Kini sudah 3 hari berlalu semenjak perceraiannya dengan Adam. Status baru yang ia sandang sebagai janda tak dapat lagi terelakkan.Farida masih belum dapat bangkit dari keterpurukannya. Bukan karena ia belum ikhlas tapi ia masih belum dapat menemui putrinya hingga kini.Farida berdiri memandang keluar jendela kamarnya. Tanpa sadar air matanya jatuh menitikkan air matanya.Tiba-tiba saja Nani datang mengetuk pintu lalu masuk menghampiri Farida yang masih berdiri menghadap jendela."Farida, Adam datang ingin bertemu denganmu," ucap Nani.Mendengar nama itu terucap tak lagi membuat hati Farida bergetar. Namun, Farida tak dapat menolak untuk menemui masa lalunya yang masih menyayat luka hatinya yang belum sembuh."Mau apa lagi dia datang menemui ku? Aku tidak ingin bertemu dengannya," jawab Farida menyapu buliran air matanya yang akan jatuh."Dia datang membawa Tasya." Seketika Farida menoleh kepada Nani. "Dia seperti membawa surat di tangannya mungkin itu adalah surat perceraian kalian,"
Keesokannya, tanpa membuang-buang waktu lagi, Farida mencoba bangkit dari keterpurukannya. Pagi ini Farida sudah bersiap untuk mulai mencari pekerjaan.Penampilannya sangat rapi meskipun sederhana tapi membuatnya sangat anggun. Farida keluar dari kamar menghampiri Nani yang tengah berada di dapur."Wah, kamu cantik sekali. Kamu mau kemana?" tanya Nani pada Farida."Aku mau cari kerja, Bu. Mulai hari ini aku akan bangkit dan membangun masa depanku yang baru. Aku harus bisa membuktikan pada mas Adam dan yang lainnya bahwa aku layak membesarkan Tasya," jawab Farida.Nani tersenyum semringah mendengar perkataan Farida. Kedua matanya tampak berkaca-kaca. Ia bangkit dari duduknya dan mengusap pundak Farida."Ibu senang sekali melihat kamu bangkit seperti ini. Ibu pikir kamu akan lama menyembuhkan luka di dalam hatimu tapi ternyata aku salah. Kamu lebih hebat daripada yang aku kira," ucar Nani memuji Farida.Farida pun tersenyum pada Nani. Tangannya meraih tangan Nani yang mengusap lembut p
Panas yang begitu menyengat tubuh Farida tak ia hiraukan. Rasa bahagia dalam hatinya begitu besar karena akhirnya ia bisa mendapatkan pekerjaan sekarang. Langkah kakinya terus menerjang panas yang membuat bayangannya tampak begitu terang mengikutinya di samping. Tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat melihat Nani di kejauhan. Ia tengah menggendong singkong dalam karung seperti biasanya. Farida berhenti untuk menunggu Nani agar bisa berjalan bersama. Ada perasaan iba melihat orang tua tunggalnya yang sudah renta masih harus bekerja. "Farida, kamu sudah pulang, Nak? Kenapa kamu berdiri di sini?" tanya Nani. "Iya, Bu. Aku baru saja pulang tapi nggak sengaja aku liat ibu jadi yaudah aku tunggu saja biar kita bisa pulang bersama," jawabnya. Nani tampak menatap Farida dalam. Tiba-tiba senyum di bibirnya mengembang menatap Farida. "Kenapa, Bu? Kok ibu liatin aku begitu?" tanya Farida. "Ibu senang kamu sekarang sudah ceria lagi. Ibu benar-benar bahagia melihatmu seperti ini," ucap Nan
Malam harinya Hardi, Nadia dan Tasya makan malam bersama. Mereka makan malam tanpa Adam yang sejak sore pergi dan belum kembali.Nadia yang masih belum tahu bahwa Hardi membawa Tasya menemui Farida tadi siang masih bersikap biasa saja."Tasya makan yang banyak, ya, Sayang," ucap Nadia sembari menambah sayur sop ke piring Tasya."Iya Oma," jawab Tasya dengan tersenyum.Tiba-tiba terdengar suara motor Adam yang berhenti di depan rumah saat mereka sedang makan. Nadia yang mendengar pun lantas berhenti makan saat itu."Itu pasti si Adam. Dasar nggak tau diri anak itu! Kerjaannya cuma foya-foya aja nggak mikirin anaknya." Nadia yang merasa kesal bangkit dari duduknya dan hendak menyusul Adam yang masih di depan rumah."Ibu mau kemana?" tanya Hardi yang melihat Nadia bangkit dari duduknya."Aku mau menghampiri si Adam. Aku harus memarahinya biar dia nggak kebiasaan keluar seenaknya seperti itu," ucap Nadia kembali melangkahkan kakinya.Namun, sat Nadia tengah berjalan menghampiri Adam, tiba
Bagai malam yang menenangkan hati semua orang dalam kesunyiannya. Farida justru tak bisa memejamkan kedua matanya untuk tidur padahal esok adalah hari pertamanya bekerja.Tak terasa perceraiannya dengan Adam sudah hampir menginjak 2 Minggu dan Farida masih bertahan hingga kini.Terkadang ia merasa tak percaya bisa melewati titik terberat dal hidupnya itu tapi Farida selalu yakin bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan pasti akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu.Farida membuka kedua matanya dan menarik panjang napasnya. Hatinya begitu gelisah hingga detak jantungnya berdegup tak teratur."Ya Allah, ada apa ini. Kenapa hatiku rasanya tidak tenang begini," batin Farida perlahan bangkit dari posisi tidurnya.Tangannya mengusap pelan dadanya mencoba menenangkan degup jantungnya kala itu. Pikirannya melayang jauh entah kemana. Banyak hal yang tiba-tiba mendarat di pikirannya. Mengenai Tasya, pekerjaan barunya bahkan keadaan Nani.Farida pun bangkit dan berjalan menuju ke kamar Na
Hari-hari demi hari terus berlalu namun belum ada tanda-tanda Tasya akan ke.bali ke sisinya. Hati Farida semakin resah tak karuan hingga membuatnya tak bisa memejamkan kedua matanya.Tubuhnya yang terbaring di atas ranjang tampak seperti seorang yang galau dan tak tenang. Hanya membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.Sementara deru napasnya masih tak teratur. Tiba-tiba saja Farida bangkit dari tidurnya saat itu dan duduk di ranjangnya. Matanya melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul satu malam.Ia bangkit dari duduknya dan berjalan mengarah ke jendela lalu membukanya setengah. Tampak kegelapan yang pekat ditemani suara binatang kecil seolah tengah bernyanyi ria."Ya Allah, tolong bantulah aku untuk membuat Tasya bisa tinggal di sisiku lagi. Aku hanya orang yang tak punya harta dan daya apapun. Hanya pada-Mu lah aku memohon," ucap Farida dengan bibir yang gemetaran. Sorot matanya masih jauh menyelami kegelapan di luar jendela.***Hari ini hari Minggu dan Farida libur beker
"Aku kan sudah bilang padaku Farida, kalau aku akan membantumu mendapatkan hak asuh Tasya lalu kenapa sekarang kamu malah ke sini," ucap Hardi sembari menenangkan Farida yang saat itu hanya bisa menangis sesenggukan."Aku harus menunggu sampai kapan, pak? Aku sudah menunggu berhari-hari tapi aku masih belum mendapatkan Tasya.""Kamu sabar dulu sebentar. Aku juga sedang berusaha," ucap Hardi sembari mengusap pundak Farida. Rupanya Hardi tak setulus itu membantu Farida. Ia mencoba mengambil kesempatan di tengah keputusasaan Farida saat itu.Tapi Farida yang menyadari perbuatan dari Hardi langsung mencoba menghindar. Ia bangun dari duduknya meski air matanya masih jatuh berlinang membasahi pipinya."Bapak jangan macam-macam, ya. Jangan menyentuhku sembarangan dengan dalih menenangkan aku," ucap Farida kesal."Dasar wanita yang menggemaskan. Kamu selalu saja membuatku selalu merasa semakin tertantang untuk bisa mendapatkan mu," batin Hardi.Dengan cepat Hardi sedikit menjauh. "M-maaf Far
Hari terus berlalu hingga akhirnya hari pernikahan Adam yang ditunggu-tunggu pun tiba.Ramai orang berdatangan ke rumah Nadia untuk memberi selamat pada Adam. Begitu juga dengan Adam yang menyambutnya dengan suka cita dan senyum yang begitu semringah.***"Farida, kamu mau kemana? Kok pakaian kamu tertutup begitu?" tanya Nani dengan kening mengkerut.Farida yang bisanya hanya mengenakan baju gamis panjang dan juga kerudung kini mengenakan kacamata dan juga cadar berwarna hitam yang menutupi setengah dari wajahnya."Aku mau mengambil Tasya dari mas Adam, Bu," jawab Farida."Apa kamu berniat datang ke rumah Adam?""Iya, Bu. Aku akan datang ke pernikahan mas Adam sebagai tamu lalu aku akan membawa Tasya pergi dari sana saat orang-orang tengah lengah tenggelam dalam suka cita pesta.""Apa kamu yakin dengan apa yang akan kamu lakukan? Ibu takut kamu kenapa-kenapa.""Ibu tenang saja. Aku akan berhati-hati kok, Bu. Aku harus menggunakan kesempatan ini untuk membawa Tasya. Aku yakin mereka pa