"Apa yang kau katakan?" tanya Sarah.
Sarah terkejut saat Amanda mengatakan sesuatu. Hal itu mengingatkan dia dengan seseorang. Bahkan dia melotot mengamati Amanda dengan saksama. Dia tidak menyangka wanita itu sangat mirip dengan sahabat dekatnya yang sudah dia singkirkan itu. Apalagi mengatakan suatu hal yang sangat mengejutkan. Namun Sarah segera menepis pikirannya itu."Dia mengatakan seolah-olah dia adalah pemilik perusahaan ini. Itu tidak mungkin. Aku sudah membuat dia meninggal. Dia tidak mungkin hidup kembali. Jika pun itu dia, pasti memiliki wajah yang sangat buruk karena aku melihat buaya itu sudah mengoyak-ngoyak wajahnya. Sementara Amanda yang sekarang berada di hadapanku, sangat cantik. Itu tidak mungkin," batin Sarah. Dia kembali menatap Amanda dengan kesal. Apalagi Amanda mengamatinya dengan tersenyum."Tapi aku benar-benar kesal dengannya. aku akan memberikan dia pelajaran," batin Sarah kembali.Dengan cepat Sarah mendekati Amanda yang masi"Jadi kau akan menceraikanku? Baiklah. Jika kau akan melakukannya. Aku tidak akan mencegahnya. Ceraikan saja aku dan kau akan bebas menemui pegawai itu. Tapi ingatlah, aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk berkuasa di perusahaan ini."Sarah kembali mengancam Andri yang seketika itu terdiam. Andri tidak memungkiri bahwa dirinya berada di posisi ini atas bantuan Sarah. Namun, dia juga tidak senang dengan sikap Sarah akhir-akhir ini. Walaupun sebenarnya sikap Sarah adalah wajar. Sikap kecemburuan yang seharusnya Andri pahami. Dia sudah berselingkuh di belakang Sarah. Tapi, selalu mengingkarinya."Kita akan membicarakan masalah ini di rumah. Aku tidak ingin semua pegawai itu bergosip tentang kita. Suaramu sangat keras, bahkan bisa terdengar sampai di semua tempat dalam perusahaan. Apa kau tidak malu?"Tanpa berbicara lagi Sarah kali ini benar-benar keluar dari ruangan Andri dan meninggalkan suaminya yang berdiri terpaku.Dia masuk ke dalam ruangannya dan m
Amanda masih terdiam saja. Dia hanya menatap Maria yang masih menunggu jawabannya. Dia kembali meneguk minuman yang masih sedikit tersisa. Sementara Maria mendengus kesal. Sudah jelas jika Amanda tidak akan pernah mengatakan apa yang ingin dia ketahui."Tidak mungkin kau mengatakan hal itu. Namun, tentu saja pastinya pemilik bos perusahaan ini sangat terkenal. Siapa yang tidak mengenal sosok Amanda. Hanya saja, aku melihatmu persis seperti dengannya. Yah, saat melihatmu pertama kali, jujur saja. Aku seperti melihat Amanda kembali hidup. Ingin rasanya aku memelukmu saat itu. Kau tahu kenapa aku menganggapmu adalah Amanda? Hahaha, sebenarnya karena kau melirikku selama tiga kali. Amanda selalu melakukan itu saat bertemu denganku, dan kau juga melakukannya," ucap Maria sembari menunjukkan jemarinya tepat di wajah Amanda yang masih saja terdiam menatapnya. Dia belum mengatakan apa pun."Aku harus pulang, Nyonya. Karena ini sudah waktunya. Aku akan kembali lagi
Amanda terdiam, menatap lelaki yang berada di hadapannya. Dia masih diam tidak berucap apa pun."'Kenapa kau tidak berkata apa pun? Kau tahu sendiri. Kita sudah melakukan perjanjian saat aku menolongmu. Kau terselip batu di sungai itu. Kau hampir saja mati. Aku untung saja dapat mengetahuimu tepat waktu. Jika tidak--""Biarkan aku mati saja. Untuk apa kau menolongku."Dengan sinis, Amanda memandang lelaki itu. "Kau merintih dan memintaku untuk menolongmu. Apa kau lupa? Kau menangis kesakitan. Saat aku akan meninggalkanmu, kau malah berteriak. Kau ingin selamat untuk membalas dendam."Amanda mendengus kesal. Dia menatap lelaki itu tajam. Sembari menarik napas, Amanda menarik wajah sang lelaki dan menciumnya."Aku akan bersamamu malam ini. Aku akan menemanimu. Yah, kau benar. Aku tidak akan seperti ini karenamu. Kau memang lelaki luar biasa."Bibir Amanda melesak masuk semakin dalam. Bahkan, dia melakukannya sembari memejam. Entah baga
Amanda bergetar. Dia melihat Hendra bersiap untuk merubah dirinya. Dengan perubahan itu, mungkin dia akan mengalami kehidupan yang sangat berbeda. Amanda sejenak menatap cermin di sebelahnya. Dia memandangi dirinya sendiri. Dia mengingat saat Andri berusaha memangsakan dirinya kepada anak buaya dengan sangat mengerikan. Apalagi Sarah sang sahabat yang sama sekali tidak dia duga, yang merencanakan hal keji seperti itu.“Percuma saja kau mengingat kejadian itu.” Hendra mendekatinya, lalu menarik kaca dari tangannya. Dia membuangnya di atas ranjang.“Kita akan pergi. Aku bisa merubah wajahmu itu selama satu tahun. Biarkan dia dengan perempuan itu. Setelah itu, kau akan bisa membalas dendam!”“Aku bersumpah, akan membalas mereka. Yah, mereka akan mengalami, apa yang aku alami,” balas Amanda. Tetesan air mata yang akan mengalir, dia tahan. Dia tidak ingin terlihat lemah.Amanda berjalan mendahului Hendra. Dia masuk ke dalam
Amanda semakin tidak mengerti. Ternyata Hendra mengetahui namanya. Kini mereka berdua saling bertatapan. Amanda masih tidak bisa berkata apa pun. Dia terus mengamati Hendra yang juga terdiam. Baru kali ini setelah 1 tahun bersama Hendra, dia mengetahui sebuah fakta yang sangat mengejutkan.Amanda memegang kepalanya. Dia berusaha menenangkan hatinya setelah mendengar perkataan Hendra dengan sangat lantang barusan.Selang beberapa menit Amanda membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju meja. Secepatnya dia menuangkan minuman. Dia segera meneguknya hingga habis. Napasnya masih dia hembuskan dengan sangat kasar. Hendra yang semula bergeming, akhirnya melangkah mendekatinya."Jangan menyentuhku, Hendra! Aku tidak mengerti dengan perkataanmu. Kau sangat mengejutkan aku. Kau mengetahui namaku dengan sangat benar, lalu mengatakan perasaanmu. Apa sebenarnya yang kau inginkan? Kau ini pria yang sangat misterius. Ah, lama-lama aku sangat takut kepadamu."
Sepanjang malam Amanda menghabiskan waktu bersama Andri di dalam kamar apartemen. Mereka saling bercanda tawa, hingga akhirnya melakukan hubungan intim sekali lagi. Andri sama sekali tak kuasa menahan diri ketika melihat keseksian tubuh Amanda."Aku sangat malu untuk pergi ke kantor. Aku tidak memiliki busana yang tepat. Mungkin aku akan menunggu gajian untuk membeli sesuatu yang bisa aku pakai sesuai dengan kelas perusahaan yang sangat besar itu," ucap Amanda dengan tatapan manja. Jemari lentiknya terus mengelus setiap lekukan tubuh Andri yang cukup kekar."Kau tidak memerlukan busana yang seperti dikatakan oleh istriku. Kau hanya memerlukan pakaian yang cukup sederhana. Kecantikanmu tidak akan pernah hilang," balas Andri kini menangkap jemari Amanda dan kembali menarik tengkuk lehernya, lalu menciumnya dengan sangat dalam.Amanda melepaskan ciuman itu. Dia kini kembali menatap Andri, kemudian memalingkan wajah."Kenapa kau melakukan itu? Apakah aku mela
Amanda tersenyum melihat dirinya sendiri di depan cermin. Dia kini memakai busana yang sebelumnya di jual di perusahaannya dengan harga yang sangat mahal. Rancangan yang dulu dia sendiri yang memilihnya."Aku sudah setengah menang. Aku akan sangat mengejutkan Sarah. Baiklah, kita akan lihat ekspresinya setelah melihatku."Amanda keluar dari kamarnya. Hendra ternyata berada di depan kamarnya. Dia mengamati Amanda dengan bersedekap."Kau sangat mengejutkanku, Hendra. Kau ini seperti hantu saja. Aku harus pergi ke kantor. Kau jangan mengikutiku."Amanda akan berjalan meninggalkan Hendra. Namun, lelaki itu menariknya dan kembali mengajaknya masuk ke dalam kamar.Amanda terpaksa mengikuti kemauan Hendra. Dia menampis tangan Hendra saat mencengkeram lengannya."Kau ini kenapa? Aku merasakan sakit. Jika kau mencintaiku, sebaiknya kau jangan menyakitiku. Apa maumu?"Amanda berusaha menghindar dari Hendra yang terus mendekatinya.
Sarah tidak terima dengan perkataan Amanda barusan. Dia segera masuk ke dalam ruangan Andri. Menatap tajam sang suami. Andri sendiri kebingungan melihat sang istri."Kenapa kau seperti ini?" tanya Sarah dengan tatapan tajamnya. "Aku sudah memberikan semuanya, bahkan kedudukan yang benar-benar kau impikan. Namun, apa? Setelah kau mendapatkan itu, kau berselingkuh?" Sarah semakin berteriak. Dia melangkah, semakin mendekati Andri yang hanya memandangnya kesal."Apa kau tidak tahu malu? Kau sudah berteriak. Bagaimana jika banyak yang mendengar. Kau sama saja menyebar aib mu sendiri!" bentak Andri."Aib?" Aku tidak akan pernah membongkar aib ku. Tapi, ini adalah aib mu!""Andri! Sebaiknya jelaskan, apa ini?" Maria tiba-tiba masuk ke dalam. Dia mendekati meja kerja Andri, dan melempar berkas yang berada digenggamannya."Maria, aku tidak tahu, apa yang kau katakan. Kau ini, selalu saja mengejutkan aku."Andri segera mengambil berkas yan