Sebagian wanita berteriak histeris saat melihat kemeja dan jas jutaan euro itu basah oleh red wine. Belum lagi Barbara sempat memorak porandakan meja dengan menarik alas meja dengan kuat. Pesta menjadi benar benar kacau saat itu."Dasar wanita jal*Ng! Tak pernah seorangpun menghinaku seperti ini!" katanya dan menarik lengan Barbara dengan menatapnya nyalang.Api kemarahan Tuan Ferro seakan hendak melahap Barbara malam itu."Kau bilang aku jal*Ng? Kau tahu siapa yang sebenarnya jal*Ng di sini!" bentak Barbara tak kalah sengit. Barbara melotot tajam memancing emosional tuan Ferro sehingga sebuah tamparan mendarat di pipi Barbara.Plakk! Darah sedikit keluar dari sudut bibir Barbara."Pengawal! Bawa perempuan ini ke tempat biasa!" teriak Tuan Ferro memerintahkan pengawal yang ditugaskan menjaga tempat tersebut.Ada empat orang pengawal bertubuh besar mencengkeram kuat tangan Barbara.Barbara meronta sejadinya, tapi apa daya ia hanyalah seorang wani
Barbara menghunus sebuah kayu panjang yang ia dapatkan dari samping lukisan besar di ruangan tersebut.Ia tak tahu bahwa yang datang adalah Danisa."Barbara, kau tidak apa apa bukan? Tenanglah, ini aku. Mari kita keluar dari tempat ini," kata Danisa yang sangat kuatir dengan Barbara yang ketakutan.Sementara Danisa dan Barbara berpelukan, Nyonya Vein menatap tajam pada wajah Barbara.Tiba-tiba lututnya terasa lemas dan bibirnya bergetar.'Dia sungguh Barbara, bukan? Dia adalah putriku,' gumamnya.Iapun memalingkan wajahnya dan keluar dari tempat tersebut."Bawa gadis itu ke rumah utama, beritahu Ferro, jangan sembarangan menyentuh gadis yang ada dalam tanggung jawabku," kata Nyonya Vein pada penjaga.Lalu tanpa banyak berpikir, penjaga itu masuk menemui mereka."Nona Danisa, Nyonya Vein memintaku untuk membawa Nona Barbara ke rumah utama segera," kata penjaga tersebut membuat Danisa dan Barbara melepaskan pelukannya.Meskipun Danisa sedik
Sementara itu, Ovan berhasil menemukan teman Pedro yang sedang memanggang Barbeque. Iapun memanggil pria itu."Jose, apakah kau memakai Van hitam ke laut tadi pagi?"Jose mengernyit, ia memang ke tempat itu untuk mengantarkan Barbara. Kalau saja masalah kalung itu yang dimaksudkan, Barbara adalah yang paling berhak karena ia mendapatkan kalung tersebut jatuh dari tubuh Barbara."Benar, apa apa memangnya?""Dimana kalung itu?""Ah, untuk apa kau bertanya, toh itu bukan milikmu."Ovan sangat marah rasanya. Sudah jelas kalung itu sama persis dengan milik ibunya. "Katakan saja, dimana kalung itu sekarang? Aku harus mendapatkannya!""Tidak mungkin, itu bukan milik kamu bro, aku tidak bisa memberitahumu karena sebenarnya aku mendapatkan kalung itu dari seorang gadis. Ayolah, jangan merebut kalung itu darinya.""Seorang gadis?""Iya, dia bernama Barbara. Kalung itu jatuh dari tangannya dan aku memungutnya.""Barbara katamu?""Benar, dia
Sang pengawal hanya menatap diam tak mampu berekspresi lagi. Ia hanya menyampaikan apa yang seharusnya."Baiklah, kalau begitu, Anda haruslah menemui Nyonya Veina.""Oke, tak masalah. Aku memang harus menemuinya untuk bisa mendapatkan perempuan menyebalkan ini,".jawab Ferro merasa yakin.Iapun akhirnya berangkat menemui Veina di ruangan dimana mereka sering bertemu."Veina, kau pasti tahu apa yang kumau. Berikan gadis itu, dan aku bisa memberikan uang seratus juta. Harga yang terlalu tinggi untuk seorang pegawai rendahan seperti dia," kata Ferro menyombongkan diri.Entah mengapa hati Veina menjadi sangat sakit. Meski ia membenci ayah Barbara, ia tidak pernah membenci Barbara sampai pada titik membiarkan putrinya disakiti orang lain."Aku tidak akan membiarkan untuk Barbara atau selain dia. Jangan berani melakukannya!""Kenapa tidak? Kau bisa memulainya dengan bisnis ini mulai sekarang. Kau bisa memanfaatkan para gadis untuk mendapatkan uang yang bany
"Oh."Barbara terlihat kecewa. Ia menggigit bibirnya seperti ingin menangis. Mencari Ovan, seperti mencari jarum di lubang ular."Kenapa kau mencarinya, sedangkan seharusnya dia datang kepadamu."Barbara mengangkat sedikit kepalanya, menatap pada wanita di hadapannya.Lalu Barbara menghela napas berat."Ada salah faham saat kami masih bersama dahulu, dan aku harus meluruskan segalanya.""Hmm, salah faham. Akan tetapi, apakah kau begitu mencintainya sampai mencarinya ke tempat yang seperti ini? Apa kamu sadar bahwa apa yang kau lakukan ini bisa saja membuatmu kehilangan nyawa dan sangat berbahaya?"Barbara terdiam, ia bahkan sangat terobsesi setelah mencintainya, ia mulai terobsesi karena merasa dianggap remeh juga."Masalah cinta, aku masih memastikannya. Akan tetapi, aku bertanya tanya mengapa dia tidak melihatku saat ini, apakah aku tidak menarik untuknya, apakah aku tidak cantik, apakah aku tidak bisa memenuhi apa yang ia inginkan, aku masih s
Barbara mengikuti Veina memakai topeng tipis dengan raut wajah yang mirip dengan Veina.Tugasnya adalah menemui Tuan Liem.Veina menjelaskan supaya Barbara berhati-hati terhadap tuan Liem yang terkenal mata keranjang itu. Akan tetapi Barbara tidak perlu kuatir karena akan ada banyak pengawal yang akan mengawasi gelagat tuan Liem.Malam itu juga, Barbara berangkat bersama beberapa pria yang bertugas menjaganya. Ada sekitar dua mobil yang berangkat bersama Barbara dan semuanya adalah pengawal bodyguard dengan tubuh kekar.Barbara diberi tahu bahwa di lokasi transaksi juga sudah ada pengawal yang bertugas mengawasi pemindahan barang barang.Hari Barbara berdegup kencang. Ia tak menyangka akan terlibat semakin jauh dengan orang orang mafia ini. Meskipun ia tahu bahwa transaksi ini bukanlah transaksi ilegal, akan tetapi karena jumlah transaksi yang terlalu besar pasti membutuhkan pengawal dan pengawasan yang tidak main main.Berjalan menyusuri dek kapal yang
Veina terlihat sedikit panik saat menerima telepon dari seorang dokter pribadi yang menangani Vanessa. Dokter itu mengatakan bahwa Vanessa dalam keadaan melemah.Untuk itu ia menyerahkan tugas kepada Barbara dengan cepat dan segera berangkat ke Australia malam itu juga.Di perjalanan, Veina menghubungi Ovan."Ovan, setelah kau memeriksa barang barang itu, awasilah wanita bersama Tuan Liem. Jangan sampai Tuan Liem melakukan sesuatu padanya dan kau akan menyesali seumur hidupmu," kata wanita itu dan menutup telepon dengan cepat."Hah! Apa apaan? Selalu saja mengancam dan mengintimidasi? Kenapa aku harus menyesal seumur hidup?" Untuk itu Ovan berjalan menyusuri pesta kecil yang dinikmati sebagian besar orang orang suruhan Nyonya Vein dan juga Tuan Liem.Sampai ia melihat pengawal utama Nyonya Vein yang sedang mabuk di sebuah kursi."Keterlaluan, bagaimana mereka sampai mabuk seperti ini?" gusarnya dan mempercepat langkahnya menuju sebuah tempat dimana Tuan
"Ovan...kaukah itu?" Barbara semakin mengumpulkan kesadarannya. Ia berusaha keras untuk meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi.Kali ini Ovan sungguh penasaran dan melepaskan karet tipis yang menutupi wajah Barbara."Kau sungguh...Barbara?" gumamnya dan ia tak bisa lagi mengelak dari kenyataan itu.Terlihat wajah cantik Barbara yang terlihat tirus. Ditambah lagi sorot mata yang masih sayu akibat pengaruh obat bius di tubuhnya.Ovan tak kuasa lagi, lalu ia memeluk Barbara dengan sangat erat."Ini sungguh gila! Bagaimana mungkin kau melakukan semua ini? Bagaimana mungkin?" Terbayang dalam pikirannya bagaimana ia harus melalui banyak hal untuk menyelamatkan Barbara dari Tuan Liem. "Apa yang terjadi sebenarnya?" Ia mulai teringat Nyonya Vein, wanita itu mengatakan bahwa jika ia tidak mengawasi dengan baik wanita utusannya maka ia akan menyesal selama hidupnya.Gigi geraham Ovan mengerat, ia merasa Nyonya Vein sangat keterlaluan."Wanita gi