitkan alis dan berpikir apa yang sebenarnya ingin dikatakan Jero.Saat Jero baru saja hendak pergi, Lily yang s
Suasana di ruangan itu menjadi makin sunyi.Jero ingin segera memberi tahu Sienna tentang identitasnya, tetapi dia merasa malu untuk bertemu dengan adiknya ini. Apalagi bekas tamparan di wajah Sienna masih begitu mencolok."Sienna, siapa yang menamparmu?" tanya Jero. Jika ulah para pengawal itu, nanti dia akan menghajar mereka.Sienna menyentuh pipinya yang bengkak dan berkata dengan nada menyindir, "Kamu harus tanya pada kakakmu yang baik itu."Kata-kata ini seolah-olah puluhan tamparan yang langsung menampar wajah Jero. Tubuhnya terasa panas karena hatinya hancur dan merasa malu. Ternyata Arlo yang sudah menampar Sienna, tetapi kakaknya itu tidak pernah memukul wanita. Ujung jari Jero yang bergetar perlahan-lahan menyentuh pipi Sienna dan air matanya langsung mengalir.Sienna terkejut karena ini pertama kalinya dia melihat Jero menangis.Jero juga tahu reaksinya terlalu berlebihan, tetapi dia benar-benar tidak bisa menahan dirinya. Dia mengangkat untuk menyeka air matanya, tetapi air