Mendengar umpatan Barbara, jantung Ovan berdesir kencang. Ia menatap binar kemarahan yang teramat sangat di mata gadis itu, akan tetapi itu sangat wajar juga.Lalu bagaimana kalau seandainya Barbara tahu, dirinya adalah pelakunya?Kekecewaan Barbara kepadanya pasti akan berlipat-lipat dari hanya sekedar kecewa kepada Leo yang berkhianat kepada Barbara itu. Kekecewaan Barbara mungkin tidak akan habis sampai tujuh turunan karena ini tidak hanya penipuan uang, tapi penipuan cinta.Mereka tiba di Perusahaan. Anton Bagaskara masih sibuk dengan pekerjaannya mengawasi team yang sedang mengatasi keadaan perusahaan yang genting. Saat masuk ke ruangan itu Barbara dikejutkan dengan kehadiran Leo di dalam ruangan kerja mereka."Leo?" "Hai Barbara, kau bekerja di perusahaan ini? Ouh, bahkan Ovan suamimu ini juga di perusahaan yang sama." Pandangan Leo menusuk ke arah Ovan yang berdiri di samping Barbara."Bukan urusanmu, kami tidak merepotkan kamu, untuk apa kamu julid begitu?""Bukan julid, tapi
"Aku tahu, aku tahu dan ini membuatku harus membuktikan dengan caraku sendiri, jangan sampai Ovan menjadi orang yang bersalah atas sesuatu yang bukan perbuatannya."Leo merasa kesal, ia tak mengerti mengapa Barbara melindungi seorang penjahat seperti Ovan, membiarkan orang rendahan seperti Ovan berada di sisinya. Ya, Ovan tak lebih baik dari dirinya."Baik, terserah padamu. Aku hanya merasa heran, bagaimana mungkin perusahaan ini tidak memeriksa latar belakang seseorang dan bahkan memanfaatkan kamu? Orang seperti Ovan bisa bekerja di tempat ini pastilah karena kamu terlalu percaya kepadanya."Barbara tak perduli dengan ocehan Leo mengenai Ovan. Ia masih shock dan belum hilang rasa terkejutnya."Barbie, aku juga tahu bahwa Ovan itu hanyalah pria brengsek, aku tahu siapa jati dirinya dengan sebutan sang Pangeran."Barbara terkejut. "K-kau juga tahu itu?""Ya, aku tahu dan aku waktu itu hendak memberi tahu kepadamu di hari pernikahanmu..., tapi sayangnya kau malah marah kepadaku."Barbar
Leo mengepalkan tangannya, ucapan Barbara membuatnya merasa sangat bersalah dan marah pada dirinya sendiri. Bodohnya ia mengecewakan gadis yang mencintainya dengan tulus. Bodohnya ia telah membuat Barbara terluka dan tidak mencintai dirinya lagi. Sekarang ia bisa melihat bagaimana kalau Barbara sudah mencintai seseorang, ia bahkan rela menjadi istri seorang pria seperti Ovan."Baik, aku mengaku salah. Akan tetapi aku berharap kau memaafkan aku. Dan apabila ternyata terjadi sesuatu padamu, jangan segan segan untuk datang kepadaku. Aku menyesal telah membuatmu kecewa, tapi percayalah aku memang masih mencintaimu."Barbara hanya bisa menatap jengah pada Leo yang berbicara sangat serius. "Lupakan, aku akan mencari Ovan dan harus berbicara dengannya."Barbara segera pergi. Lalu ia menghubungi Ovan dan bertemu di suatu tempat."Kenapa kau buru buru pergi dan meninggalkan aku? Apa kau tak cemburu kalau aku berduaan saja dengan Leo? Kau tak marah aku bersama dengan mantan pacarku?"'Cemburu?
Apa yang dikatakan Barbara memang benar. Barbara memang putri tunggal seorang konglomerat. Akan tetapi kehidupan pribadinya tidak terlalu memanjakannya. Ia bekerja keras, melakukan banyak hal sendirian meskipun tubuhnya tidak sempurna. Ovan melihat banyak sisi kebaikan Barbara yang cukup mengagumkan."Apa kau sering ke tempat ini? Aku melihat kau seperti sudah terbiasa melaluinya.""Dulu, saat aku masih lima belasan tahun, aku cukup sering ke tempat ini. Setelah dewasa, waktuku banyak tersita di perusahaan, sehingga cukup jarang datang ke tempat ini."Tak lama kemudian mereka telah sampai di sebuah tempat yang lebih kumuh lagi. Di pinggir kanal yang lebar, beberapa perahu kayu tertambat di sekitarnya. Beberapa rumah kayu yang tidak tertata rapi dengan sampah yang berserakan, Ovan masih belum tahu untuk apa mereka ke tempat itu.Pria botak berhenti di sekumpulan orang yang sedang bermain catur. Sepertinya mereka menghabiskan waktu untuk minum kopi dan bermain catur di tengah malam. Sun
Hati Ovan bergetar, mendesir darah mengguncang kalbunya. Bagaimana mungkin Barbara mengatakan hal menyedihkan itu di hadapannya? Ia benar benar terjebak di dalam cinta seorang Barbara. Dua pilihan itu adalah melepaskan Barbara atau bertahan disisinya yang berarti ia harus merelakan Vanessa.'Tidak Ovan, Vanessa sekarat karena menunggumu, dia hampir mati karena menunggumu, bagaimana bisa kamu melupakan janjimu?'"Ovan, kau sungguh akan pergi ke Singapura, kau pasti akan kembali bukan? Aku tidak mau kau terlalu lama pergi sehingga membuat aku terlalu lama menunggu.""Apa yang kau pikirkan? Aku ini suamimu, bagaimana aku meninggalkan istriku terlalu lama, hmm?"'Sial, kenapa mulut ini selalu mengucapkan janji?' sesalnya dalam hati."Baiklah, aku selalu percaya kepadamu."Mereka menikmati malam di hulu sungai beberapa saat lamanya. Kembali ke rumah dengan rasa letih yang mendera. Barbara bukan gadis bodoh, bukan tak sengaja ia selalu membuat Ovan letih sepanjang hari. Barbara memang berus
"Leo, apa yang kau katakan? Pertanyaanmu ini...aku tak bisa mengerti.""Apa yang tak bisa kau mengerti? Aku sudah susah payah menghadiri pernikahan ini, kau malah mengomel. Baiklah, kalau kau memang ingin aku memakai pakaian itu, aku akan pulang dulu mengambilnya dan kita bisa menundanya beberapa jam kedepan, apa kau bersedia?""Kau...kau samasekali tak mengindahkan acara ini? Kau menganggap ini sungguh mainan? Tapi tidak bagiku Leo, bagiku ini adalah hari terindah yang akan menjadi kenangan tak terlupakan. Kenapa kau jadi seperti ini?""Ya ampun, kau mau menikah sekarang atau nanti? Hah?"Tiba-tiba seseorang menerobos masuk ke dalam. Itu adalah Sisca dengan membawa jas pria, ia baru saja menyewa dari salon terdekat."Sudah, jangan ribut. Ini aku sudah menyewa dari salon sebelah. Pakai saja jas ini dan segeralah keluar. Tamu sudah terlalu lama menunggu."Wajah Selen terlihat begitu kesal, tapi ia tak berdaya karena situasi memang sudah mendesak.Leo menerima jas itu, mengganti pakaian
Firasatnya begitu kuat. Akan tetapi apakah itu menjelaskan segalanya tentang sikap Leo?"Perusahaan itu memang besar, tapi bukankah itu milik ayahnya yang sangat otoriter.""Jangan asal bicara. Tuan Anton Bagaskara sangat kompeten dalam menjalankan usaha. Berjiwa besar dan tenang, aku bahkan tak pernah menyadari Barbara memiliki sifat yang mirip dengan ayahnya. Dia bukan gadis manja yang mengandalkan harta orang tuanya untuk bersantai dan bersenang-senang.""Leo, kau memuji Barbara di saat hari bahagia ini, seolah itu bukan apa-apa? Kau terlambat di hari pernikahan kita juga bukan apa-apa? Kenapa? Kau menyesal menikahi aku dan meninggalkan Barbara?"Leo tersenyum miring. Ucapan provokasinya memang mengena."Siapa bilang aku menyesal, aku cuma berbicara fakta bahwa gadis seperti Barbara seharusnya tidak disakiti.""Huh, baru bertemu sekali saja kau sudah melupakan kebaikanku. Meskipun dia kaya, toh dia tak menolongmu mendapatkan pekerjaan. Kau juga sudah menyakiti perasaannya dengan be
Dada Selen seketika sesak. Mengingat bagaimana Leo datang dalam keadaan tak karuan, tidak siap dengan pakaian pernikahan dan bahkan wajahnya terlihat emosional. Sekarang, ia dikejutkan dengan kenyataan bahwa keluarga Leo samasekali tak tahu kalau putranya menikahinya? Ada apa ini? Apa maksud Leo atas semua ini?"Apakah kalian sungguh sudah menikah? Kapan kalian menikah?" Ayah Leo kemudian bertanya pada gadis yang terlihat kuyu itu."Maafkan...tapi Leo sungguh menikahiku. Pernikahan kami dilangsungkan...tadi pagi," ujarnya lirih penuh dengan beban."Tadi pagi? Tapi...tapi bagaimana mungkin Leo tidak mengatakannya kepada kami barang sepatah kata bahwa dia hari ini menikah? Dan sekarang...," Ayah Leo terlihat bingung dan meremas dagunya berkali kali."Tenanglah ayah, kita tunggu saja Kak Leo sadar dan membaik. Nanti kak Leo pasti akan mengatakan alasan apa yang mungkin menjadi penyebab kak Leo tidak mengatakannya kepada kita semua."Nyonya Rania melihat dari ujung kepala hingga ujung kak