Itu sebabnya, Jacob langsung melakukannya di meja kantor ini. Sesudah merenung sesaat, Jacob sungguh tidak mengerti pesona apa yang dimiliki Sienna. Entah kenapa dia begitu tertarik pada wanita ini.Jacob menunduk, lalu melemparkan ponselnya dan tidak membalas pesan tersebut. Sienna juga tidak berharap pria ini membalasnya. Dia pun memakai kemejanya, lalu perlahan-lahan mengancingnya. Akan tetapi, bekas di lehernya masih tidak tertutup. Jacob benar-benar kelewatan semalam.Kemudian, Sienna memeriksa ponselnya dan menemukan beberapa panggilan tidak terjawab. Adapun panggilan dari Marsel, Jacob telah menghapusnya. Namun, masih ada beberapa pesan yang belum dibaca. Terlihat pesan Marsel yang mengatakan bahwa dia menculik Lukas.Sienna pun menelepon Marsel. Saat berikutnya, Marsel langsung menjawab dan memakinya duluan, "Dasar jalang! Kalau kamu masih nggak datang, aku akan menghajar suamimu sampai mati!"Usai mengatakan itu, Marsel meletakkan ponselnya di depan Lukas. Lukas sudah hampir t
Marsel menculik Lukas dan orang-orang Perusahaan Pukarta masih berada di rumah sakit. Mereka memang tidak berani macam-macam, tetapi Harris belum tentu bisa bertahan selama 2 bulan kalau orang-orang ini terus membuatnya syok.Ketika memikirkan ini, mata Sienna menjadi agak merah. Jacob awalnya masih ingin menyulitkannya dengan mengatakan baru akan membantu setelah wanita ini memuaskannya 10 kali. Namun, begitu dia mendongak dan melihat Sienna yang tampak hancur, kerisauan kembali menyelimuti hatinya.Jacob mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Sony. "Serahkan informasi kejahatan Marsel kepada polisi. Sebelum jam 9 pagi besok, aku sudah mau melihat Perusahaan Pukarta disegel."Seusai menginstruksi, Jacob langsung mengakhiri panggilan tersebut. Sienna agak terkejut karena dia mengira Jacob hanya akan menyerahkan informasi tersebut kepadanya, lalu dia harus pergi ke kantor polisi untuk bernegosiasi. Tanpa diduga, pria ini langsung menyelesaikan semuanya.Jacob menatap Sienna, lalu tak ku
Staf wanita itu pun mengamati Sienna sesaat, lalu memuji, "Kamu cocok dengan model mana pun. Kita harus belajar seperti wanita di luar negeri, harus lebih terbuka dan jangan malu-malu. Bagaimana kalau kamu beli 2 model? Di sini juga ada peralatan, kamu butuh nggak?"Staf wanita itu mengambilkan 2 model untuk Sienna. Sienna tidak berani melihatnya sehingga segera memasukkannya ke tas, lalu memindai kode QR untuk membayar dan keluar dengan kepala tertunduk.Setelah kembali ke mobil, jantungnya masih berdetak kencang. Sienna melemparkan tasnya ke kursi samping, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia mengemudikan mobilnya ke hotel, lalu masuk dengan kartu kamar.Masih ada sejam sebelum pukul 20.00, Sienna harus mandi dulu. Seusai mandi, rasa lelahnya seketika menghilang. Dia menyeka tubuhnya dan membuka lingeri berwarna putih. Begitu melihat modelnya, tangannya sontak gemetaran, bahkan hampir membuang lingeri tersebut.Sekujur tubuh Sienna langsung terasa panas, seolah-olah akan meleleh. Sete
Darwo baru tersenyum puas melihatnya. Dulu, mereka berdua setidaknya menghabiskan 30 menit untuk 1 ronde permainan catur. Namun, malam ini Jacob membuat Darwo kalah telak. Hanya dalam 10 menit, dia telah mengakhiri permainan ini."Kamu ini .... Jangan-jangan, kamu hanya mengalah selama ini?" tanya Darwo dengan terkejut sambil mengangkat alisnya. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang? Benar-benar menjengkelkan!"Kita main ulang!" seru Darwo. Mendengar ini, Jacob kembali melirik jam. Sekarang sudah pukul 19.51. Darwo yang melihatnya pun menegur, "Jacob, kamu terus melihat jam sejak tadi. Kamu terlihat risau sekali."Darwo merasa kesal. Namun, dia merasa bangga saat teringat bahwa Jacob bisa mengakhiri permainan catur dalam 10 menit, padahal suasana hatinya sedang gelisah. Cucu kesayangannya ini memang hebat, pantas untuk Sienna!"Aku punya foto saat baru bertemu dengan Sienna, kamu mau lihat nggak? Dia merawatku di rumah sakit, benar-benar anak yang patuh!" ucap Darwo.Jacob tentu tidak
Sienna melirik ke samping, lalu melihat Dickson yang sibuk menjelaskan kepada suster, "Kami hanya temannya, gimana kondisinya sekarang?""Mungkin ada gegar otak, masih perlu diobservasi. Kita akan tahu setelah dokter memeriksanya nanti, kalian tunggu dulu di sini," jawab suster itu.Dickson pun duduk di samping, masih terlihat bekas darah di bajunya. Sienna mengeluarkan selembar cek, lalu menuliskan 400 juta dan berkata, "Dickson, ini biaya pengobatan Lukas, belum tentu cukup. Tapi, aku masih ada urusan penting. Aku pamit dulu."Dickson menatap cek tersebut dengan tatapan menghina. Orang kaya selalu menggunakan uang untuk melakukan sesuatu. Namun, dia mendongak dan membalas dengan lembut seperti saat berhadapan dengan Willow, "Jangan beri tahu Willow tentang ini, aku takut dia cemas."Sienna sedang terburu-buru. Dia khawatir Jacob marah, lalu membatalkan niatnya untuk menyerang Perusahaan Pukarta. Jadi, dia tidak menyadari keanehan Dickson ini dan menyahut, "Tenang saja, aku nggak akan
Tidak berlebihan jika menyebutkan wanita ini sebagai wanita penggoda. Pakaian yang dikenakan Sienna ini benar-benar terbuka, apalagi kaki dan pinggangnya juga sangat ramping. Rambut hitamnya yang tebal pun diikat ke belakang.Bukannya tidak pernah ada wanita yang menggoda Jacob, tetapi dia selalu merasa jijik terhadap para wanita itu. Namun, dia justru merasa Sienna sangat berkelas. Amarah Jacob seketika mereda. Dia pun mengamati Sienna dari atas hingga bawah sambil memerintahkan, "Kemari."Sienna terdiam sesaat di tempatnya. Setelah merasakan aura di ruangan ini tidak begitu menakutkan lagi, dia baru perlahan-lahan mendekat.Sesudah berpikir sesaat, Sienna langsung duduk di pangkuan Jacob. Saat berikutnya, aroma tubuhnya langsung tercium oleh Jacob. Karena gugup, bulu mata Sienna pun bergetar. Dia tidak berani menatap Jacob. Demi menghindari kecanggungan, dia bahkan duduk menyamping.Jacob merasa lucu melihat tingkahnya. Dia meraih pinggang Sienna, lalu bertanya, "Apa kamu pernah mema
Jacob merasa jantungnya berdebar, lalu perlahan-lahan mendekat dan ingin mencium bibir Sienna. Namun, Sienna malah memiringkan kepalanya, Jacob yang seharusnya mencium bibir malah menjadi mencium pipinya."Tuan Jacob, aku masih belum sikat gigi."Sienna memang ahli dalam menghancurkan suasana. Satu kalimatnya membuat semua suasana yang indah lenyap begitu saja. Jacob memperhatikannya dengan saksama. Sienna khawatir trik kecilnya akan terbongkar, sehingga dia tidak berani menatap mata Jacob.Setelah sekian lama, Sienna bertanya, "Apa ada pakaian?"Jacob membuka lemari di sebelahnya dan mengambil kemejanya, lalu melemparkannya kepada Sienna. "Pakai ini."Jacob sangat tinggi, sekitar 188 sentimeter, sehingga kemejanya cukup panjang hingga menutupi bagian bawah pinggulnya Sienna.Sienna datang dengan terburu-buru semalam dan tidak membawa pakaiannya sendiri kecuali dua set baju yang dia beli dari toko. Setelah mandi, pakaian yang dia kenakan sudah basah. Sekarang, dia tidak memiliki pakaia
Jacob duduk di meja kerja di samping dan mengambil kembali berkas-berkasnya."Kenapa?""Belakangan ini, Rowen mengadakan pelelangan sebuah lukisan. Apa kamu bisa pergi ke Armania? Bukankah kamu sangat mengagumi lukisan-lukisan Pak Rowen itu? Kalau kamu akan pergi, bisakah kamu membawaku pergi bersamamu?" Nada suara Elena terdengar manja. Setelah melihat makanan di meja, dia perlahan-lahan duduk."Aku kebetulan belum makan juga, aku temani makan saja," usul Elena.Jacob tetap menatap berkasnya sambil berkata dengan dingin, "Kita bicarakan nanti.""Jacob, dulu aku pergi mencari Pak Rowen itu dan berusaha menjadi muridnya karena kamu suka dengan gaya lukisannya, tapi saat itu dia sudah menerima murid terakhirnya. Aku juga nggak tahu siapa muridnya itu, aku dengar orang itu cukup muda."Elena merasa tidak puas. "Mungkin dia adalah kerabatnya."Jacob mengernyitkan alisnya. "Elena, aku harus menangani urusan pekerjaan."Sejak memasuki ruangan ini, Elena merasa ada yang tidak beres dengan tem