"Benar, apa yang harus kita lakukan? Seharusnya kau tau bukan?"Ovan teringat dengan bisikan Barbara, bahwa dia akan menunggu Ovan, apakah itu artinya..."Haruskah aku melakukannya? Aku takut ini akan semakin membuatnya menderita," desis Ovan, akan tetapi ia tak punya cara lain selain mendatangi pernikahan itu."Ini, pakai pakaian dan rambut palsu ini, kau harus melakukan sesuatu!" tegas Dave dengan melempar rambut palsu dan pakaian jas mahal untuk Ovan dalam keadaan mobil telah melaju.Untungnya tidak ada pengejaran karena mereka sangat lihai dalam melumpuhkan penjaga.Sepertinya Dave dan teman-temannya menyuntikkan sebuah obat agar mereka tidak sadarkan diri sampai waktu tertentu.Setelah beberapa lama mereka melaju, sampailah mereka di sebuah gedung yang megah dengan nuansa modern di sana-sini. Gedung tersebut sepertinya memang dirancang untuk acara pesta kalangan borju, ditambah lagi dengan halaman parkir yang dipenuhi mobil mewah, Ovan bisa membayangkan siapa yang datang di tempa
Barbara tersenyum licik karena berhasil menjebak Leo.Apa yang dikatakan penawar, justru racun yang sebenarnya. Leo menenggak habis minuman itu, dan tersenyum pada Barbara."Penawar ini cukup untukku saja, kau tak perlu meminumnya. Sebab, harta milikmu akan menjadi milikku juga. Bukankah kau cuma bercanda, Barbara? Aku yakin kamu juga takut mati.""Kau benar, aku takut mati. Hanya saja aku tidak bercanda soal meracuni kamu, Leo. Anggap saja itu balasan karena kamu pernah mencoba memperkosaku. Bukankah itu alasan yang lebih masuk akal?"Selagi mengatakannya, Barbara bisa melihat Leo sudah memegangi perutnya yang nyeri, dan matanya sedikit memerah.Leo pun kemudian berlari ke toilet karena ingin muntah karena mual yang dirasakannya. Barbara hanya melihatnya dengan mata memicing, karena merasa sepertinya melihat pemandangan yang menyenangkan."Rasakan lah, Leo. Kau pantas menerimanya. Kau pantas untuk pergi dari sisiku," gumamnya.Barbara bisa melihat Ovan dan Dave sedang asyik berbincan
Ovan terkejut, ia sungguh tak mengira akan mendapatkan sebuah berita besar yang membuatnya tercengang. Ia sangat terkejut dengan pengakuan Barbara bahwa dirinya sekarang sedang hamil."Kau dengar, Dave? Barbara mengaku dirinya hamil anakku?" katanya dengan wajah berseri menatap Dave meminta dukungan dan penjelasan, barangkali Dave sudah tahu lebih dulu darinya. "Kenapa dia tidak mengatakannya padaku? Bagaimana denganmu, apakah kau sudah mengetahuinya?""Hei, mana mungkin aku tau. Barbara bisa saja sedang bergurau dan membuat sensasi. Jangan terlalu berharap, bisa saja ini sebuah trik untuk mengacaukan pesta pernikahan ini."Ovan mulai ragu, mungkin saja ucapan Dave adalah yang sebenarnya, bahwa Barbara mengatakan hal itu untuk sekedar membuat kekacauan. "Tapi bagaimana kalau ternyata Barbara memang hamil anakku? Bukankah seharusnya aku bahagia?"Lalu mereka sama-sama terdiam, saat Barbara melanjutkan ucapannya."Malam ini, aku akan memperkenalkan siapa sebenarnya suamiku itu..."Tak
"Tentu saja, Pa. Tentu saja aku masih mengingatnya dengan jelas. Aku masih bisa merasakan aroma panas dan menakutkan dari kecelakaan itu. Akan tetapi apa kaitannya dengan semua ini? Papa membuatku semakin tak mengerti," katanya, sembari menatap wajah ayahnya yang terlihat gelisah."Bukan papa tidak merestui kalian, akan tetapi kalian akan selalu terancam jika kita tidak menyelesaikan semua ini dengan baik.""Maksud papa?""Menikahi Leo bukan berarti pernikahan yang sesungguhnya, Barbara."Kali ini Barbara terkesima. Ia tak pernah melihat ayahnya berbicara tidak serius soal pernikahan dengan Leo. Bahkan Leo mendapatkan segalanya dari ayahnya dan terkesan membenci Ovan. Sandiwara apa lagi ini?"Pa, sudahlah, sekarang Leo tidak bisa menggangguku lagi dan aku sudah mengumumkan pernikahanku. Kenapa papa begitu kuatir?"Anton Bagaskara kuatir, karena tau siapa yang dia hadapi saat ini. Bahkan Leo telah memegang satu kelemahan yang bisa menghancurkan seluruh perusahaannya."Kau tak mengenal
Leo tersenyum jahat, melirik ke arah Barbara yang masih dalam balutan gaun putihnya. Lalu iapun memutar kepalanya ke arah Anton yang menunggu jawabannya."Tuan Anton, kau sangat tidak tulus menyerahkan putrimu. Bagaimana aku bisa percaya kepadamu sebelum aku menyentuhnya, menikmati malam pertama kami?" ujarnya menyeringai dan sedikit mengedipkan sebelah matanya dengan suara yang pelan Anton mengepalkan tinjunya, merasa kesal dengan sikap Leo."Aku hanya menikahkan, dan itu sudah sesuai dengan kesepakatan kita. Barbara menikahi kamu, meskipun ia tidak menerima sepenuhnya, akan tetapi ia mengalah demi keinginan ayahnya, kenapa kau tidak percaya bagaimana aku meyakinkan Barbara untuk menerima orang sepertimu?" kali ini Anton harus lebih membuat Leo yakin. "Seharusnya dulu kau tidak menyakiti hatinya, seharusnya kau menjadi lelaki yang mengerti perasaannya, jadi kenapa aku harus begitu susah?""Kalau begitu, aku akan memberikan rekaman itu setelah kami berada di kamar pengantin kami. Bis
Ah, ini membuatnya benar-benar frustasi. Ternyata masalah ini tidak sederhana seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Menyusup di sebuah kamar dimana istrinya bersama dengan pria lain, apa yang akan terjadi di dalam sana? Haruskah ia menyiapkan belati untuk menusuk jantung pria itu? batinnya bergejolak tak menentu."Ovan, aku percaya kepadamu, bahwa kau pasti bisa melindungi istrimu."'Sial! Ini benar-benar bodoh! Seharusnya biarkan saja apa yang sudah berlalu, tanpa harus menanggung resiko sebesar ini,' gerutunya dalam hati, akan tetapi ia hanya menatap kosong pada pria tua di hadapannya itu."Malam ini, sebuah tempat telah disiapkan. Aku berharap kau mempersiapkan diri dan pengawalku akan memberitahu rencana secara menyeluruh segera."Tak ada yang bisa ia lakukan selain mengangguk.***Barbara menatap jengah pada pria yang duduk di hadapannya. Ia sangat tahu pasti bagaimana Leo begitu bersemangat untuk menyentuh tubuhnya. Akan tetapi ia berusaha keras mempertahankan dirinya dengan men
Leo membeku saat Anton Bagaskara menawarkan penawar untuk dirinya. Ia mulai berpikir keras apa maksud penawar yang dikatakan Anton tersebut."Apa maksudmu, brengsek?!" seketika Leo marah dan memaki pria di sebrang telepon."Kau hanya akan mendapatkan penawar racun yang ada di tubuhmu setelah aku yakin rekaman yang kau simpan itu ada di tanganku. Bagaimana?"Leo merasa geram. Ia menjatuhkan ponselnya dan berlari ke ruangan kamarnya. Ia teringat bahwa ternyata Barbara masih ada di kamar mandi. Iapun berlari ke pintu kamar mandi dan menggebrak -gebrak pintu tersebut."Barbara! Buka pintu ini! Cepat!" teriak Leo kencang dan menggebrak terus dengan tangan dan tubuhnya."Ingat Barbara! Kalau aku mati, kamu juga harus mati! Ingat itu!" teriak Leo semakin menjadi.Barbara terpaku di ruangan tersebut dan menatap ke wajah Ovan yang juga tegang."Tidak, jangan pernah dibuka. Dia pasti nekat untuk mencelakaimu, Barbara."Barbara hanya mengangguk pelan. Ia tidak tahu apa yang terjadi, akan tetapi
Leo menyeringai, ia tak tahu harus bagaimana saat ini. Rasa sesak serasa hampir mencabut nyawanya. Ia menatap Anton Bagaskara nanar antara marah dan takut, takut kalau ancaman Anton Bagaskara benar-benar terjadi."Kau masih juga tak menyerah, Leo? Kau tahu bukan, bahwa sebenarnya rekaman itu tidak begitu berguna bagiku dan putriku. Akan tetapi aku sedang menolongmu dari rasa bersalah. Kau mengatakan kau sangat mencintai Barbara, tapi nyatanya kau rela Barbara menderita sekian lama. Itu artinya kau adalah penjahat yang sebenarnya.""Tidak! Aku sangat mencintai Barbara, mana mungkin aku berharap dia menderita!" bantah Leo dengan napas tersengal-sengal. Ia mulai bersandar di dinding sebelah pintu karena merasa gemetar. "Lalu apa yang menyebabkan kamu menyembunyikan kebenaran? Apakah kau mendapatkan sesuatu?"Leo melambung dalam sebuah ingatan yang kini terasa payah untuk diingat lagi. Sangat mungkin pengaruh racun itu mulai menjalar di kepalanya."Berikan penawar itu...aku akan menyerah