"Selena ...."
Panggilan Harris menghentikan gerakan jemari Selena di laptopnya.
"Saya, pak" jawab Selena yang sudah berdiri di pintu ruangan.
"Janji dengan restoran The Traders jam 11.00 'kan?" tanya Harris masih sibuk dengan ponselnya.
"Betul, pak. Rencana berangkat dari kantor 10.20, pak" jelas Selena terus menatap Harris.
"Saya dipanggil direktur, nih ...," Harris menempelkan ponsel ke telinganya dan menatap lawan bicaranya, " ... kamu kenapa?"
Pertanyaan Harris diluar dugaan Selena. Padahal ia sudah berusaha menyamarkan mata bengkak dan wajah sembabnya dengan make up.
"Saya, pak?" tanya Selena kikuk.
Harris mengangkat telunjuknya ke hidung.
"Halo, bu ... iya ... saya ketemu customer 10.20. Oke! I'm on my way!"
Harris berbicara dengan direktur keuangan sambil terus menatap wajah Selena. Seperti memindai sesuatu.
"Emm ... saya meeting dengan direktur dulu, nanti kamu tunggu saya di lobby!" Harris beranjak
'Melissa''Mel''Roy dan Melissa'Tubuh Selena masih berdiri kaku di balik dinding yang tingginya tidak lebih dari 2 meter. Kedua tangannya masih memegang erat ponsel di dada. Hidungnya mulai kembang kempis. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Mendatangi Roy dan menyapa Melissa? Memaki keduanya dan mempermalukan dirinya sendiri?Masuk ke toilet menjadi pilihan Selena. Ia sudah tak sanggup menahan desakan air mata yang sejak tadi menggantung di sudut matanya. Isak tangisnya tertahan, ia tak ingin menjadi tontonan pengguna toilet.'Selena, kau belum kalah. Roy hanya butuh sedikit hiburan'Mengulang-ulang kalimat itu di pikirannya sambil mematut pantulan dirinya di cermin.'Kau cantik, body masih ramping meski anak satu, kau punya pekerjaan yang kau banggakan, kau berharga!'Sekeras apapun ia mencoba, sakit hati dan rendah diri itu semakin kuat menguasai perasannya. Menyeka ingus di hidung merahnya lalu membasuh pipinya yang sudah
"Selena ...." panggil Harris bersamaan saat baru tiba di ruangan. Tangannya melambai ke arah Selena meminta ikut dengannya ke ruang kerja."Duduk ...."Selena menarik kursi dan duduk sesuai perintah Harris. Ia tak bisa menebak apa yang akan disampaikan Harris sesore ini. Sepuluh menit lagi pukul 18.00. Bukan menolak penugasan mendadak, tapi ia belum berbagi kabar dengan Kak Ipah."Tolong pulang lebih awal, Lena. Ada tetangga yang menikah, seberang rumah. Seenggaknya aku bisa mampir sebentar setelah magrib"Pesan Kak Ipah sebelum ia berangkat kerja pagi tadi. Semoga Harris tidak membuatnya pulang terlambat."Selena, saya minta data customer yang pembeliannya diatas lima 3 juta dalam seminggu. Berikan keterangan apakah customer bayar cash atau kredit, lalu ... saya minta dibuatkan riwayat pembayarannya selama jadi customer kita""Baik, pak. Kapan bapak butuh data ini?" tanya Selena meminta penjelasan lanjut.""Rabu pagi, ya! Untuk riway
[Roy yang mana, Mas?]Sebenarnya Selena enggan membalas pesan Arjuna. Pria itu baru dikenalnya dalam dua kali waktu. Meski kesan yang dirasakannya positif, tapi Selena merasa perlu menjaga diri mengingat statusnya. Satu-satunya alasan menerima panggilan video darinya adalah titipan makanan untuk Cheryl.Namun rasa penasaran tak ayal membuat Selena mengetikkan pesan balasan meski sudah larut malam. Kalau benar Roy yang dimaksud adalah suaminya, lantai apa yang hendak disampaikan Arjuna?Sepuluh menit berlalu. Ponselnya belum juga berdering. Selena salah tingkah. Tak seharusnya membalas langsung pesan Arjuna. Bagaimana kalau Arjuna hanya ingin memancingnya?Merasa konyol sudah berpikir keras tentang Arjuna, dilanjutkannya mengirim pesan kepada rekan kantornya tentang tugas tambahan dari Harris.[Duh, kok mepet banget, Bu?][Tumben minta data begituan, Bu? Ada kasus apa?]Dan beragam feedback lainnya dari rekan kerjanya membuat grup menj
Malam semakin larut, Roy sudah mendengkur. Ia sendiri ingin segera lelap. Matanya rasa panas juga lelah. Seluruh tubuhnya seperti remuk. Suasana hatinya tak kunjung damai. Jam 02.00 dini hari, ia harus tidur. Menutup kelopak mata kuat-kuat berharap gerakan itu membuat saraf matanya rileks. Entah gerakan apa lagi yang dilakukannya hingga akhirnya tertidur pulas. Tetap terjaga pada jam yang sama meski tidur larut. Bangun siang tidak ada dalam kamus hidupnya. Memaksa tubuhnya yang terasa berat menuruni tangga. Kepalanya semakin terasa berat. Namun ia harus terus bergerak. Mustahil untuk ijin tidak masuk kerja hari ini. Baru kemarin Harris memberinya tugas tambahan. Bisa-bisanya penilaian kinerja turun kalau tidak bisa mengawal diri. Roy bangun lebih awal. Ia sudah berpakaian kerja saat mengapa Cheryl di meja makan. Berlalu begitu saja ke luar rumah. Beberapa detik kemudian deru mesin mobil terdengar, diakhiri suara besi beradu. Menatap pintu kelu
"Yes!" pekik bahagia dari mulut Melissa menarik perhatian Roy. Keduanya masih berkutat dengan laptop masing-masing."Kenapa, Mel?" tanya Roy dari meja kerjanya yang hanya dipisahkan oleh meja printer."Akhirnya, Roy! Ahhh ... ha-ha-ha" ujar Melissa terlihat sangat riang."Apanya?" Roy tak masih menahan diri untuk tidak mendekati Melissa. Ini di kantor!Dengan sabar, ia menunggu Melissa menyelesaikan tawa riang yang diikuti tepukan tangan panjang. Pemandangan yang seperti ini selalu ingin membuatnya membawa Melissa ke ranjang.Gawat! Roy, ini kantor!"Calon klien kita, Roy, perusahaan logistik yang multinasional itu ...." ujar Melissa."Kenapa? Setuju dengan penawaran kita?" Roy melipat tangan di dada dan menatap Melissa lebih intens."Iya ...." jawab Melissa disertai anggukan yang membuat rambut ikal sebahunya bergoyang perlahan. Binar matanya sungguh membuat Roy semakin gemas."Selamat, Mel! Proyek besar goal lagi!" Roy
Memandangi wajah Cheryl yang sudah terlelap selalu menjadi momen yang berharga bagi Selena. Setelah berpisah selama 10 jam karena harus bekerja, rasanya sayang sekali jika melewatkan malam tanpa waktu bersama. Terutama karena di lima tahun pertama adalah periode emas anak. Masa yang menjadi kunci awal tumbuh kembang anak hingga dewasa nanti.Berdua dengan Cheryl menyongsong malam sepertinya akan menjadi kebiasaan baru. Bahkan Selena memutuskan untuk seterusnya tidur bersama putrinya. Setelah apa yang didengarnya dari Arjuna sore tadi.Flashback OnPenasaran dengan maksud sepupu dalam pesan singkat Arjuna, Selena berencana menghubungi si pemilik restoran itu setelah jam kantor usai.[Mas Juna, aku boleh minta waktunya?]Selena meminta ijin terlebih dahulu lewat pesan. Berharap Arjuna belum sibuk dengan pengunjung malam hari.Bak gayung bersambut, tampak nama Arjuna di layar ponsel Selena, panggilan masuk."Halo, Selena. Ada apa?"
[Benar katamu, Len. Teman makan siang Roy tidak hanya Melissa.]Selena baru membuka pesan dari Delia. Pesan dikirim pukul 12.20, empat jam yang lalu. Sengaja menonaktifkan handphone sejak mengakhiri panggilan dari Delia. Melihat lagi kemesraan Roy dan Melissa hanya akan membuat fokus kerjanya terbagi. Sementara Harris sudah sejak pagi sudah berulang kali menyibukkan Selena dengan tugas lain.Sebuah video juga termasuk dalam pesan Delia. Tak perlu dibuka, Selena tahu isi video itu. Melanjutkan kembali sisa pekerjannya lalu berkunjung ke salah satu kubikel rekan kerjanya yang meminta bantuan berbicara dengan customer.Belum selesai berbicara dengan customer, Selena mendengar dering handphonenya."Bu Lena, ponselmu bunyi, tuh!"Menganggukkan kepala sambil mengucapkan 'biarin aja' tanpa suara ke arah staf yang memanggilnya. Ia masih berusaha memberi pengertian kepada customer tentang sanksi yang diberikan perusahaan karena tidak pernah membayar tagihan
"Kamu kenal Roy?"Arjuna menghentikan tangannya yang sibuk mengeringkan piring dengan tisu khusus. Ia selalu terjun langsung saat jam sibuk restoran. Selain ingin melihat siapa anggota tim yang sungguh-sungguh bekerja juga supaya lebih dekat dengan pelanggannya."Suaminya temanku. Maksudku, mantan teman kantor" jawab Delia ikut mengambil tisu untuk piring."Selena?" tanya Arjuna serius.Anggukan ringan dari Delia merespon Arjuna. Lalu secara runut insiden Roy meninggalkan Selena dan Cheryl meluncur dari mulut Delia. Berikut sekilas tentang kecurigaan Selena akan kehadiran wanita lain dalam pernikahan mereka.Selama bercerita Delia masih tetap mengeringkan piring, tapi Arjuna terlihat mengepal tangannya kuat-kuat. Sesekali terdengar decakan dari bibirnya."Kamu kenal perempuan yang bersama Roy?" Delia tidak bisa berhenti berbicara karena penasaran."Dia managernya Roy di kantor. Aku kenal Melissa karena sering kesini" terang Arjuna kem