Aditama memasang ekspresi wajah datar. "Aku datang sendiri." Jawab Aditama dengan nada dingin. Dia kemudian menambahkan. "Apa kau melihat ada orang lain yang datang bersamaku ke sini?" Aditama mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. Pria yang berdiri di tengah itu mendengus dingin mendengarnya. "Periksa dia!" titah pria itu kepada dua anak buah yang berdiri di samping kanan dan kirinya tanpa menoleh ke belakang. Pandanganya tak lepas sedikit pun dari mengamati gerak gerik Aditama. Seketika dua anak buah pria itu langsung menghampiri Aditama dan memeriksa tubuh pria tampan itu. Merasa pria yang tengah dicek tidak membawa senjata, pun tidak menemukan barang mencurigakan, dua orang itu menatap orang yang memerintahkanya dan berkata, "Aman."Setelah mendapat kode dengan gerakan dagu, dua orang itu kembali ke tempat semula. Lalu, pria yang berdiri di tengah itu tampak berbicara dengan seseorang menggunakan alat komunikasi untuk beberapa saat, mungkin sedang menghubungi Boss-nya, mela
"Siapa Bossmu?" tanya Aditama dengan nada dingin sambil melipat tangan di depan dada. Pandanganya tengah menatap lurus ke depan. Sedangkan tubuhnya bersender pada bagasi mobil. Sementara seseorang yang sedang ia introgasi keadaanya telungkup di atas tanah dalam kendali salah satu tukang pukulnya. Tak lupa, moncong pistol masih menekan—kali ini—pindaj di kepala pria itu. Tadi, Rambo sempat berontak, melawan, yang membuatnya berakhir tidak berkutik seperti itu. "Ak ... aku tidak akan memberitahumu, bangsat!" balas Rambo setelah terdiam sebentar, kembali memberontak, tapi apa yang dia lakukan itu hanya sia-sia belaka karena tukang pukul segera bertindak. Semakin menekanya dengan kuat. Hal tersebut membuat Rambo kembali merintih kesakitan. Mendengar jawaban Rambo, Aditama tergelak. Dia kemudian berkata. "Kenapa kau tidak mau memberitahu siapa yang telah menyuruhmu?" Aditama malah mengajukan pertanyaan. Rambo berdecih mendengar pertanyaan Aditama. "Lucu sekali pertanyaanmu ... kenap
Alhasil, mereka pun terpelongo, wajahnya menegang hebat. Mendadak, tenggorokan mereka terasa kering, bahkan untuk menelan ludah saja, rasanya susah sekali. Di saat yang sama, pun kepala mereka terasa berat, pandanganya menjadi berkunang-kunang. Bagaimana mungkin wanita itu sudah bersama mereka? Kapan rombongan itu datang? Kenapa mereka tidak menyadarinya? Bagaimana mereka melakukanya? Kini benak Rambo beserta anak buahnya seketika dipenuhi oleh banyak pertanyaan. Pun mereka teringat akan perkataan Aditama beberapa saat yang lalu yang mengatakan jika anak buahnya akan bisa melepaskan sandra dan membawanya turun. Dan ... lihat lah sekarang apa yang terjadi?Pria itu tidak membual sama sekali, apa yang tadi diucapkanya itu benar-benar menjadi kenyataan.Sementara itu, melihat sosok Aditama, Bella langsung merasa senang. "Aditama!!!" seru Bella dengan wajah berbinar-binar sambil hendak mengambil langkah untuk menghampiri pria tampan itu. Akan tetapi, baru dua langkah, ia haru
Akhirnya, Rambo mau buka mulut, memberitahu jika Haryadi Bintoro adalah orang yang menyuruhnya untuk menculik Bella dan meminta uang tebusan sebanyak 5 miliar. Pun Aditama menepati janjinya dengan memberi uang kepada Rambo sebanyak 100 juta. Ia juga berjanji jika tidak akan menyentuh mereka lagi karena urusanya akan menjadi dengan seseorang yang telah merencanakan penculikan terhadap Bella. Aditama tidak terlalu terkejut mendengar jika Haryadi adalah dalang dibalik penculikan Bella karena ia tahu bahwa keluarga itu sedang melancarkan aksinya membalas dendam. Dan Aditama langsung menghubungkan jika penculikan Bella kali ini adalah termasuk dalam serangkaian rencana keluarga Haryadi dalam membuat keluarga Hermanto menderita. Sebenarnya ia tidak terlalu peduli dengan apa yang akan keluarga Haryadi lakukan kepada keluarga Hermanto—selama Haryadi tidak menyentuh sang istri, menyinggung dirinya, serta kakek Hermanto dan sang ibu mertua—ia hanya akan mengawasi mereka. Namun jika sek
Aditama lalu menceritakan tentang permasalahan yang dimaksud antara ia, sang istri dengan kedua orang tuanya Bella. Setelah mendengar cerita dari Aditama, Bella langsung marah dengan Ayahnya sebab menyalahkan Aditama dan Vania atas penculikan dirinya hanya karena ia tinggal bersama mereka berdua.Padahal, Aditama dan Vania sangat baik padanya. Di sisi lain, ia jadi merasa tidak enak dengan mereka berdua. Bella pun memasang ekspresi wajah tak berdaya. Dia kemudian berkata. "Aa ... aku minta maaf atas nama Papa, ya, Tam ... jujur aku shock setelah tahu jika Papa akan menyalahkan kamu dan Vania atas penculikanku ini dan keluargaku lepas dari tanggung jawabnya begitu saja dan malah menyerahkan tanggung jawab kepada kalian berdua." Usai mengatakan hal itu, Bella menunduk. Mendengar perkataan Bella, rahang Aditama mengeras, lalu ia berkata, "Tidak masalah, Kak Bella. Aku sudah tidak heran lagi. Sudah paham dengan sifat Paman." Dia kemudian menambahkan. "Dan oleh sebab itu, Kak Bell
"Nanti Kak Bella juga akan tahu sendiri siapa aku sebenarnya ... yang jelas ... dengan aku membawa anak buah banyak, semuanya bersenjata, juga mereka yang memanggilku dengan panggilan tuan muda ... dan dengan apa yang tadi kami lakukan kepada penculik Kak Bella itu ... Kak Bella bisa menyimpulkan sendiri kalau aku bukan orang sembarangan." Jelas Aditama dengan pandangan lurus ke arah jalanan. Mendengar hal tersebut, tiba-tiba Bella merasakan bulu kuduknya meremang.Mendadak, ia memikirkan sesuatu. Lalu, ia terlihat gelisah, bingung, segala pertanyaan masih bersarang di benak, ingin segera ia lontarkan kepada Aditama. Namun setelah mendengar penjelasan dari Aditama barusan, ia mengurungkan niatnya. Di titik ini, ia teringat lagi akan perasaanya kepada Aditama. Lebih tepatnya perasaan cinta yang salah. Seharusnya itu tidak boleh tumbuh. Ia pun sepenuhnya sadar. Kala teringat hal itu, ia menjadi sedih, lalu kepalanya tertunduk. Maafkan aku, Van karena aku memiliki perasaan kepad
"Dan kenapa ... kalian malah menyalahkan dan melempar tanggung jawab kepada Aditama dan Vania?!" Bella berseru marah. Suara wanita itu meninggi dan wajahnya mengeras. Sontak, Bastian, Susan dan Mario kompak tertegun mendengar hal itu. Detik berikutnya, terlihat gelagapan, kebingungan hendak menjawab. "Bell ... dengarkan penjelasan Papa terlebih dahulu ... tadi ... Papa dan Mamamu panik sekali saat mengetahui kamu diculik dan secara spontan Papa menyalahkan Aditama dan Vania karena kamu tinggal bersama mereka berdua." ujar Bastian selagi berjalan mendekat ke arah putrinya. "Kenapa Papa tidak bisa mengendalikan emosi Papa tadi? Karena Papa sedang setres berat, perusahaan kakek sedang bermasalah karena ada pihak ketiga yang ingin mencoba menghancurkan perusahaan ... juga bisnis klab malamnya Mario!" Kata Bastian lagi yang kemudian dibenarkan oleh anak laki-lakinya. Bastian lanjut berkata. "Tapi karena Aditama bersedia pergi untuk menyelamatkanmu ... Papa jadi lega, akhirnya P
Mata Bastian melebar. Mencerna dalam sepersekian detik, lalu mengangguk pelan. "Paman sudah tahu siapa orang yang telah menculik Bella ... orang yang melakukanya adalah orang yang sama yang telah menyabotase perusahaan keluarga Hermanto dan juga bisnis klab malamnya Mario." Jelas Bastian. Mendengar hal itu, Aditama menautkan alisnya, "Jadi ... bisnis klab malam Mario juga menjadi sasaran mereka?"Bastian mengangguk. "Tadi Paman sempat menelfon Haryadi untuk memastikan apakah benar jika dia yang telah menculik Bella dan Haryadi ... membenarkan." Kata Bastian lagi. Selama sesaat, rahang Aditama mengeras sebelum kemudian manggut-manggut. "Seharusnya kau dan Vania yang menjadi target Edward dan Papanya karena kalian berdua lah yang salah ... kalian lah yang telah membuat mereka marah ... bukan malah kami!" tiba-tiba Mario berseru marah sambil menunjuk-nunjuk Aditama. Mendapati hal itu, Bastian dan Susan terkejut bukan main. Seketika wajah keduanya tegang. Bella langsung mend