Seolah masih di alam mimpinya, ia mendengar suara pria yang dicintainya itu. Ya, ia bahkan tidak ingin membuka matanya sehingga ia kehilangan suara Ovan di telinganya. Ia masih ingin merasakan kehangatan suasana itu, bukan rasa dingin semua peralatan rumah sakit yang sering membuatnya pasrah dan kesakitan. Ia ingin terus mendengar dan menolak untuk bangun dari tidurnya."Vanessa, bangunlah sayang, ini aku, Ovan. Tidakkah kau merindukanku?" bisik Ovan lagi dengan lembut di telinga Vanessa.Vanessa merasa suara itu sangat nyata di telinganya."Mungkinkah aku tidak sedang bermimpi?" gumamnya sangat pelan, lalu ia perlahan membuka sedikit matanya.Bayangan sesosok pria semakin memberinya harapan bahwa ini bukanlah mimpi semata."Ovan ku... Ovan?" bibirnya bergetar saat melihat siapa yang datang. Tubuh lemahnya berusaha untuk bangkit, tapi rasa sakit tiba tiba menyerang."Tenanglah, ini aku. Berbaringlah dengan tenang, aku akan menjagamu sekarang ini" ujarnya
"Siapa kau ini sebenarnya, apakah kau ibuku?" akhirnya Vanessa memberanikan diri untuk bertanya.Wanita itu mengangguk pelan, seolah beban yang sangat berat mengatakan hal semacam itu."Benar, aku adalah ibumu, Vanessa."Vanessa menjauh dari wanita itu, bagaimana bisa setelah membuangnya begitu saja dan sekarang datang mengatakan dirinya adalah seorang ibu? Ibu mana yang tega membuang anaknya sehingga dia besar dalam asuhan pembantu?"Untuk apa kau datang? Bukankah kau tidak menginginkan aku selama ini?""Siapa yang mengatakan hal itu, Vanessa? Apakah ayahmu? Setelah dia membawa pergi kalian, apa yang telah ia lakukan padaku?" "Bagaimana aku tahu? Kau seharusnya datang jauh sebelum hari ini!" teriak Vanessa kesal. Ia hampir saja merasa frustasi tinggal bersama saudara tirinya Yang kembar itu. Mereka selalu saja membuat ulah dan merisaknya.Wanita itu malah menangis, merasa sangat terpukul karena datang terlambat, ia bisa merasakan kekecewaan Vanessa
"Betapa malangnya, sehingga ibu melahirkan tiga anak tapi ibu tak pernah memilikinya? Apa yang ibu harapkan?" lirih Vanessa hampa."Ibu menyesal tapi kau tidak pernah tahu bagaimana penderitaan ibu sebenarnya, dan ibu hanya berharap kau mau kembali si sisiku, Vanessa."Vanessa tersenyum mengejek. Meskipun sebenarnya ia merindukan sosok seorang ibu, akan tetapi dirinya dalam keadaan yang payah dan juga kecewa."Untuk apa? Sungguh lebih baik kita dalam kehidupan kita masing-masing seperti kemarin, saat kita tidak mengenal satu sama lain. Aku tidak pernah menyesal dan menuntut apapun darimu, pergilah, ayah juga sudah memintamu pergi dan tidak menemui aku lagi.""Tidak, aku tahu bagaimana kamu hidup bersama mereka, aku tak akan membiarkan hidupmu menderita lagi.""Tidak! Kau sungguh tidak tau apa-apa tentang hidup yang ku rasakan. Lihatlah dirimu, pakaian mewah yang kau kenakan,hah... bagaimana kau bisa tahu apa yang kurasakan?" Vanessa mengguncang tubuh Veina,
Vanessa masih menggelengkan kepalanya. Seolah-olah dia mempertaruhkan cinta mereka demi penyakitnya?"Jika itu terjadi, aku lebih baik mati, aku tak akan hidup dalam pengkhianatan."Veina tak menjawab. Ia sendiri tidak yakin apakah hati Ovan berkhianat atau tidak. Akan tetapi sebuah informasi mengatakan, Ovan akan meninggalkan Barbara demi Vanessa.Ia justru merasa Ovan hanya mencintai Vanessa."Akan tetapi Vanessa, Ovan rela mati untuk kamu bisa hidup lebih lama lagi, apakah menurutmu dia tidak mencintaimu?"Veina mengeluarkan beberapa lembar foto pernikahan Barbara di sebuah Vila yang berhasil ia dapatkan. Bagaimanapun ia harus membuktikan pada Vanessa bahwa itulah yang terjadi sebenarnya.Vanessa pun akhirnya melihatnya, ia ingin tahu fakta sebenarnya."Ini adalah Barbara, kakak perempuanmu. Dia adalah putriku bersama Anton Bagaskara. Hidupnya bagaikan seorang putri raja yang serba kecukupan, dan dia juga terlihat sangat mencintai Ovan," kisah Vei
"Apa yang kau tahu tentang pernikahan itu, Vanessa? Seolah kau mengerti dan memahami bagaimana perasaanku menjalaninya? Bagaimana bisa aku bisa memahami apa yang kau katakan? Aku hanya menginginkan dirimu dalam hidupku," kata Ovan dan ia membelakangi Vanessa. Menurutnya, Barbara juga tidak sempurna. Wanita itu juga cacat secara mental dan juga kakinya, meskipun dia cantik.Reputasi Barbara dalam kepribadian juga tidak bagus di kalangan mahasiswa, dan menurutnya dunia yang dimiliki Barbara tidak seperti Vanessa yang sederhana dan sesuai dengan standar hidupnya di masa depan.Barbara pernah menodongkan pistol di kepalanya, dia juga menjalani kehidupan klub malam dan menghamburkan uang. Selain itu, apa yang akan Barbara lakukan jika tahu dirinya adalah seorang penjahat cyber yang bekerja sama dengan ibunya? "Ovan, kau harus kembali padanya, demi aku, itu yang harus kau lakukan dan pahami.""Tidak, aku baru saja akan menceraikan wanita ini karena tujuanku sudah ber
Di sebuah tempat, Barbara menikmati hidangan yang baru saja dipesan dari seorang chef ternama di hotel itu. Menikmati pemandangan pesisir pantai dari ketinggian. Menikmati waktu sendirian sepanjang waktu di pagi itu. Ia sedang memikirkan nasib pernikahannya yang menyedihkan.Seorang pelayan mengetuk pintu ruangan yang telah dipesannya secara khusus."Nyonya, seseorang datang menemui Anda," kata pelayan itu."Baik, biarkan dia masuk."Tak lama kemudian dua orang pria masuk dan duduk di hadapannya."Reno, apa yang kau dapatkan setelah tiba di Belanda?" tanya Barbara pada Reno. "Kami mendapatkan informasi dengan siapa dia bekerja. Sepertinya, Ovan menikahimu secara sengaja dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan kita," terangnya."Jelaskan lebih detil, Reno. Bagaimana dia melakukannya sedangkan pekerjaan ini tidak bisa dilakukan seorang diri bukan?""Benar, Ovan bekerja sama dengan sebuah organisasi yang memiliki j
"Semua sudah lunas, Tuan," jawab seorang petugas administrasi rumah sakit tersebut. Wanita itu membolak balik berkas dan mencocokkan pada layar monitor di hadapannya. "Pasien kanker dengan nama Vanessa sungguh telah membayar semua pengobatan bahkan seluruh pengobatan yang masih direncanakan.""Apa maksudmu? Apakah kau tidak salah membaca nama pasien tersebut?""Tidak, ini adalah putri Johnson Spencer, bernama Vanessa bukan?"Ovan mengangguk, nama itu memang nama Vanessa yang dimaksud.Iapun meminta maaf dan meninggalkan tempat tersebut. Tak percaya dengan apa yang ia dengar, tapi ia juga tak bisa bertanya siapa yang menanggung pengobatan tersebut."Mungkinkah ibu Vanessa adalah wanita yang sangat kaya raya sehingga ia lebih memilih hidup bersama ibunya? Benar-benar tak masuk akal," gerutunya. Ia hanya merasa siapa lagi yang akan berbuat sebaik itu kalau bukan orang yang berkepentingan pada Vanessa. Tidak mungkin keluarga tirinya atau ayah kandungnya. Apalagi
Sebuah kalung dengan permata ungu, sepertinya itu adalah kalung wanita dengan desain kuno akan tetapi karena itu adalah milik Ovan, ia akan mengenakannya saja.Dengan langkah pasti, Barbara keluar menuju mobilnya, lalu ia akan bergabung dengan Reno dan juga Medy di suatu tempat.Di sebuah hutan kecil di Belanda Barbara harus memanggil beberapa laras senapan panjang semi otomatis yang akan menjadi barang bawaannya. Itu baru sampel milik Tuan Felix, pria yang biasa bertransaksi dengan Nyonya Vein.Felix beberapa kali melirik pada Barbara yang terlihat masih belum terbiasa dengan perjalanan dengannya, sehingga ia mulai sangsi dengan kemampuan Barbara.Hal itu akan membahayakan semua orang jika ada satu orang saja yang tidak kompeten dalam menjalankan misi.Perjalanan itu tidak jauh, hanya satu kilometer dari tempat yang dijanjikan. Akan tetapi Barbara sudah terlihat payah."Nona Asia, apa kamu maid yang biasa mengangkat ember?" tegur Felix menyindir Barbara