Satu bulan yang lalu, Vania telah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Darren Alvaro Gandara. Sebagai bentuk untuk mengungkapkan kebahagiaan yang tengah dirasakan anggota keluarga Gandara, khususnya bagi pasangan Aditama dan Vania, sekaligus untuk menyambut anggota keluarga Gandara yang baru, keluarga Gandara kembali menggelar pesta besar-besar an. Pesta diadakan di ruangan dan halaman rumah. Malam ini, ruangan dan halaman itu disulap menjadi tempat pesta yang megah. Ada ratusan undangan yang datang dalam acara. Kerabat dekat, kolega, rekan bisnis dan kenalan keluarga Gandara. Meja-meja makanan tampak tersusun rapi dengan menu spesial di atasnya. Dekorasi acara terhampar di setiap titik-titik paling pasnya. Juga halaman rumah dihiasi lampu-lampu yang membuat belakang rumah itu terlihat lebih menawan. Di saat ini, Aditama dan Vania—yang sedang menggendong bayinya—tampak berdiri di dalam ruangan menyambut para tamu yang terus berdatangan silih berganti. Tamu-tamu it
"Tuan Muda, Tuan Besar memohon pada Anda untuk kembali dan meneruskan takhta pewaris Keluarga!"Di parkiran rumah sakit pusat kota, seorang pria tua dengan jas hitam dan koper di tangan terlihat sedang berbicara dengan sosok pemuda berpakaian sederhana cenderung lusuh.Aditama, pemuda yang dipanggil tuan muda itu, menatap marah ke arah sang pria tua. "Sudah kukatakan berkali-kali, jangan mencoba mencariku lagi! Aku sudah bukan bagian dari keluarga Gandara!" Suara Aditama meninggi dan wajahnya mengeras. Dari cara dia berniat kembali masuk ke dalam rumah sakit, kentara pemuda itu tidak ingin kembali diajak bicara. Namun, pria tua bernama Panji itu tidak menyerah. Dia menghadang jalan Aditama dan menggenggam tangan pemuda tersebut. "Tuan Muda, kondisi kesehatan Tuan Besar tidaklah baik, dia sekarang membutuhkan Anda sebagai pewaris keluarga Gandara!" Mendengar itu, Aditama mengeraskan rahang. "Setelah apa yang ia lakukan padaku dan ibu, sekarang dia memintaku kembali?! Apa dia masih
"Lihatlah menantu Luis itu, sungguh tidak tahu diri!""Datang ke pesta, tapi malah meminta uang. Dasar tidak tahu malu!"Semua orang langsung mencemooh Aditama yang masih bergeming di hadapan kakek Hermanto. Namun, Aditama tidak peduli. Demi ibunya, dia akan melakukan apapun, bahkan jika itu menjual harga dirinya sendiri!Kakek Hermanto tiba-tiba mengangkat tangannya, membuat tawa cemoohan dan olok-olok itu seketika berhenti.Kakek Hermanto menatap tajam Aditama. "Aditama, kau tahu bukan kau tak boleh menampakkan wajahmu di acara keluarga ini?" tanya pria tua itu."Aku tahu, Kek. Tapi saat ini aku sangat membutuhkan bantuan Kakek," ucap Aditama. "Ibuku akan melakukan operasi dan aku membutuhkan uang dua miliar."Dua miliar?!Anggota keluarga Hermanto lain langsung kasak-kusuk mendengar nominal yang diajukan Aditama.Bagi mereka, pemuda yang dijuluki menantu tidak berguna itu hanya ingin memeras dan menipu kakek Hermanto!Dengan pekerjaannya yang hanya sebagai kuli bangunan, bagaimana
"Maaf, Kek. Tapi istriku bukan barang yang bisa diperjualbelikan. Demikian, aku tidak akan menceraikannya untuk uang!" ucap Aditama penuh keyakinan. Semua orang terbelalak, begitu pula dengan Vania. Tidak pernah dia melihat sang suami bersikap begitu keras!Sebelumnya, setiap kali direndahkan dan diremehkan, Aditama tak pernah melawan. Namun, ketika hubungan mereka dipertaruhkan, ternyata Aditama bisa mengambil sikap yang pantas! Sementara itu, para anggota lain keluarga Hermanto menjadi marah karena balasan Aditama."Dasar tidak tahu diri! Dikasih hati malah minta jantung.""Cuma disuruh menceraikan dan melepaskan Vania saja kok susah! Demi dua miliar dan nyawa ibunya loh?!""Sekarang menolak, nanti dia yang akan kembali sambil bersujud untuk uang itu!"Mendengar komentar-komentar keji itu, Aditama menatap satu persatu anggota keluarga Hermanto dengan saksama. Sampai akhirnya, pandangannya berhenti pada Kakek Hermanto."Karena tidak bisa menerima bantuan, aku pamit terlebih dahulu,
Ucapan Panji membuat Aditama terkejut. Dia menautkan alis. "Bukankah kamu berada di pihak ayahku? Kenapa kamu memberikan saran seperti itu padaku?"Mata Panji menutup seiring dia menggelengkan kepala. Dia kemudian berkata, "Saya adalah kepala urusan rumah tangga keluarga Gandara. Saya hanya memikirkan yang terbaik untuk keluarga Gandara."Aditama memicingkan matanya, lalu mendengus dingin. "Gila." Dia berbalik, lalu pergi meninggalkan Panji.**Keesokan harinya, setelah operasi selesai dan berjalan lancar. Aditama tampak tengah memegang tangan sang ibu yang masih tertidur lelap. Wajah wanita paruh baya itu tampak jelas membaik.Mencium tangan ibundanya, Aditama berkata, "Ibu, cepatlah sembuh ...." Kemudian, wajahnya berubah sedikit murung. "Maafkan putramu yang tidak berguna dan harus menggunakan uang pria itu ...."Selagi Aditama tengah memandangi wajah sang ibu, tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana dan melihat nama sang istri terpamp
Di ruangan private sebuah hotel mewah, sedang diadakan pertemuan antara keluarga Hermanto dengan Edward.Beberapa anggota keluarga Hermanto tengah saling bercengkrama dan tertawa, kecuali Vania yang duduk dengan kepala menunduk, tampak tidak nyaman berada di tempat itu."Vania ...."Panggilan itu membuat Vania menoleh. "Kak Bella," panggilnya dengan lesu. "Habis dari mana?"Bella terdiam. "Menghubungi seseorang," ucapnya. Dia memegang tangan sang sepupu. "Kamu serius akan menceraikan Aditama?"Vania tersenyum. "Aku tak punya pilihan. Ini yang terbaik untuk kami berdua."Di sebelah Vania, Edward Bintoro mendengar percakapan kedua wanita itu dan berkata dengan wajah menggoda penuh nafsu. "Apa kamu menyesal, Van?" Dia menambahkan, "Apa kamu tidak senang kita akan menikah?"Vania tersentak saat Edward menyentuh tangannya. Dia menarik diri dan berkata, "Walau kita dijodohkan, tapi kita belum menikah. Jadi, tolong jaga sikapmu." Wajahnya tampak tegas.Edward mendengus mengejek. Dia menggeng
Mata semua orang melebar!Menantu tak berguna itu sudah gila!"Aditama! Berani sekali kau melukai Edward?!" Kakek Hermanto berseru marah seraya bangkit dari kursinya. "Menyentuh istriku, tentu saja aku harus memukulnya!" ujar Aditama yang sekarang berada di hadapan Vania, memisahkan wanita itu dari Edward dan keluarga Hermanto yang lain."Pria tidak berguna, apa kamu tahu Edward itu siapa?!" sambung ayah Bella, Bastian, yang juga secara refleks ikutan berdiri."Siapa dirinya, aku tidak peduli! Yang jelas, dia tidak pantas menyentuh istriku!" balas Aditama dengan tegas. "Menyentuh wanita bersuami, apa pria ini masih ada harga diri!?"Walau merasa pukulan Aditama sekeras baja, Edward yang sudut bibirnya berdarah langsung berdiri saat dihina. "Bajingan! Apa kau kira aku akan diam saja!? Keluarga Bintoro tidak akan melepaskanmu!"Aditama mendengus dingin. "Tidak peduli dirimu berasal dari keluarga Bintoro atau keluarga lain, aku tidak takut menghadapimu!"Seisi ruangan terbelalak dengan
"Maksud saya, anda, Tuan Edward!" ucap Joseph menyela Edward dengan cepat.Apa?!Mendengar namanya disebut, Edward gelagapan dan menatap Joseph, diikuti tatapan keterkejutan anggota keluarga Hermanto lainnya.Sementara Vania yang awalnya begitu ketakutan Aditama akan mendapat masalah besar, melebarkan matanya."Tunggu... Pak Joseph tidak salah orang kan?! Pria sampah itu yang seharusnya anda usir! Anda tahu ayah saya kan, keluarga Bintoro yang kaya itu?!" elak Edward tak terima."Betul Pak Joseph, seharusnya bukan Edward yang diusir! Pria ini justru yang tiba-tiba masuk dan mengacau acara kami!" ucap Bastian berusaha menahan Joseph.Seluruh anggota keluarga Hermanto berusaha mendukung Edward dengan segala cara.Jika Edward sampai diusir, maka perjanjian bisnis antara keluarga Hermanto dan keluarga Bintoro akan gagal.Tentu saja hal itu akan membuat keluarga Hermanto sangat dirugikan di sini!"Anda mempertanyakan keputusan saya?! Saya manajer di hotel ini! Ketertiban hotel adalah tangg