Pagi harinya Adam berada di dalam kamar dan tengah bersiap-siap untuk mengawali aktivitasnya hari itu. Tiba-tiba Anita datang dari arah belakang menghampiri Adam."Mas, aku mau bicara denganmu," ucap Santi yang saat itu masih berada di belakang Adam.Adam yang tengah membenahi penampilannya di depan cermin pun lantas menoleh ke arah Santi yang ada di belakangnya."Ada apa, Sayang? Kamu mau bicara apa?" tanya Adam menatap Santi."Mas apa kamu beneran nggak bisa kasih aku uang? Nggak apa-apa deh setengahnya juga, Mas," ucap Santi yang kembali mengungkit pembicaraan mereka semalam."Kamu kenapa ngotot banget sih pengen perawatan, San? Kamu kan tahu kalau uang yang dikasih sama Mama minggu lalu sudah habis jadi ya kamu harusnya tunggu sampai Mama ngasih uang lagi dong, baru nanti kamu bisa bagi uangnya untuk kamu perawatan," jelas Adam yang saat itu kembali membelakangi Santi setelah tahu kemana arah pembicaraan mereka saat itu."Ah kamu gimana sih, Mas. Nggak becus banget jadi kepala rum
Siang harinya Nadia pulang ke rumah. Wajahnya sedikit cemberut menahan amarah di dalam hatinya.Ia terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Seketika langkah kakinya terhenti saat mendengar suara tangisan Tasya dari dalam rumah.Dengan cepat Nadia berlari menghampiri Tasya yang saat itu tengah menangis dengan tangan yang masih mengeluarkan darah."Ya Tuhan, Tasya, kamu kenapa, Sayang?" tanya Nadia panik."Sakit, Oma," rintih Tasya sembari terisak."Iya, Sayang. Tasya sabar sebentar ya kita obati luka Tasya." Dengan cepat Nadia menaruh tas miliknya dan langsung beralih pada Tasya yang saat itu masih menangis menahan rasa sakit Nadia mengambil kotak p3k dan langsung mengobati luka di hati tangan Tasya. Keduanya duduk di sofa ruang tengah saat mengobati luka di tangan Tasya."Tasya, kenapa kok Tasya bisa luka seperti ini?" tanya Nadia saat ia telah selesai mengobati luka di tangan Tasya.Tasya yang takut menjawab pertanyaan Nadia hanya bisa diam sejenak menatap wajah Nadia yang s
Nadia membawa Santi ke dapur dan langsung mengambil gunting di dapur. Sementara tangan sebelahnya lagi masih memegang erat rambut Santi.Melihat Nadia yang sudah meraih gunting membuat Santi semakin merasa ketakutan. Ia pun kembali merintih memohon ampun pada Nadia meskipun tak didengarkan."Ampun, Ma. Aku benar-benar minta maaf, aku mohon jangan lakukan itu padaku," teriak Santi yang semakin meronta-ronta saat Nadia mendekatkan gunting di tangannya dan mengarahkannya ke kepala Santi."Ini akibatnya kalau kamu berani menyakiti Tasya, cucuku." Tanpa rasa kasihan, Nadia langsung menggunting rambut Santi meski tanpa persetujuannya.Santi menggunting habis rambut Santi hingga berserakan di lantai dapur. Melihat rambutnya yang sudah habis dicukur oleh Nadia membuat Santi semakin histeris.Santi semakin berteriak meminta tolong pada Adam meski Adam pun tak bergerak sama sekali untuk menolongnya.Belum puas dengan menghabisi rambut Santi yang biasa tergerai panjang, kini Nadia pun beralih pa
Dengan sedikit terburu-buru Farida melangkahkan kakinya menuju ke tempat kerjanya. Hari ini Farida mendapatkan jatah untuk menjaga shift malam sehingga ia berangkat sing hari.Tapi sayangnya karena satu hal Farida menjadi sedikit terlambat. Untungnya ia bisa segera sampai di tempat kerja."Maaf ya, pak, saya terlambat," ucap Farida pada bosnya."Lain kali jangan sampai terlambat lagi ya, Farida. Saya kan juga punya urusan lain," ucap bosnya yang sudah menjaga shift pagi saat itu."Iya, maaf, pak. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Farida merasa tak enak. Selama ini bosnya sudah sangat baik padanya sehingga Farida berusaha sangat hati-hati untuk menjaga kepercayaan bosnya. Ia tak mau membuat kecewa bosnya yang sudah memberikan kepercayaan padanya."Ya sudah kalau begitu kamu bereskan barang-barang yang baru datang itu. Saya mau pergi dulu.""Baik pak," jawab Farida lalu berjalan ke tempat barang-barang yang baru datang.Dengan sangat hati-hati Farida menyusun barang-baran
"Maaf mas, tapi aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya ini. Aku tidak mau hal kegagalan yang pernah aku alami terulang lagi jadi untuk kali ini aku akan benar-benar mempertimbangkannya," ucap Farida sembari menundukkan kepalanya."Baik mbak Farida, saya tidak masalah jika memang mbak Farida membutuhkan waktu untuk memikirkan ini semua. Saya tahu jika ini semua terlalu mendadak jadi wajar jika mbak Farida ingin mempertimbangkan matang-matang masalah ini." Feri dengan kemah lembut menerima permintaan Farida saat itu.Kecanggungan yang sempat tercipta pun segera sirna saat Feri dengan pintarnya membuat suasana menjadi lebih cair sehingga Farida dan Nani pun tampak lebih santai sekarang.Setelah cukup lama Feri di rumah Farida, kini saatnya ia berpamitan pada Farida dan juga Nani.Keduanya pun melepas kepergian Feri yang saat itu pulang tepat pukul 9 malam.Setelah kepergian Feri, Nani menatap ke arah Farida cukup lama membuat Farida menjadi malu."Ibu kenapa kok menatapku seperti itu?
Keesokannya, pagi-pagi sekali Adam sudah bangun dan pergi meninggalkan rumah saat Nadia dan juga Santi masih tertidur."Aku harus segera memberitahu Farida agar lebih berhati-hati lagi. Aku nggak mau dia kenapa-kenapa karena Mama," ucap Adam yang semakin mempercepat langkah kakinya agar bisa segera sampai di rumah Farida yang jaraknya lumayan jauh.Dari kejauhan Adam sudah bisa melihat rumah Farida yang masih tampak sepi. Adam pun kembali melanjutkan langkahnya hingga sampai tepat di depan pintu."Assalamualaikum." Adam mengetuk pintu sembari mengucap salam."Wa'alaikumsallam." Cukup sekali Adam mengucapkan salam, sudah terdengar suara sahutan dari dalam rumah. Tak lama Farida pun keluar dari dalam rumah."M-mas Adam ... Ada apa ke sini pagi-pagi, Mas?" tanya Farida dengan raut wajah penasaran."Boleh aku masuk?" tanya Adam pada Farida."Tentu saja, Mas. Ini kan rumah kamu jadi tidak ada alasan untukku melarang mu," jawab Farida sembari membuka lebar pintu dan membiarkan Adam masuk k
"Kamu darimana Mas?" tanya Santi saat melihat Adam yang baru pulang.Tatapannya tajam menginterogasi Adam yang baru saja mendaratkan kakinya di rumah. Nadia yang tengah duduk di kursi meja makan pun ikut menatap Adam lekat."Aku habis ada urusan," jawab Adam singkat."Urusan apa yang membuatmu harus keluar pagi-pagi sekali?" tanya Nadia yang ikut nimbrung obrolan Santi dan Adam saat itu.Sementara itu Santi masih menyiapkan makanan untuk sarapan mereka. Adam pun menarik kursi dan mencoba memasang wajah yang tenang agar Nadia tak curiga padanya."Temen ngajakin aku usaha. Semalam dia menyuruhku ke rumahnya pagi-pagi untuk membahasnya makanya aku ke sana," jawab Adam santai.Adam berusaha keras menutupi rasa kecewa dan sedihnya karena telah ditolak mentah-mentah oleh Farida. Dalam ingatannya masih terus terngiang ucapan Farida padanya.Bagaimana bisa ia berbicara seperti itu pada Farida sementara ia telah memiliki istri. Tapi apakah Farida tahu bahwa rasa cintanya pada Santi kini telah
"Kenapa kamu mengundurkan diri dari tempat kerjamu, Farida? Ada apa? Apa ada sesuatu?" tanya Feri dengan raut wajah tegang.Farida menundukkan kepalanya tapi tak lama ia kembali menaikkan tatapan mengarah pada Feri."Emmm nggak kok, Mas. Aku nggak ada masalah apapun, aku hanya ingin beristirahat saja dari rutinitas ku," jawab Farida santai."Lalu sekarang apa yang ingin kamu lakukan jika kamu berhenti bekerja?" tanya Feri.Kali ini Farida terdiam cukup lama membuat Feri yang ada di depannya sedikit khawatir."Farida? Kamu baik-baik saja, kan? Kalau kamu ada masalah, kamu bicara padaku." Feri menawarkan."Bagaimana bisa aku mengatakannya padamu, Mas. Aku tidak mau membawamu dalam masalahku," batin Farida."Nggak kok, mas. Aku baik-baik saja. Mungkin untuk sementara aku tidak akan bekerja dulu dan benar-benar beristirahat. Nanti setelah aku ingin bekerja lagi, aku akan mencari kerjaan baru. Aku ingin mencari pengalaman baru di tempat lain," jelas Farida.Tapi sayangnya, Feri tak percaya